• Terbaru
Koperasi Lawan Tanding Kapitalisme

Koperasi Lawan Tanding Kapitalisme

June 24, 2025

🚩🚩SELAMAT PAGI MERAH PUTIH

November 11, 2025

Benarkah Matematika Mata Pelajaran Horor?

November 11, 2025

Kepemimpinan, Kecantikan, dan Penampilan Perempuan Dibentuk oleh Budaya Patriarki

November 11, 2025

Kasino Pertama di Uni Emirat Arab: Antara Diversifikasi Ekonomi dan Dilema Identitas Islam

November 11, 2025

🚩🚩SELAMAT PAGI MERAH PUTIH

November 11, 2025

Pahlawan dan Peradaban

November 11, 2025

Tema Lomba Menulis November 2025

November 10, 2025

Mengoreksi Adab Kemanusiaan Kita ( Hari Pahlawan)

November 10, 2025

Menimbang Relativisme Pahlawan

November 10, 2025

Kehebohan Miss Universe 2025: Drama, Sponsor, dan Suara Perempuan

November 10, 2025
Kuliah Tanpa Beban: Kritik Terhadap Klaim Kuliah yang Terlalu Mudah

Banda Aceh Menuju Kota Empat Bahasa: Gerbang Baru Indonesia ke Dunia

November 9, 2025
Pujangga Lama dan Pujangga Baru Punah, Karena Tidak Mendapat Tempat Dalam Negara Sistem Republik

Ketika Kebijakan Menkeu Sudah Bersilangan Dengan Presiden, Purbaya Yudhi Sadewa Akan Lebih Mulia & Terhormat Mundur dari Kabinet

November 9, 2025
Tuesday, November 11, 2025
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Login
  • Register
POTRET Online
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
No Result
View All Result
POTRET Online
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
No Result
View All Result
Plugin Install : Cart Icon need WooCommerce plugin to be installed.
POTRET Online
No Result
View All Result

Koperasi Lawan Tanding Kapitalisme

RedaksiOleh Redaksi
June 24, 2025
0
Reading Time: 5 mins read
Koperasi Lawan Tanding Kapitalisme
🔊

Dengarkan Artikel

Oleh: Iwan Mariono

Saya baru saja mengkhatamkan buku yang judulnya diambil dari pernyataan Bung Hatta ini.

Koperasi yang sejati (bukan koperasi abal-abal) jelaslah menjadi lawan tanding paling efektif bagi kapitalisme saat ini, dan selamanya. Maksud dari sejati tentulah merujuk pada sifat utama dari koperasi: demokratis. Artinya, setiap orang punya status kepemilikan dan hak yang sama untuk menyampaikan pendapatnya, dari direktur yang paling tinggi, sampai office boy. Anda semua adalah bosnya.

Kesejatian inilah yang perlu kita pelajari lebih dalam, agar tak salah dalam mengidentifikasi mana yang koperasi dan mana yang bukan koperasi. Sebab, lebih dari setengah lembaga bernama koperasi yang ada di Indonesia justru abal-abal. Bahkan, tidak sedikit rentenir yang berbaju koperasi.

Sebagai bunga rampai yang dihimpun selama lima belas tahun (2009-2024), buku ini memberikan pencerahan kepada pembacanya agar bisa memahami koperasi dengan lebih baik. Demi memudahkan pembacanya, buku berisi 42 tulisan ini dibagi dalam empat bagian:

(1) Koperasi dalam dimensi makro-ideologi. Bagian ini mengajarkan kepada kita kerangka berpikir (paradigma) dan cara kerja koperasi, yang selama ini tak banyak dipahami masyarakat, malah sering disalahpahami. Seseorang tak mungkin bisa memercayai sesuatu sebelum ia mengenal sesuatu tersebut dengan lebih baik.

(2) Koperasi dalam masalah regulasi dan kebijakan. Kita tentu miris bahwa negara yang mencantumkan koperasi dalam konstitusinya seperti Indonesia justru menjadi negara yang tidak menjalankan koperasi itu sendiri dengan sepenuhnya. Malah beberapa negara yang kita tunjuk sebagai buyutnya kapitalisme justru menjalankan sistem koperasi secara efektif. Dalam buku ini dijelaskan negara-negara mana saja itu. Termasuk satu-satunya negara di dunia yang menerapkan total koperasi sebagai kebijakan ekonomi negaranya.

Yang menarik untuk saya cantumkan di sini adalah rasio gaji antara pejabat tertinggi sampai buruh terendah yang tidak lebih dari satu banding enam (1:6). Artinya jika buruh terendah memperoleh gaji tertinggi 2 juta, maka pimpinan tertinggi mendapat bagian tidak lebih dari 12 juta. Hal yang mustahil kita temukan dalam perusahaan milik kapitalis. Bahkan dalam BUMN yang konon milik rakyat itu, berapa rasio gaji antara komisaris dan office boy? Jangan tanya lagi, 1 banding ribuan!

(3) Pengembangan koperasi di berbagai sektor. Anda yang selama ini mengira bahwa koperasi sekadar sebagai tempat simpan pinjam uang, usaha kecil-kecilan seperti toko kelontong yang tak beda dengan UMKM, akan terkejut mendapati bahwa koperasi jauh dari bayangan tersebut. Sebagai contoh, sebagian gedung-gedung tinggi bak pencakar langit yang ada di Kanada adalah milik koperasi. Bahkan salah satu klub sepakbola terbesar di dunia seperti Barcelona adalah milik koperasi. Itulah mengapa slogannya Mes Que un Club (lebih dari sekadar klub). Ulasan lengkapnya silakan baca di bagian ini.

(4) Membangun masa depan koperasi dan ekonomi rakyat. Dalam bagian ini saya sangat miris mendapati negeri seperti Amerika Serikat yang kita anggap sebagai negerinya kapitalis itu ternyata adalah negara yang penduduknya menjalankan sistem koperasi paling besar, yakni sebesar 26 persen dari total 300 koperasi besar di seluruh dunia yang dirilis oleh ICA (International Cooperative Alliance). Sayangnya dari 300 daftar koperasi tersebut, tak ada satu pun yang dari Indonesia.

📚 Artikel Terkait

Mengulik Proses dan Protes Jalannya Legislasi di Parlemen

Menjelaskan Di Balik Aksi Protes Dan Kerusuhan 2025 (1)

Mengapa Demo Besar Rakyat Itali Menuntut Pengakuan Palestina Merdeka

SEPERTI BULAN DAN MATAHARI

Harus diakui bahwa membangun koperasi adalah seperti membangun peradaban, tidak ada yang instan. Satu contoh koperasi Mondragon di Basque adalah koperasi yang dibangun selama 70 tahun lamanya hingga menjadikannya koperasi terbesar di Spanyol. Anda yang merintis koperasi dari yang skala yang paling kecil boleh jadi bukan Anda yang menikmati pencapaian puncaknya.


Penting untuk dipahami bahwa perbedaan mendasar antara sistem koperasi dan kapitalisme adalah: koperasi tidak menempatkan modal sebagai tujuan utama melainkan manusianya (people-based association), modal (kapital), melainkan hanyalah alat bantu; sedangkan kapitalisme menempatkan modal sebagai hal yang utama (capital-based association). Maka bukanlah profit (keuntungan) yang menjadi tujuan utama koperasi, melainkan benefit (kebermanfaatan). Dengan cara seperti itulah kita benar-benar menjalankan demokrasi dalam bidang ekonomi.

Suroto, tidak saja menulis koperasi sebatas teori, ia juga aktif mengadvokasi pelaku koperasi dengan menjadi konsultan independen dalam berbagai kegiatan kebijakan sosial-ekonomi dan koperasi, baik di tingkat nasional maupun internasional. Perjalanannya ke berbagai negara dalam mengamati jalannya koperasi menjadi jaminan terhadap bobot tulisannya.

Dua tahun sebelum buku ini terbit, saya sudah membaca buku berisi kumpulan karya dan pidato Bung Hatta mengenai koperasi yang diterbitkan oleh Kompas dengan judul “Membangun Koperasi dan Koperasi Membangun”, yang kemudian diterbitkan kembali oleh LP3ES dan menjadi jilid ke-6 dari Karya Lengkap Bung Hatta. Buku berisi gagasan revolusioner Hatta dalam bidang ekonomi, hingga menjadi landasan konstitusi kita dalam menjalankan sistem ekonomi yang tertuang dalam pasal 33 UUD 1945.

Ternyata, Suroto menjadikan pula buku ini sebagai salah satu inspirasi tulisannya. Jadi sebelum Anda membaca jilid ke-6 tersebut, sangat direkomendasikan untuk baca buku Suroto ini. Atau sebaliknya yang sudah baca jilid ke-6, maka buku Koperasi Lawan Tanding Kapitalisme ini menjadi kontekstual untuk melihat pemikiran Hatta yang jauh melampaui zamannya.

Koperasi mengajarkan kepada bagaimana hidup di alam demokrasi yang sejati. Dalam bernegara, setiap orang harus menyadari, bahwa demokrasi politik tanpa demokrasi ekonomi sesungguhnya adalah negeri tanpa demokrasi. Maka dalam memahami Pancasila yang menjadi dasar filosofi NKRI itu saya berkesimpulan bahwa: kita perlu persatuan (sila ke-3) tetapi kita lebih perlu hak kita yang dihormati sekaligus kesejahteraan hidup kita yang dijamin (sila ke-3 dan ke-5).

Di akhir-akhir buku ini Suroto menjelaskan bahwa ada dua masalah utama kenapa koperasi di Indonesia tidak berkembang. (Hlm. 264-265).

Pertama adalah persoalan paradigma, masyarakat masih banyak yang tidak paham yang dimaksud dengan koperasi dan arti pentingnya bagi pembangunan yang berdaulat dan mandiri. Kenapa bisa sampai tidak paham? Sebab koperasi sebagai ilmu pengetahuan dan temuan penting peradaban tidak pernah diajarkan di bangku sekolah. Bahkan disingkirkan sejauh mungkin sebelum masuk ke pikiran.

Sebaliknya, sebagaimana diungkapkan oleh Prof. Sri-Edi Swasono dalam pengantar buku ini, bahkan: “Mahasiswa-mahasiswa pemula mengawali belajar ilmu ekonomi yang berhaluan persaingan dan mekanisme pasar, dengan supply dan demand yang bebas naik dan bebas turun. Artinya, mereka belajar ilmu ekonomi berdasar “kompetitivisme”, bukan berdasar “kooperativisme”.” (Hlm. xlii).

Kedua adalah soal regulasi dan kebijakan. Koperasi tidak diberi kesempatan untuk menjadi opsi bagi pengembangan bisnis di sektor layanan publik. Misal (1) koperasi tidak dijadikan sebagai pilihan badan hukum dalam UU BUMN; dan (2) dalam layanan kesehatan, investasi asing yang menanam modal di sektor kesehatan wajib berbadan hukum perseroan (tidak heran kalau layanan kesehatan sangat rentan dikapitalisasi).


Sebentar lagi kita memperingati hari koperasi, entah kapan negeri ini menjadikan koperasi sebagai soko guru perekonomiannya. Sebab jangankan soko guru, bahkan soko pinggiran pun belum sampai.[]

*Sukabumi, 23 Juni 2025

🔥 5 Artikel Terbanyak Dibaca Minggu Ini

Pria Yang Merindukan Prostatnya
Pria Yang Merindukan Prostatnya
28 Feb 2025 • 197x dibaca (7 hari)
Oposisi Itu Terhormat
Oposisi Itu Terhormat
3 Mar 2025 • 174x dibaca (7 hari)
Ketika Kemampuan Memahami Bacaan Masih Rendah
Ketika Kemampuan Memahami Bacaan Masih Rendah
27 Feb 2025 • 150x dibaca (7 hari)
Keriuhan Media Sosial atas Kasus Keracunan Program Makan Bergizi Gratis (MBG)
Keriuhan Media Sosial atas Kasus Keracunan Program Makan Bergizi Gratis (MBG)
2 Oct 2025 • 144x dibaca (7 hari)
Kala Anak Negeri, Tak Mengenal Negerinya
Kala Anak Negeri, Tak Mengenal Negerinya
13 Mar 2025 • 140x dibaca (7 hari)
📝
Tanggung Jawab Konten
Seluruh isi dan opini dalam artikel ini merupakan tanggung jawab penulis. Redaksi bertugas menyunting tulisan tanpa mengubah subtansi dan maksud yang ingin disampaikan.
Redaksi

Redaksi

Majalah Perempuan Aceh

Artikel

Menulis Dengan Jujur

Oleh Tabrani YunisSeptember 9, 2025
#Gerakan Menulis

Tak Sempat Menulis

Oleh Tabrani YunisJuly 12, 2025
#Sumatera Utara

Sengketa Terpelihara

Oleh Tabrani YunisJune 5, 2025
Puisi

Eleği Negeriku  Yang Gelap Gulita

Oleh Tabrani YunisJune 3, 2025
Puisi

Kegalauan Bapak

Oleh Tabrani YunisMay 29, 2025

Populer

  • Gemerlap Aceh, Menelusuri Emperom dan Menyibak Goheng

    Gemerlap Aceh, Menelusuri Emperom dan Menyibak Goheng

    162 shares
    Share 65 Tweet 41
  • Inilah Situs Menulis Artikel dibayar

    152 shares
    Share 61 Tweet 38
  • Peran Coaching Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan

    145 shares
    Share 58 Tweet 36
  • Korupsi Sebagai Jalur Karier di Konoha?

    57 shares
    Share 23 Tweet 14
  • Lomba Menulis Agustus 2025

    51 shares
    Share 20 Tweet 13

HABA MANGAT

Haba Mangat

Tema Lomba Menulis November 2025

Oleh Redaksi
November 10, 2025
Haba Mangat

Tema Lomba Menulis Bulan Oktober 2025

Oleh Redaksi
October 7, 2025
Haba Mangat

Pemenang Lomba Menulis – Edisi Agustus 2025

Oleh Redaksi
September 10, 2025
Postingan Selanjutnya

Sejarah Banda Aceh (Emperom dan Goheng) - Review Artikel

  • Kirim Tulisan
  • Program 1000 Sepeda dan Kursi roda
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Tentang Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi

© 2025 Potret Online - Semua Hak Cipta Dilindungi

-
00:00
00:00

Queue

Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00