https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
Wednesday, July 16, 2025
No Result
View All Result
POTRET Online
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
POTRET Online
No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
Pariwara
Beranda Cerita

“POTRET SINGKAT SEORANG ANAK NEGERI DALAM MERAJUT MIMPI”

Redaksi Oleh Redaksi
4 years ago
in Cerita, Cerpen, Kisah Hidup
Reading Time: 7 mins read
A A
0
5
Bagikan
51
Melihat

 Oleh Juliana A. Hamid

Berdimisili di Banda Aceh

 

Seragam putih merah masih melekat di tubuh gadis mungil itu. Matahari menyinari bumi Allah dengan cahaya kuningnya, yang panasnya seakan menyengat sampai ke sumsum tulang. Seakan dapat mendidihkan ubun-ubun kepala. Bayangan kelam pohon asam pinggiran kota memberi keteduhan. Lalu lalang kendaraan yang menggepulkan asap pekat bukan persoalan lagi bagi seruni bocah yang  berusia 10 tahun itu. 

Debu menderu terpingkal menjungkal menerjang bukan masalah baginya untuk tetap setia membantu ibunya berjualan di pinggir jalan. Hangat cuaca, angin mendesir, dedaunan kering-kering berjatuhan ibarat salju berguguran di musim dingin.

SubhanaAllah panasnya siang ini keluhku. Hampir 300 meter jauhnya aku mendorong kereta kesayanganku ini untuk mencari bensin. Alhamdulillah, yang dicari akhirnya dapat juga…terlihat seorang bocah kecil berseragam sekolah yang kulihat dari kejauhan tadi dengan ramah dan senyum manisnya menyapaku dengan akrabnya.“Ada yang bisa dibantu kak Ana? kehabisan bensin ya??” Tanyanya. suara itu sangat aku kenal, segera aku menoleh dengan cepat ke arahnya sambil membalas senyumnya, ternyata dia adalah Seruni. Wajah yang tak asing bagiku,,,iya,, dia Seruni, murid SD dekat rumahku yang setiap pagi harinya selalu berjalan kaki melewati rumah kami, tak terlupakan tegur ramah dan senyum hangatnya Seruni dengan jinjingan kresek hitam di tangannya yang berisikan kue jualannya,”pulot dan Bika ubi” yang selalu dibawa ke sekolah untuk dijualnya. Dengan penuh semangat setiap harinya bocah yang duduk di bangku kelas V SD itu harus berjalan kaki sejauh 1 kilo setengah tiap paginya menempuh perjalanan menuju sekolahnya. Diriku baru saja 300 meter mendorong kereta dah kewalahan, huuuffftt….. sementara Seruni tidak pernah mengeluh.

Mamaku sering bercerita tentang Seruni. Seruni adalah murid kesayangan mama karna dia murid paling penurut, paling rajin, dan paling berprestasi di sekolahnya. Kata mamak, anak yatim ini juga memiliki daya tanggap yang begitu cepat dalam menerima pelajaran. Seruni sering mengikuti berbagai perlombaan mewakili sekolahnya dan kerap kali Seruni menang. Banyak piala yang sudah dibawa pulang, dari berbagai bidang pelajaran yang diakuasai, mulai dari seni, sains, agama, bahkan olahraga.

Sebenarnya sejak dari dulu aku kagum dengan kepribadian anak yatim itu. Hari ini melihat seruni membantu ibunya berjualan di pinggiran jalan. Rasa kagumku semakin bertambah untuknya.

***

“Kak Ana berapa liter Seruni isi, 2 liter aja ya??”, sambil membuka drum berisi bensin.

“Jadi, Seruni sepulang sekolah langsung kesini, bantuin ibu” tanyaku.

“Ia kak, dari sekolah seruni langsung kemari gantiin mamak, mamak pulang masak n jemput dek ahmad di sekolahnya. Jadi Seruni yang gantiin ibu jagain kios dan dek Siti. Sebentar lagi mamak dah balik”. Katanya sambil menuang minyak ke dalam tanggi motorku.  

“ooo begitu, iyayaa” kataku kagum,  sambil mengangguk dan mengancungkan jempol ke arah Seruni.  “Subhanallah”, kubertasbih sambil kuusap kepalanya. Seruni tersenyum sambil merangkul tubuhku.

“Dek Sitinya lagi tidur ya?? Sambil menoleh ke sebuah ayunan yang tergantung pada dahan sebatang pohon asam di samping kios kecil itu. Kudekati dan kuperhatikan baik-baikbayi polos yang tidur dalam ayunan itu dengan lelapnya dengan buaian desiran angin siang.

“disini enak kali dek ya, rindang, kak Ana mau istirahat di sini dulu ya”, Sambil duduk di samping ayunan di atas trotoar pinggir jalan yang beralaskan kardus bekas. Seruni pun ikot duduk di sampingku. Sambil kukeluarkan bekal dari dalam tas ranselku, Seruni pasti laparr kan?. Makan mie masakan kak Ana yuukss!!!”. Sambil makan  mie goreng buatanku, kumulai membuka pembicaraan. Rasa penasaran tuk mengenal lebih jauh sosok Seruni dan keluarganya itu membuatku banyak bertanya.

“Udah lama Seruni jualan di sini? Tanyaku menoleh ke arahnya,

“sejak ayah meninggalkan kami  k’ Aana” jawabnya dengan menundukkan wajah. “waktu itu Seruni masih kelas tiga, dulu Ayah meninggal ketabrak mobil Kak,  di situ” sambil menuju kearah tengah jalan raya, “sejak peristiwa itu ibu yang berjualan disini, sejak ditinggal Ayah kami harus hidup mandiri tuk memenuhi kebutuhan tinggal di kota. Semuanya serba sulit Kak, harus membayar kontrakan, biaya sekolah Seruni dan adik-adik biaya makan kami itu semua serba sulit. Namun, perjalanan kami masih panjang, Seruni ingin ngebuktiin sama orang-orang desa kalau masyarakat miskin seperti kami juga bisa bersekolah”, kata-kata mereka sudah menjadi cambuk motivasi bagi Seruni dan keluarganya untuk lebih semangat lagi berjuang. Mereka selalu mengatakan “bukan orang-orang seperti kalian yang sanggup bersekolah di sana, pulanglah kemari. Di sini tempat yang cocok untuk kalian”. Cambuk penyemangat itu yang membuat Seruni dan keluarga sampai saat ini masih bertahan.

Gadis kecil dengan tipikal peramah itu tidak seperti anak-anak seusianya yang kerap menghabiskan waktu untuk bermain. tiada kenal kata bermain bagi seruni, pagi2 buta seruni harus bangun untuk membantu ibunya membuat kue, dan segera bersiap-siap mengantarkan kue-kue buatannya itu tuk dititipkan  ke warung-warung kopi. Begitu juga di kantin sekolahnya. Seruni tidak pernah terlambat dan tahun ini Seruni terpilih menjadi siswa yang paling disiplin di sekolahnya. Wajar saja, kalau predikat juara umum selalu disandang Seruni. Dia begitu giat, dan pandai memanajemenkan waktu, di samping mempunyai otak yang jenius. 

Selepas sekolah Seruni langsung membantu ibunya berjualan. Di sore hari mengambil tempat-tempay kue yang dititipkan di warung-warung kopi tadi pagi. Malam harinya Seruni mengaji di dayah. Begitulah setiap harinya. Gadis ini punya mimpi yang besar, dengan semangat dan usaha yang luar biasa. 

Tiada terasa hampir 1 jam lamanya diriku berbicara dengan Seruni. Banyak hal yang sudah aku ketahui dan belum kuketahui tentang gadis berlesung pipit dengan senyum terhangat itu. Ibunya juga belum datang dan dek Siti pun belum terbangun dari tidur panjangnya.

Seruni, percayalah hari ini aka lebih indah daripada kemarin jika kita mengawalinya dengan do’a dan senyuman keikhlasan. Sambil kurangkul erat tubuh Seruni yang kurus itu dan mengusap-usap kepalanya yang berkerudung putih. Tetap semangat dan yakinlah semua akan indah pada saatnya.

“Kakak pamit dulu ya Seruni. Kak Ana lupa, kak Ana  masuk kuliah hari ini”. Sambil sambil bangkit dari tempat dudukku dan memakai tas ransel.  

“Singgah-sunggahlah lagi kak ya?, kata Seruni sambil menyalami tanganku.

“Ya Insya Allah kapan-kapan kakak singgah lagi, kakak ingin dengerin lagi kisah Seruni. Sambil tersenyum dan berlalu meninggal Seruni.

Banyak pelajaran dan hikmah berharga yang kupetik dari kisah Seruni. Ini adalah pengalaman pribadiku saat pergi Co-As tuk dinas siang di sebuah Rumah sakit Umum di Banda Aceh kala itu. Karena kehabisan bensin aku bisa mengenal Seruni lebih jauh lagi, gadis kecil yang selalu ceria dan peramah yang kerap kujumpai tiap pagi di depan rumahku. Ya, begitulah kira-kira  salah satu gambaran tentang salah seorang anak negri yang sedang merajut mimpi.

 

Identitas:

Juliana A. Hamid Alumnus  PSIK UNSYIAH. Menjadi penulis terkenal merupakan mimpi utama. Bakat menulis sudah aku miliki sejak duduk di bangku SD dulu,  namun tidak pernah dikembangkan. Saat ini akuingin menggali kembali bakat yang telah terpendam itu, belum ada prestasi satupun dalam dunia menulis, ini  adalah tulisan keduaku. Perbaikan dan koreksi  sangat di harapkan..terimakasih.

Alamat : Komplek Guru Batoh

Share2SendShareScanShare
Redaksi

Redaksi

Majalah Perempuan Aceh

Postingan Selanjutnya

Menghadirkan Tuhan Dalam Buku

CUT NYAK MEUTIA SRIKANDI BERPARAS JELITA

TGK. IBRAHIM PMTOH MEMBANGUN KHAZANAH SASTRA DAN BUDAYA ACEH DENGAN HIKAYAT

Memilah Sampah Dari Rumah

KONSEP DASAR PENELITIAN TINDAKAN KELAS(Classroom Action Research)

HABA MANGAT

Haba Mangat

Tema Lomba Menulis Edisi Mei

Oleh Redaksi
May 10, 2025
0
435

27 tahun yang lalu (1998) nilai tukar rupiah terhadap dolar, dari Rp 2,575.00 berangsur turun menjadi Rp 16.000 pada Maret...

Baca SelengkapnyaDetails
Majalah POTRET pun Penting dan Perlu Untuk Melihat Wajah Batin dan Spiritualitas Diri Kita

Tema Lomba Menulis Maret 2025

March 22, 2025
383

Responden Terpilih

March 14, 2025
138
Majalah POTRET pun Penting dan Perlu Untuk Melihat Wajah Batin dan Spiritualitas Diri Kita

Pemenang Lomba Menulis Februari 2025

March 2, 2025
395

Jajak Pendapat #KaburAjaDulu

February 22, 2025
244

SELAKSA

  • All
  • Tabrani Yunis
Diamuk Rindu

Tak Sempat Menulis

Oleh Tabrani Yunis
2025/07/12
0
118

Oleh Tabrani Yunis  Tak sempat menulis, atau belum ada waktu menulis. Itulah dua ungkapan yang sangat sering kita dengar, keluar...

BENGKEL OPINI RAKyat

Sengketa Terpelihara

Oleh Tabrani Yunis
2025/06/05
0
142

Oleh Tabrani Yunis  Pulau Panjang, Mangkir Ketek, Mangkir Gadang dan Lipan Tidak seperti Pulau Sipadan dan Ligitan Yang durebut Malaysia  karena...

Eleği Negeriku  Yang Gelap Gulita

Eleği Negeriku  Yang Gelap Gulita

Oleh Tabrani Yunis
2025/06/03
0
93

Oleh Tabrani Yunis Negeri mutu manikam berkabut gelap Yang terbentang di garis Khatulistiwa  Apakah ada matahari yang disadap  Hingga seluruh...

Kegalauan Bapak

Kegalauan Bapak

Oleh Tabrani Yunis
2025/05/29
0
123

Oleh Tabrani Yunis  Nak, Kemarilah duduk sejenak Kuharap kau dapat menyimak Setiap kata dan kalimat Bapak Walau usiamu masih anak-anak...

Populer

  • Melihat Sejarah Aceh Dalam Perspektif Temuan Keramik Kuno

    Melihat Sejarah Aceh Dalam Perspektif Temuan Keramik Kuno

    8 shares
    Share 3 Tweet 2
  • Salem’s City Seal Controversy: Between Historical Legacy and Modern Sensitivities

    7 shares
    Share 3 Tweet 2
  • Kemampuan Memahami Bacaan – Ulasan

    7 shares
    Share 3 Tweet 2
  • Aceh dan Salem: Jejak Sejarah Dagang yang Terancam Terhapus

    7 shares
    Share 3 Tweet 2
  • Mengenal Prinsip Pareto di Tengah Ketidakseimbangan Hidup

    15 shares
    Share 6 Tweet 4
POTRET Online

Copyright@potret2025

Media Perempuan Aceh

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Program 1000 Sepeda dan Kursi roda
  • Kirim Tulisan
  • Saat Plastik Bertemu AI

Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini

Copyright@potret2025

-
00:00
00:00

Queue

Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00