• Terbaru
Kuliah Tanpa Beban: Kritik Terhadap Klaim Kuliah yang Terlalu Mudah

Asia dalam Bayang-Bayang Barat: Sebuah Peringatan dari Palestina

June 22, 2025

🚩🚩SELAMAT PAGI MERAH PUTIH

November 11, 2025

Benarkah Matematika Mata Pelajaran Horor?

November 11, 2025

Kepemimpinan, Kecantikan, dan Penampilan Perempuan Dibentuk oleh Budaya Patriarki

November 11, 2025

Kasino Pertama di Uni Emirat Arab: Antara Diversifikasi Ekonomi dan Dilema Identitas Islam

November 11, 2025

🚩🚩SELAMAT PAGI MERAH PUTIH

November 11, 2025

Pahlawan dan Peradaban

November 11, 2025

Tema Lomba Menulis November 2025

November 10, 2025

Mengoreksi Adab Kemanusiaan Kita ( Hari Pahlawan)

November 10, 2025

Menimbang Relativisme Pahlawan

November 10, 2025

Kehebohan Miss Universe 2025: Drama, Sponsor, dan Suara Perempuan

November 10, 2025
Kuliah Tanpa Beban: Kritik Terhadap Klaim Kuliah yang Terlalu Mudah

Banda Aceh Menuju Kota Empat Bahasa: Gerbang Baru Indonesia ke Dunia

November 9, 2025
Pujangga Lama dan Pujangga Baru Punah, Karena Tidak Mendapat Tempat Dalam Negara Sistem Republik

Ketika Kebijakan Menkeu Sudah Bersilangan Dengan Presiden, Purbaya Yudhi Sadewa Akan Lebih Mulia & Terhormat Mundur dari Kabinet

November 9, 2025
Tuesday, November 11, 2025
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Login
  • Register
POTRET Online
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
No Result
View All Result
POTRET Online
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
No Result
View All Result
Plugin Install : Cart Icon need WooCommerce plugin to be installed.
POTRET Online
No Result
View All Result

Asia dalam Bayang-Bayang Barat: Sebuah Peringatan dari Palestina

Dayan AbdurrahmanOleh Dayan Abdurrahman
June 22, 2025
0
Reading Time: 4 mins read
Kuliah Tanpa Beban: Kritik Terhadap Klaim Kuliah yang Terlalu Mudah
🔊

Dengarkan Artikel

Oleh: Dayan Abdurrahman,


“Dalam setiap perang, selalu ada yang kalah bahkan sebelum tembakan pertama dilepaskan: mereka yang tidak berdaulat atas nasibnya sendiri.”

Setelah lebih dari tujuh dekade berlalu sejak Holocaust, kita menyaksikan bahwa proyek politik untuk memulangkan orang-orang Yahudi ke Palestina—yang konon disebut sebagai “penebusan historis”—telah menjelma menjadi sumber konflik global paling berkepanjangan. Dari pengusiran paksa warga Palestina, pendudukan wilayah Tepi Barat, hingga eskalasi brutal di Gaza, semua ini bukan sekadar krisis kemanusiaan. Ini adalah buah dari skenario besar dunia pasca-Perang Dunia II, yang dikendalikan bukan oleh idealisme moral, melainkan oleh kepentingan geoekonomi dan kekuasaan.

Dalam panggung global yang kompleks itu, Asia memiliki alasan mendalam untuk waspada.


Dari Mandat ke Kapital: Skenario Barat Tidak Pernah Netral

Kolonialisme klasik telah lama berganti rupa menjadi hegemoni ekonomi, superioritas militer, dan narasi moral palsu yang dikemas dalam paket demokrasi liberal. Proyek negara Israel bukan sekadar hasil keprihatinan terhadap korban perang. Itu adalah strategi jangka panjang untuk menanamkan pos militer-politik Barat di jantung Timur Tengah—wilayah yang sejak dulu dikenal sebagai “jalur urat nadi energi dunia”.

Wilayah itu sebelumnya memang pernah dijajah secara fisik. Namun kini ia dikendalikan lewat sistem keuangan global, bantuan militer, dan intervensi diplomatik yang timpang. Setiap kali bangsa Timur Tengah mencoba mengartikulasikan kedaulatannya sendiri, mereka akan dicap sebagai radikal, teroris, atau pengganggu stabilitas.

Dan dunia Barat akan segera merespons dengan doktrin intervensi: “responsibility to protect,” yang justru melanggengkan subordinasi politik.


Pelajaran dari Asia: Demokrasi Bukan Produk Impor

Berbeda dengan wilayah-wilayah yang porak-poranda karena eksperimen geopolitik, negara-negara Asia seperti Indonesia, Jepang, dan India telah menempuh jalur transformasi internal dari kerajaan atau otokrasi menuju demokrasi (meski belum sempurna). Demokrasi yang dibangun bukan karena tekanan Barat, melainkan hasil dari kesadaran historis: bahwa tanpa partisipasi rakyat dan legitimasi moral, tidak ada bangsa yang akan bertahan lama dalam dunia modern.

Indonesia, misalnya, telah melewati babak panjang dari otoritarianisme Orde Baru ke era reformasi. Meski masih banyak cacat prosedural, demokrasi Indonesia berdiri sebagai bukti bahwa bangsa ini mampu menata dirinya sendiri, tanpa harus menjadi satelit ideologis siapa pun.

📚 Artikel Terkait

Ibnu Sina: Sang Cahaya dari Bukhara

Sastra: Nafas Panjang Kemanusiaan

Dua Setangkai Puisi Rosli K. Matari

Perjalanan untuk Mengenyam Pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri.

Di titik ini, kita patut bertanya: mengapa bangsa-bangsa Asia, yang selama berabad-abad mengalami kolonialisme, justru lebih cermat membaca arah angin politik global?


Bangkitnya Asia dan Etika Non-Blok

Konferensi Asia-Afrika di Bandung tahun 1955 bukan sekadar event sejarah. Itu adalah pernyataan sikap kolektif bangsa-bangsa Selatan: bahwa kami menolak menjadi pion dalam Perang Dingin. Prinsip-prinsip Non-Blok—tidak berpihak, tidak tunduk, dan tidak mengeksploitasi—harusnya kembali dihidupkan sebagai etika politik Asia hari ini.

Saat ini, lebih dari separuh masyarakat ASEAN menyatakan bahwa mereka menolak memilih antara Amerika Serikat dan Tiongkok, menurut survei terbaru ISEAS-Yusof Ishak Institute (2024). Netralitas aktif adalah bentuk kedewasaan politik kawasan ini. Negara seperti Vietnam menunjukkan “bamboo diplomacy”: lentur terhadap tekanan global, tetapi tetap teguh di akar nasionalisme.


Palestina sebagai Cermin Bangsa

Apa yang terjadi di Palestina bukan hanya soal hak asasi manusia, tetapi soal kontrol. Kontrol terhadap narasi, terhadap sejarah, dan terhadap masa depan. Inilah yang harus diwaspadai oleh bangsa-bangsa Asia. Di tengah tekanan geopolitik, embargo teknologi, dan ketergantungan ekonomi global, bangsa kita bisa saja kembali terseret menjadi bagian dari skenario adidaya.

Namun ada yang membedakan kita hari ini: kesadaran.

Kesadaran bahwa dominasi Barat bukanlah keniscayaan. Bahwa kekuatan moral dan kemandirian politik bangsa Asia bisa menjadi alternatif. Kita bisa, dan harus, membentuk ulang tatanan global, bukan menjadi ekornya.


Ke Depan: Strategi Kultural dan Ekonomi Baru

Kekuatan Asia terletak bukan pada kekuatan militernya, melainkan pada kombinasi unik: populasi besar, stabilitas internal, warisan kultural, dan potensi ekonomi. Indonesia, India, Jepang, dan Tiongkok hari ini bukan sekadar pasar. Mereka adalah arsitek masa depan peradaban multipolar.

Namun untuk mewujudkannya, bangsa Asia perlu:

  1. Menolak narasi tunggal dari Barat. Jangan menerima begitu saja propaganda “demokrasi vs otoritarianisme” yang menyederhanakan realitas geopolitik.
  2. Menjaga otonomi informasi. Bangun media independen dan pusat riset regional agar tidak tergantung pada narasi media Barat yang bias dan berkepentingan.
  3. Memperkuat kerjasama intra-Asia. Dari ASEAN hingga RCEP (Regional Comprehensive Economic Partnership), Asia harus menjadikan dirinya sebagai blok produksi dan pengetahuan, bukan hanya konsumen dan penonton.

Penutup: Jangan Jadi Penonton Sejarah

Sejarah tidak menunggu bangsa yang ragu. Kita sedang berada di ambang realitas baru, di mana dominasi Barat tidak lagi sepenuhnya tak tergoyahkan. Namun jika kita lengah—terpecah, terpancing, atau tergoda oleh intervensi asing—maka sejarah hanya akan mengulang luka lama dengan wajah baru.

Palestina bukan hanya cerita tentang bangsa lain. Itu adalah cermin. Dan dari cermin itu, kita harus bertanya pada diri sendiri: apakah kita masih sanggup menjaga kedaulatan, atau akan kembali menjadi catatan kaki dalam sejarah kekuasaan global?


Catatan Penutup:
Artikel ini ditulis dengan merujuk pada laporan-laporan independen dari ISEAS-Yusof Ishak Institute, Al Jazeera, Anadolu Agency, serta kajian sejarah diplomatik Non-Aligned Movement. Tidak ada satu pihak yang mewakili kebenaran mutlak, namun sejarah menunjukkan siapa yang selalu diuntungkan dari setiap konflik.

🔥 5 Artikel Terbanyak Dibaca Minggu Ini

Pria Yang Merindukan Prostatnya
Pria Yang Merindukan Prostatnya
28 Feb 2025 • 202x dibaca (7 hari)
Oposisi Itu Terhormat
Oposisi Itu Terhormat
3 Mar 2025 • 175x dibaca (7 hari)
Ketika Kemampuan Memahami Bacaan Masih Rendah
Ketika Kemampuan Memahami Bacaan Masih Rendah
27 Feb 2025 • 153x dibaca (7 hari)
Keriuhan Media Sosial atas Kasus Keracunan Program Makan Bergizi Gratis (MBG)
Keriuhan Media Sosial atas Kasus Keracunan Program Makan Bergizi Gratis (MBG)
2 Oct 2025 • 145x dibaca (7 hari)
Kala Anak Negeri, Tak Mengenal Negerinya
Kala Anak Negeri, Tak Mengenal Negerinya
13 Mar 2025 • 140x dibaca (7 hari)
📝
Tanggung Jawab Konten
Seluruh isi dan opini dalam artikel ini merupakan tanggung jawab penulis. Redaksi bertugas menyunting tulisan tanpa mengubah subtansi dan maksud yang ingin disampaikan.
Dayan Abdurrahman

Dayan Abdurrahman

Bio narasi Saya adalah lulusan pendidikan Bahasa Inggris dengan pengalaman sebagai pendidik, penulis akademik, dan pengembang konten literasi. Saya menyelesaikan studi magister di salah satu universitas ternama di Australia, dan aktif menulis di bidang filsafat pendidikan Islam, pengembangan SDM, serta studi sosial. Saya juga terlibat dalam riset dan penulisan terkait Skill Development Framework dari Australia. Berpengalaman sebagai dosen dan pelatih pendidik, saya memiliki keahlian dalam penulisan ilmiah, editing, serta pendampingan riset. Saat ini, saya terus mengembangkan karya dan membangun jejaring profesional lintas bidang, generasi, serta komunitas akademik global.

Artikel

Menulis Dengan Jujur

Oleh Tabrani YunisSeptember 9, 2025
#Gerakan Menulis

Tak Sempat Menulis

Oleh Tabrani YunisJuly 12, 2025
#Sumatera Utara

Sengketa Terpelihara

Oleh Tabrani YunisJune 5, 2025
Puisi

Eleği Negeriku  Yang Gelap Gulita

Oleh Tabrani YunisJune 3, 2025
Puisi

Kegalauan Bapak

Oleh Tabrani YunisMay 29, 2025

Populer

  • Gemerlap Aceh, Menelusuri Emperom dan Menyibak Goheng

    Gemerlap Aceh, Menelusuri Emperom dan Menyibak Goheng

    162 shares
    Share 65 Tweet 41
  • Inilah Situs Menulis Artikel dibayar

    152 shares
    Share 61 Tweet 38
  • Peran Coaching Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan

    145 shares
    Share 58 Tweet 36
  • Korupsi Sebagai Jalur Karier di Konoha?

    57 shares
    Share 23 Tweet 14
  • Lomba Menulis Agustus 2025

    51 shares
    Share 20 Tweet 13

HABA MANGAT

Haba Mangat

Tema Lomba Menulis November 2025

Oleh Redaksi
November 10, 2025
Haba Mangat

Tema Lomba Menulis Bulan Oktober 2025

Oleh Redaksi
October 7, 2025
Haba Mangat

Pemenang Lomba Menulis – Edisi Agustus 2025

Oleh Redaksi
September 10, 2025
Postingan Selanjutnya

Risalah Amman - Review Artikel

  • Kirim Tulisan
  • Program 1000 Sepeda dan Kursi roda
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Tentang Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi

© 2025 Potret Online - Semua Hak Cipta Dilindungi

-
00:00
00:00

Queue

Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00