• Terbaru

SEANDAINYA AKU TAK MENJADI GURU

February 19, 2024

🚩🚩SELAMAT PAGI MERAH PUTIH

November 11, 2025

Benarkah Matematika Mata Pelajaran Horor?

November 11, 2025

Kepemimpinan, Kecantikan, dan Penampilan Perempuan Dibentuk oleh Budaya Patriarki

November 11, 2025

Kasino Pertama di Uni Emirat Arab: Antara Diversifikasi Ekonomi dan Dilema Identitas Islam

November 11, 2025

🚩🚩SELAMAT PAGI MERAH PUTIH

November 11, 2025

Pahlawan dan Peradaban

November 11, 2025

Tema Lomba Menulis November 2025

November 10, 2025

Mengoreksi Adab Kemanusiaan Kita ( Hari Pahlawan)

November 10, 2025

Menimbang Relativisme Pahlawan

November 10, 2025

Kehebohan Miss Universe 2025: Drama, Sponsor, dan Suara Perempuan

November 10, 2025
Kuliah Tanpa Beban: Kritik Terhadap Klaim Kuliah yang Terlalu Mudah

Banda Aceh Menuju Kota Empat Bahasa: Gerbang Baru Indonesia ke Dunia

November 9, 2025
Pujangga Lama dan Pujangga Baru Punah, Karena Tidak Mendapat Tempat Dalam Negara Sistem Republik

Ketika Kebijakan Menkeu Sudah Bersilangan Dengan Presiden, Purbaya Yudhi Sadewa Akan Lebih Mulia & Terhormat Mundur dari Kabinet

November 9, 2025
Tuesday, November 11, 2025
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Login
  • Register
POTRET Online
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
No Result
View All Result
POTRET Online
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
No Result
View All Result
Plugin Install : Cart Icon need WooCommerce plugin to be installed.
POTRET Online
No Result
View All Result

SEANDAINYA AKU TAK MENJADI GURU

RedaksiOleh Redaksi
February 19, 2024
0
Reading Time: 6 mins read
🔊

Dengarkan Artikel

Oleh Bussairi D. Nyak Diwa

Bagian 14

Aku memohon izin kepada Nek Abu dengan khitmat sambil mencium tangan Beliau. Tak lupa aku memohon doa restu Beliau agar kelak cita-citaku menuntut ilmu tercapai. Beliau tidak berkata apa-apa kepadaku selain mengangguk-angguk. Bibir Beliau komat-kamit. Entah berdoa, entah berzikir, aku tak tahu. Setelah itu aku bergegas menaiki mobil yang sudah siap untuk berangkat.

Tapi ketika mobil yang disopiri oleh Abang Iparku itu akan bergerak, Nek Abu melambai-lambai dari pintu rumah Beliau. Beliau bergegas ke arah mobil, lalu memanggil-manggil namaku. Aku mau turun, tapi lewat kaca jendela mobil yang terbuka, Nek Abu melarangku turun sambil menyodorkan amplob berwarna putih kepadaku.

“Bus, ini dari Nek Abu untuk jajanmu diperantauan”, ucap Beliau lembut sambil tersenyum.

Aku terkejut. Tak menduga dapat oleh-oleh dari Nek Abu. Tapi karena takzimku kepada Beliau aku menerima kedua amplop berwarna putih itu dengan kedua tanganku.

“Alhamdulillah, terima kasih Nek Abu”, gumamku hampir tak terdengar.

“Gunakan uang itu untuk keperluanmu yang penting-penting saja. Itu hasil keringatmu selama kamu bekerja di pesantren”.

📚 Artikel Terkait

MENGENANG 13.514 HARI ABON AZIZ: SANG ARSITEK ULAMA ACEH

Kaya Susah

Konflik Wakaf Blang Padang: Relasi Kuasa Negara dan Kedaulatan Spiritualitas Lokal di Aceh

Giliran China Serang Amerika

Aku terkejut mendengar ucapan Nek Abu. Aku tak pernah berpikir dan berharap akan mendapatkan imbalan dari Nek Abu. Sungguh, aku bekerja ikhlas karena Allah. Selama ini aku merasa senang karena Nek Abu telah menjadikan aku orang dekat dan kepercayaannya. Itu saja sudah cukup bagiku. Aku sangat bersyukur dan merasa bahagia.

Dengan rasa senang sekaligus terharu, kumasukkan kedua amplop itu ke dalam kantong belakang celanaku. Ketika Nek Abu sudah memasuki rumah dan mobil bergerak, aku mengancingi kantong belakang celanaku di mana kedua amplop tadi kumasukkan. Aku tak tahu berapa isi amplop itu. Aku berniat, nanti jika sudah sampai di Banda Aceh, baru kubuka kedua amplop itu.

Pukul sembilan pagi mobil bergerak meninggalkan kota kecil Bakongan yang penuh kenangan. Tak ada seorang teman pun yang tahu bahwa aku berangkat pagi ini. Aku sengaja tak memberitahukan kepada teman-teman se-SMA-ku. Aku takut nanti teman-teman juga akan mengikuti langkahku, minta pindah dari SMA swasta yang baru beberapa bulan dibuka. Jika ini terjadi, kemungkinan sekolah yang menjadi harapan masyarakat Bakongan itu akan tutup karena ketiadaan murid. Sedangkan di pesantren aku hanya pamit pada Teungku Cunda dua hari sebelum berangkat. Aku hanya bilang pada Beliau bahwa aku pindah sekolah ke Banda Aceh.

Ketika melewati komplek SMP, tempat di mana selama tiga tahun aku berjibaku sebagai siswanya dan selama setengah tahun sebagai siswa perdana di SMA, aku sempat menitikkan air mata. Aku sedih. Hatiku trenyuh mengenang semua apa yang telah kualami di sekolah yang sangat kucintai ini. Di mataku terbayang wajah teman-teman, guru-guru, dan segala yang terjadi selama tiga setengah tahun aku berada dalam naungannya. Terkenang masa-masa yang penuh suka-duka, masa-masa yang menyenangkan dan menyedihkan. Semuanya bergelut menjadi satu.

“Ah, seandainya…”, hatiku berbisik. Aku tak mampu melanjutkan kata andai yang tiba-tiba muncul dari lubuk hatiku itu.

Tiba-tiba aku teringat kedua orang tuaku yang kutinggalkan di kampung. Ayah, yang sehari-hari pergi ke sawah menggarap sawah dengan tanpa mengenal lelah. Ibu yang sehari-hari pergi ke kebun memungut buah pinang atau buah pala yang jatuh. Sekali-kali ibu juga pergi ke sawah membantu Ayah. Ketika musim tanam, Ibu pergi ke huma mencabut bibit padi yang akan ditanam Ayah. Bila padi sudah mulai tumbuh dan hijau Ibu juga membantu Ayah menyiangi rumput yang mulai tumbuh disela-sela batang padi. Dulu belum ada obat-obatan untuk membasmi hama rumput seperti sekarang. Satu-satunya jalan agar tanaman padi terhindar dari serangan rumput, hanya dengan menyianginya menggunakan ‘teungkiot’ yang dibuat khusus untuk itu. Ah, aku jadi terhiba-hiba mengenang ayah dan Ibu. Dalam hati, aku berdoa semoga Ayah dan Ibu sehat selalu dan kelak suatu saat nanti, kami dapat berjumpa lagi. Semoga Allah mengabulkan doaku….

(Bersambung)

BIODATA PENULIS

Drs. Bussairi D. Nyak Diwa, lahir di Bakongan pada 10 Juli 1965. Menyelesaikan sekolah tingkat SD dan SMP di kampung halaman Kecamatan Bakongan, Aceh Selatan. Kemudian tahun 1983 hijrah ke Banda Aceh melanjutkan ke SMA hingga menyelesaikan S-1 di PBSI FKIP Unsyiah, 1991

Menulis puisi dan Cerpen sejak duduk di bangku SMA dan terus berkembang saat berstatus mahasiswa di Kampus Unsyiah. Bersama kawan-kawan mahasiswa pernah mendirikan Surat Kabar Mahasiswa Unsyiah Monumen pada tahun 1989 dan Majalah Kalam FKIP Unsyiah tahun 1990. Hingga saat ini baru menghasilkan dua Kumpulan Puisi Tunggal, empat Kumpulan Puisi Bersama, dan satu Kumpulan Cerpen Tunggal.  

🔥 5 Artikel Terbanyak Dibaca Minggu Ini

Pria Yang Merindukan Prostatnya
Pria Yang Merindukan Prostatnya
28 Feb 2025 • 197x dibaca (7 hari)
Oposisi Itu Terhormat
Oposisi Itu Terhormat
3 Mar 2025 • 174x dibaca (7 hari)
Ketika Kemampuan Memahami Bacaan Masih Rendah
Ketika Kemampuan Memahami Bacaan Masih Rendah
27 Feb 2025 • 150x dibaca (7 hari)
Keriuhan Media Sosial atas Kasus Keracunan Program Makan Bergizi Gratis (MBG)
Keriuhan Media Sosial atas Kasus Keracunan Program Makan Bergizi Gratis (MBG)
2 Oct 2025 • 144x dibaca (7 hari)
Kala Anak Negeri, Tak Mengenal Negerinya
Kala Anak Negeri, Tak Mengenal Negerinya
13 Mar 2025 • 140x dibaca (7 hari)
📝
Tanggung Jawab Konten
Seluruh isi dan opini dalam artikel ini merupakan tanggung jawab penulis. Redaksi bertugas menyunting tulisan tanpa mengubah subtansi dan maksud yang ingin disampaikan.
Redaksi

Redaksi

Majalah Perempuan Aceh

Artikel

Menulis Dengan Jujur

Oleh Tabrani YunisSeptember 9, 2025
#Gerakan Menulis

Tak Sempat Menulis

Oleh Tabrani YunisJuly 12, 2025
#Sumatera Utara

Sengketa Terpelihara

Oleh Tabrani YunisJune 5, 2025
Puisi

Eleği Negeriku  Yang Gelap Gulita

Oleh Tabrani YunisJune 3, 2025
Puisi

Kegalauan Bapak

Oleh Tabrani YunisMay 29, 2025

Populer

  • Gemerlap Aceh, Menelusuri Emperom dan Menyibak Goheng

    Gemerlap Aceh, Menelusuri Emperom dan Menyibak Goheng

    162 shares
    Share 65 Tweet 41
  • Inilah Situs Menulis Artikel dibayar

    152 shares
    Share 61 Tweet 38
  • Peran Coaching Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan

    145 shares
    Share 58 Tweet 36
  • Korupsi Sebagai Jalur Karier di Konoha?

    57 shares
    Share 23 Tweet 14
  • Lomba Menulis Agustus 2025

    51 shares
    Share 20 Tweet 13

HABA MANGAT

Haba Mangat

Tema Lomba Menulis November 2025

Oleh Redaksi
November 10, 2025
Haba Mangat

Tema Lomba Menulis Bulan Oktober 2025

Oleh Redaksi
October 7, 2025
Haba Mangat

Pemenang Lomba Menulis – Edisi Agustus 2025

Oleh Redaksi
September 10, 2025
Postingan Selanjutnya
INSAN TERDUGA

INSAN TERDUGA

  • Kirim Tulisan
  • Program 1000 Sepeda dan Kursi roda
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Tentang Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi

© 2025 Potret Online - Semua Hak Cipta Dilindungi

-
00:00
00:00

Queue

Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00