Oleh Arni S
Sekar kemuning baru saja beranjak dari kelas ketika salah satu siswanya datang dengan tergopoh – gopoh,”. Bu, ibu ditunggu oleh bapak kepala sekolah di kantor,”. Oh iya, ibu segera ke sana,”. Terima kasih ya, ”. Ya Bu. Dengan hati agak berdebar Sekar buru – buru berjalan ke kantor yang terletak tidak jauh dari kelas 3.
Assalamualaikum,”
Walaikum salam,”Silahkan masuk Bu Sekar, “ Bapak memanggil saya?”
Iya, begini Sekar, SK ASNmu sudah turun,” Ini silahkan baca sendiri,” Sekar Kemuning, segera membuka amplop warna putih dan buru – buru membacanya. “ Bagaimana Bu Sekar, Anda ditugaskan di SD mana?” sergah Pak Jayen,” Saya ditugaskan di daerah Sumatera, tepatnya di SDN 10 Muara Sugihan Kabupaten Banyuasin Pak”. Banyuasin, jauh sekali ya Bu,” SDN 10, letaknya di kota atau di pelosok Bu,?” Saya sendiri tidak tahu Pak,” di pelosok, apa di kotanya,” tapi Bu Sekar siapkan ditugaskan di sana” Insya Allah Pak, bagaimanapun ini sudah jadi jalan hidup yang ditentukan Allah SWT” Ya sudah Pak, saya mohon pamit, seminggu lagi saya berangkat Pak”. Ya, sudah sukses selalu ya Bu,” besok Bu Sekar bisa pamit dengan anak – anak.
Suasana kelas gaduh, siswa – siswi kelas 3 sibuk menceritakan wali kelasnya Sekar Kemuning yang sebentar lagi mau meninggalkan Jakarta. ” Pagi Anak – anak,” Pagi Bu,” Bagaimana kabar kalian hari ini? ” Alhamdulillah baik Bu,” Bu, Bu Sekar mau pergi ya, tidak mengajar di sini lagi?” Sekar Kemuning tersenyum lembut menatap siswa – siswanya,” Ya, ibu ditugaskan mengajar di daerah Sumatera, kalian tahukan pulau Sumatera, ya Bu” . Pulau yang dijuluki Swarna dwipa, jawab Hendri sang Jenius. Betul sekali, oleh karena itu dengarkan baik – baik nasehat ibu ya,” Siapa pun nanti yang menggantikan ibu menjadi wali kelas kalian taati, hormati dia, sama seperti kalian menghormati dan menyayangi ibu. Belajar yang rajin, serta jadilah anak – anak yang bisa dibanggakan oleh sekolah, terutama Ayah -Bunda kalian. Mengerti anak – anak? ” Mengerti Bu,” Oke, sekarang buka buku matematikanya dan kerjakan soal latihan di halaman 82.
Hari yang ditunggu akhirnya datang, dimana Sekar berpamitan dengan rekan – rekan seprofesinya, serta seluruh siswa SDN 45. Perasaan haru, sedih, bahagia, menghiasi wajah –wajah mereka, melepas kepergian teman, sahabat, guru, yang selama ini berkumpul dan saling mengisi hari – hari mereka.
Sesampainya di bandara, Sekar kembali mencium sang ibu yang melepas kepergiannya dengan linangan airmata, “ Sekar, jaga dirimu baik – baik nak,” Jangan lupa telpon kalau sudah sampai. Jaga ibadahmu, ibu akan selalu mendoakan yang terbaik untukmu,” Terima kasih ibu. Ibu juga harus menjaga kesehatan, jangan terlalu memikirkan kepergian Sekar. Ikhlaskan saja apa yang sudah terjadi bu,” ibu ikhlas kok nak,” Biarlah ibu akan fokus pada adikmu Bissma. “ Sekar sudah kasih kabar Bapakmu? ” sudah bu, tadi pagi sudah telepon, tapi yang menerima Bu Venny,” istri barunya,” Yo wislah Nak, yang penting Sekar sudah kasih kabar,” Bu, Sekar sudah dipanggil, kembali Sekar memeluk dan mencium ibunya meski sedih dan berat, tapi ini jalan yang sudah diambilnya.
Tak terasa Sekar Kemuning sudah hampir satu tahun tinggal di Desa Sumber Mulyo, sebuah Desa yang cukup maju dalam sektor pertanian terutama tanaman pangan hortikulturanya. Sekar dipercaya menjadi guru kelas V di SDN 10 Muara Sugihan. Sikapnya yang supel dan ramah membuatnya tak butuh waktu lama untuk mendapat sahabat – sahabat yang sayang padanya. Kepala Sekolah SDN 10 Bapak Supriatno S,Pd. Memberinya tempat di dekat area sekolah. Sekar Kemuning, namanya cepat dikenal oleh jajaran guru, baik yang ada di wilayah Muara Sugihan maupun di Muara Padang. Itu semua atas izin Allah SWT. dan berkat kecerdasannya, sehingga dia dipercaya sebagai instruktur pembaharuan kurikulum terbaru yang lebih dikenal dengan K – 13.
Semburat cahaya mentari senja, membias membentuk hamparan permadani semerah saga. Sekar Kemuning memejamkan mata indahnya. Samar – samar bayangan masa lalunya membayang di pelupuk matanya. Ya bayangan seorang pemuda tampan, dengan sepasang mata teduhnya. Pemuda yang dulu mengisi hari – harinya, Bryan Abi Manyu, putra tunggal seorang Letnan Kolonel. Bryan yang tampan dan baik, tidak pernah bisa menolak keinginan orang tuanya. Cintanya berakhir karena dia dijodohkan oleh orang tuanya. Keputusan pun diambil sepihak. Sekar lebih memilih berpisah dengan pria pujaan hatinya.
Peristiwa yang terjadi pada kedua orang tuanya, membuat dirinya enggan untuk berhubungan dengan seseorang yang tidak direstui oleh orang tua, meski dia menyadari cintanya pada Bryan belum juga pupus, tapi dengan dia jauh dari Jakarta berharap dia bisa melupakannya.
PGRI jatuh di SDN 2 Muara Padang. Demi memeriahkan hari Guru tersebut, masing – masing Kecamatan mengadakan Kompetisi di berbagai bidang olah raga. Sekar dipercaya untuk ikut lomba di bagian bulu tangkis. Dia berhadapan dengan guru dari SMA Muara Padang, Wildan Pratama, seorang guru dengan perawakan atletis, berkulit sawo matang, dengan sebaris kumis tipis menghiasi wajahnya yang mirip dengan artis Bollywood Sanjay Devgan. Pertandingan pun dimulai dengan seru. Masing – masing ,kedua belah pihak mendapatkan poin sama dan detik yang terakhir ini adalah babak penentuan antara Sekar dan Wildan, “ Sudah Wil, mengalah saja, teriak teman – temannya, Wildan hanya tersenyum tipis sembari sesekali menatap lawan mainnya. Setelah beberapa menit berlalu, pertandingan pun usai sudah dengan scor 2- 3. Kemenangan diraih oleh pasangan Wildan Pratama dan Suci, teman mainnya, sedangkan Sekar dan Pak Iwan cukup puas dengan scor 2. Karena permainan ini sifatnya menghibur, memeriahkan hari guru yang ke 72, usai pertandingan Wildan mendekati Sekar Kemuning yang duduk di bawah pohon flamboyan, melepas lelah,
“ Assalamualaikum, “ Waalaikum salam, “ boleh saya ikut gabung duduk di sini,?” O.., silahkan Pak, “ kenalkan saya Wildan seraya mengulurkan tangannya, “ Sekar Kemuning, Sekar menyebutkan nama lengkapnya, “ Mm.. nama yang cantik secantik orangnya, “ Ah.. pak Wildan bisa aja, sergah Sekar tersipu malu.” Bu Sekar sudah lama mengajar di SDN 10?” Akh… ga usyah panggil Bu lah, panggil saja Sekar,” Kayaknya lebih enak,” kalau begitu sama donk, panggilnya jangan pak, “ jawab Wildan tersenyum, panggil Wildan, atau kakak, atau mas, abang, terserah Sekar enaknya panggil apa, yang penting jangan panggil Paijo saja jawab Wildan, sambil tertawa, “ Oke dech.. biar Sekar panggil Mas Wildan saja, tokh usia kita juga selisih dua atau tiga tahunan. Mereka pun ngobrol dengan akrab, karena pada dasarnya seorang Sekar mudah bergaul dengan siapa saja. Sikapnya yang ramah, lembut membuat orang yang ada didekatnya merasa nyaman.
Sejak perkenalannya di acara PGRI, Wildan sering BBM. Sekar menanggapinya biasa – biasa saja. Hatinya belum bisa move on dari cinta Bryan Abi Manyu, meski dirinya berusaha untuk menghapus Briyan dari mimpi – mimpinya, hingga pada suatu hari Wildan memberikan sinyal asmara padanya melalui status FBnya. Yang berbunyi “ Engkau hadir laksana embun dalam gersangnya tamanku”
Sekar hanya menghela nafas panjang. Kali ini dia tidak mau salah dalam mengambil keputusan, apalagi menyangkut pendamping hidupnya. Peristiwa pahit yang dialami kedua orang tuanya cukup sebagai pembelajaran untuknya. Ayahnya yang seorang kontraktor menikah lagi dengan Veny Lestari sahabat ibunya waktu masih di SMA, namun ibunya begitu pasrah menerima dirinya dimadu dengan sahabatnya sendiri. Sakit memang sakit, tapi inilah suratan takdir Tuhan yang tidak bisa dihindari. Sekar berharap suatu hari nanti, Wildan Pratama mampu mencairkan kristal cintanya, menghapus bayangan Briyan di matanya serta mengisi cerita dari rimbun hari- harinya.