Oleh Reza Fahlevi
Apa yang mesti diingat sebelum lupa? Berbuat baik kepada orang lain dan memperbanyak beribadah untuk mengingat Allah.
Lalu apa yang mesti dilupakan sebelum teringat? Jawabannya adalah berbuat maksiat.
Kita sedang berada di bulan Ramadan, bulan yang penuh dengan kesucian. Ini adalah momen yang tepat untuk memperbaiki diri — waktu yang sangat tepat tepat mengingat Allah. Lantas? Apakah di hari-hari lain selain Ramadan kita bisa melupakan Allah? Tidak, bukan begitu.
Akan tetapi, jika selama ini kita merasa agak jauh dari Sang Maha Pencipta dan sering mengabaikan perintah-Nya, maka inilah saatnya untuk kembali lagi. Bertemu lagi dengan bulan puasa sebenarnya juga merupakan tanda bahwa kita masih punya kesempatan untuk memperbaiki diri sebelum semuanya terlambat.
Sekarang adalah momentum terbaik untuk menghabiskan waktu dengan beribadah; membaca Al Quran, menunaikan salat wajib di awal waktu, melaksanakan salat tarawih, memperbanyak sedekah dan ibadah-ibadah lainnya. Kita pun juga sudah sering mendengar nasehat-nasehat kebaikan itu. Maka, sebelum nanti semua nadehat itu lupa, ada baiknya segera dikerjakan.
Selama puasa, pasti ada saja godaan-godaan yang barangkali membuat hati kita goyah. Menahan lapar dan rasa haus selama lebih dari sepuluh jam bukanlah perkara mudah. Kita diuji untuk menahannya sampai waktu berbuka. Maka tak jarang jika sudah memasuki waktu-waktu siang, perut mulai keroncongan, kerongkongan pun terasa kering, belum lagi ditambah cuacanya yang cukup terik — rasanya makan nasi padang ditemani teh dingin adalah perpaduan yang pas. Akan tetapi, puasa membuat kita harus menahan makan dan minum.
Seandainya sampai terbesit di dalam pikiran untuk makan atau minum, apalagi situasinya sunyi, maka cepat-cepat dilupakan sebelum kita memulainya — atau sebelum kita mengingat perkara buruk lainnya yang bisa menjerumuskan kita lupa diri.
Puasa mengajarkan kita untuk melawan hawa nafsu. Dan, melawan nafsu itu sebenarnya cukup sulit karena kita harus berjibaku dengan diri sendiri. Melawan diri dari nafsu makan, nafsu syahwat dan nafsu-nafsu lainnya adalah perkara yang harus kita lalui setahap demi setahap selama bulan Ramadan.
Pasti, di pertengahan bulan ini ada saja godaan yang menyulitkan kita. Tapi, karena kita tahu bahwa saat ini kita sedang berada dalam situasi perang — berperang dengan diri sendiri — maka jika ada sesuatu buruk yang datang menghampiri pikiran atau hati kita, cepat-cepat dilupakan.
Seperti yang saya katakan tadi, tidak mudah melawan hawa nafsu. Lantas, jika ingin semuanya mudah, solusinya barangkali adalah mengisi keseharian dengan beribadah. Jika sudah teringat suatu perbuatan buruk, sebaiknya lekas berwudu dan melaksanakan salat kemudian mengaji.
Jika sedang dalam keadaan banyak kerjaan yang tidak bisa ditinggal sama sekali, lalu seketika kita teringat hal-hal buruk, lekaslah beristighfar. Begitulah cara melawannya; menutupi sisi negatif dengan hal yang positif.
Kita sudah memasuki puasa ke-lima, waktunya masih cukup panjang. Jangan resah karena hari ke tiga puluh itu masih lama. Tapi, berbahagialah karena kita masih punya waktu yang panjang untuk memperbaiki diri. Lagipula, tujuan kita memperbaiki diri selama di bulan Ramadan bukan untuk sekedar menyambut lebaran, tapi agar kita mampu mengingat Allah kapan pun dan di mana pun kita berada.
Maka, sebelum penyesalan itu menjadi nyata, lekas lupakan sebelum teringat. Dan, agar kita juga tidak menyesal di kemudian hari, ingatlah sebelum lupa. Tulisan ini semata-mata untuk mengingatkan diri sendiri.