https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
Wednesday, July 16, 2025
No Result
View All Result
POTRET Online
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
POTRET Online
No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
Pariwara
Beranda Artikel

Ya… Entahlah

Reza Fahlevi Oleh Reza Fahlevi
4 months ago
in Artikel
Reading Time: 5 mins read
A A
0
6
Bagikan
59
Melihat

Oleh Reza Fahlevi

Jadi, apa yang harus saya tulis hari ini?

Entahlah. Sebenarnya ada banyak ide dalam kepala. Tapi, rasanya seperti agak sulit untuk saya rangkai dalam tulisan. Sejak setelah merampungkan novel kedua, saya sudah tidak terlalu menyisihkan waktu khusus untuk menulis. Ya, bisa dibilang selama dua bulan ini saya masih bersantai-santai walaupun ke depannya nanti, dalam beberapa waktu, saya akan kembali menulis novel.

Jadi, selama waktu bersantai ini, sebenarnya saya tidak sepenuhnya berhenti menulis. Saya tetap menulis, umumnya puisi. Dan, sebagian ada yang saya publish, sebagian kecil lainnya saya simpan saja. Yang ingin saya sampaikan adalah sejak menyelesaikan novel kedua, saya banyak menulis tentang hal yang ringan-ringan; entah itu puisi, opini atau artikel kecil.

Saya harus tetap menulis meski sudah merampungkan beberapa tulisan. Ini saya lakukan untuk tetap menjaga pikiran saya agar nanti saat saya kembali mulai menulis yang berat-berat, saya masih terbiasa duduk di depan laptop berjam-jam, bahkan juga masih bisa terbiasa seandainya saya buntu ide dan harus duduk melamun melihat langit. Bagi sebagian orang, hal ini barangkali terasa cukup membosankan, dan saya pun juga berpikir demikian. Tapi, kebosanan itu adalah sesuatu yang mesti dinikmati jika memang gagal untuk dilawan. Dan, saya sudah terbiasa menikmati rasa bosan.

Dalam duduknya saya bersama secangkir kopi, juga dengan pandangan yang melamun panjang, sebenarnya itu bukan lamunan biasa. Saya melamun berarti ada sesuatu yang sedang saya pikirkan, umumnya perkara tulisan. Memikirkan bagaimana caranya tulisan saya berhasil rampung seutuhnya, juga memikirkan cara apa yang harus saya tulis agar bisa menarik atau paling tidak pembaca paham apa yang saya maksud, itulah isi di dalam lamunan saya. Dan, seringnya kejadian seperti ini terjadi ketika saya sedang menulis cerpen, novel atau artikel kecil.

Jadi, jangan heran jika anda melihat saya sedang duduk diam sambil memandang ke sekitar dengan tatapan yang terkesan kosong, itu sebenarnya pikiran saya sedang banyak berbicara. Dan, seandainya tak kunjung menyelesaikan drama melamun ini, biasanya saya merangkai puisi random. Cara seperti ini sering menyelesaikan masalah untuk sementara waktu. Paling tidak, ada rasa tenang di jiwa saya meski tulisan yang sedang saya kerjakan belum selesai seutuhnya.

Dulu, dulu sekali, saya menulis dengan sangat terburu-buru. Saya selalu memaksakan diri untuk menyelesaikan satu tulisan di waktu itu juga karena khawatir jika saya sambung besoknya, ide di dalam kepala bisa saja hilang atau saya sudah tidak termotivasi lagi untuk melanjutkannya. Beberapa tahun saya terus melakukan cara ini sampai kemudian saya merasa lelah sendiri. Saya juga merasa setiap tulisan yang sudah saya selesaikan seperti tak ada yang spesial sedikit pun.

Bahkan, saya merasa tulisannya jelek karena ceritanya malah terkesan bolak-balik dan intinya tak pernah tersampaikan dengan baik. Sejak saat itu, saya pun mengubah cara untuk sedikit bersabar selama proses menulis. Tidak mudah melakukannya karena ketika sedang menulis, saya merasa cukup berapi-api dan terburu-buru. Tapi, setelah mulai agak terbiasa, saya mulai mendapatkan esensinya.

Barangkali, banyak orang yang menggebu-gebu saat menulis. Mereka takut jika tidak dirampungkan segera, maka ide di dalam kepala akan lenyap atau jika ditunda besoknya, maka semangat menulis bisa saja berkurang. Dan, ujung-ujungnya malah berakhir bosan atau malas. Oleh sebabnya, mereka memaksakan diri untuk menyelesaikan satu tulisan, bahkan di waktu yang sama itu pula mereka menggunakannya untuk sekaligus menyunting tulisannya. Lantas, apakah baik? Bagi saya, itu tidak masalah. Tapi ingat juga bahwa ketergesaan itu tidak selalu mengiringi sisi kebaikan.

Menulis itu, dari sisi perspektif saya, ini adalah aktivitas di mana kita menikmati momen. Momen apa? Tergantung. Bagi saya, menulis adalah menikmati momen untuk sendirian โ€“ karena saya butuh berinteraksi dengan diri sendiri, maka salah satu caranya adalah melalui menulis. Saya mencoba merasakan apa yang bisa saya lakukan dan apa yang tidak bisa saya lakukan. Ketika saya cukup lancar menulis, saya merasa senang, tapi tidak terlalu ria. Dan, ketika saya buntu, saya merasa tertekan tapi tak ingin tekanan itu menjadi senjata tajam yang membunuh saya.

Maksudnya apa? Maksudnya adalah saya menemukan jati diri saya yang sebenarnya dari menulis. Kenapa? Karena di situlah saat-saat saya mengekspresikan segala macam bentuk emosi bersama diri saya sendiri. Dan, karena saya tak ingin semua ini berlalu begitu cepat, maka saya nikmati setiap momen saya sedang berinteraksi dengan diri sendiri. Contoh saat saya sedang menikmatinya adalah saya tidak terburu-buru merampungkan apapun yang sedang saya tulis sebab di situlah Momennya. Jadi, ketika saya buntu ide dan sudah tidak tahu harus menulis apa, juga ditambah rasa lelah dan bosan yang mulai bermain peran di dalam kepala, maka semua itu saya nikmati saja.

Apa manfaatnya ketika saya tidak terburu-buru merampungkan tulisan? Manfaatnya adalah ingatan saya terhadap tulisan itu semakin melekat di dalam kepala. Contoh, saat saya sedang menulis novel di bab-bab tertentu, lalu tiba-tiba saya buntu dan tidak tahu harus melanjutkan apa โ€“ atau apa yang harus saya sambung agar ceritanya tetap berhubungan dengan bab-bab yang lain. Dan, karena saya sudah terbiasa membaca-baca ulang ceritanya dari bab satu sampai bagian terakhir yang saya tulis, maka semua itu membuat saya mudah untuk kembali melanjutkan kisahnya.

Tapi, jika cara itu juga masih belum berhasil, maka saya akan duduk melamun dan sesaat kemudian saya mulai menulis puisi. Nah, kebiasaan menulis puisi ini ternyata sangat positif bagi saya. Dulu, saya berpuisi karena ada luapan-luapan emosi yang ingin saya keluarkan tapi tidak bisa saya ekspresikan secara langsung, maka saya pun menulisnya. Namun sekarang ini, saya berpuisi untuk membantu diri sendiri merampungkan tulisan lain. Sebab, saat berpuisi ini saya merasa diri saya benar-benar terhubung dengan saya. Puisinya pun tentang apa saja. Biasanya, jika saya buntu, saya akan berpuisi tentang cinta, tapi tiba-tiba di bagian tengahnya alur puisinya berubah menjadi cerita motivasi. Tapi saya tidak peduli dan terus saja berpuisi sampai idenya tersangkut, nah di situlah saya berhenti. Setelahnya, ide tulisan yang sedang saya rampungkan kembali muncul. Meskipun tidak saya kerjakan di waktu itu juga, idenya akan tetap terjaga di dalam kepala karena saya sudah membuat catatan kecil tentang apa saja yang harus saya tulis di besoknya.

Cara lain yang saya lakukan ketika menemui kebuntuan saat menulis adalah membaca. Entah itu membaca tulisan sendiri atau punya orang lain, saya akan tetap melakukannya dan tentu saja dengan cara yang tidak tergesa-gesa. Salah satu bukti saya berhasil mendapatkan ide setiap saat setelah membaca adalah terciptanya tulisan ini. Ya, ide yang tiba-tiba saja muncul di kepala saya hadir setelah saya membaca tiga tulisan milik orang lain. Lalu, saya mendapatkan ide walaupun awalnya masih belum saya ketahui ke arah mana tulisan ini akan saya tuju. Itu sebabnya di awal paragraf saya bertanya, โ€œJadi, apa yang harus saya tulis hari ini?โ€. Ketika saya menulis kalimat itu, sebenarnya saya belum menemukan inti sari dari tulisan saya ini sebelum akhirnya saya sampai ke paragraf ke empat. Ya, saya baru mendapat arah dan tujuan topiknya saat menulis paragraf ke empat.

Aneh? Sepertinya iya. Kenapa? Karena sebagian orang pasti sudah tahu dia akan menulis tentang apa sebelum dirinya mulai menulis. Tapi, saya, tidak selalu seperti itu. Ada kalanya saya hanya menulis random dan kemudian baru muncul arahnya di tengah-tengah proses menulis.

Lantas, bukankah nanti tulisannya bisa kacau karena sejak awal tidak langsung ditentukan topiknya? Inilah yang saya maksud dari tidak tergesa-gesa. Saya memang terkadang menulis seperti itu, tapi tidak langsung saya nyatakan bahwa tulisan ini rampung dalam sekejap. Meskipun rampung dalam beberapa menit, tetap saja saya harus menyisihkan waktu untuk menyuntingnya โ€“ saya membaca ulang lagi untuk melihat bagian mana saja yang tetap saya pertahankan dan yang mana saja yang harus saya buang. Jadi, bisa saja tulisan ini selesai dalam beberapa menit, atau dalam kurun waktu satu jam. Tapi, tulisan ini akan benar-benar rampung ketika saya merasa sudah selesai menyuntingnya.

Anda juga harus tahu bahwa selama saya menulis tulisan ini, judulnya belum tertera. Seperti yang saya katakan, saya menulis karena ada ide yang tiba-tiba muncul setelah membaca tulisan orang. Dan, karena waktunya sangat pas di mana saya tidak perlu mencatat lagi poin-poinnya, maka saya langsung menulis saja. Lantas bagaimana dengan judul? Untuk itu, sementara saya abaikan dulu sebab saya tak ingin buru-buru. Lebih tepatnya, saya masih belum tahu harus memberi judul apa untuk tulisan ini.

Nah, dari semua ocehan saya ini, lantas sebenarnya apa poin penting yang bisa diambil? Semua terserah pada anda. Tapi bagi saya, saya ingin menyampaikan sesuatu. Bagi anda yang suka menulis atau barangkali anda memang penulis profesional dan tiba-tiba mendapati kebuntuan, maka jangan khawatir. Nikmati setiap momen dalam menulis dengan cara-cara anda yang bisa membuat anda nyaman. Saya, pernah sangat takut setiap saat buntu karena bisa membuat saya bosan, bahkan yang paling parah bisa membuat saya malas. Ketakutan ini selalu saya coba lawan agar tidak berjumpa dengan si โ€œkebuntuanโ€ atau si โ€œmalasโ€ itu. Salah satu cara yang saya lakukan adalah berhenti melawan dan mulai berteman untuk saya nikmati. Lalu, bagaimana dengan anda? Anda punya jawabannya sendiri karena anda lebih tahu permasalahan anda ketimbang orang lain.

Jadi, begitulah asal-usul dari tulisan ini. Oh, iya, tulisan ini belum ada judul. Lantas, bagaimana jika saya namai saja dengan โ€œJangan Terburu-Buruโ€?

Entahlahโ€ฆ saya juga belum tahu harus menamai apa tulisan random ini. Yang jelas, jika anda merasa tulisan ini seperti tidak berarah, maka wajar-wajar saja karena topiknya muncul secara tiba-tiba.

Tags: ArtikelLiterasi
Share2SendShareScanShare
Reza Fahlevi

Reza Fahlevi

Lahir di Banda Aceh pada Tanggal 9 september 1996, Reza Fahlevi sudah mulai menyukai dunia kepenulisan sejak masih duduk di bangku SMP. Tulisannya berupa cerita-cerita pendek terdapat di berbagai platform seperti KBM, Fizzo, Blogspot dan sekarang aktif menulis di Medium. Beberapa tulisan Reza dalam bentuk puisi pernah diterbitkan oleh Warta USK. Ia juga pernah memenangkan lomba menulis novel yang diadakan oleh penerbit USK Press serta juga menjadi salah satu penulis dalam dua buku antologi yang berjudul Jembatan Kenangan (Jilid II) dan Kebun Bunga Itu Telah Kering. Selain menulis, Reza turut serta menjadi salah satu tenaga pendidik di sekolah MIN 20 Aceh Besar.

Postingan Selanjutnya
Sang Pembangkang

Seandainya Aku Tak Menjadi Guru

Rahasia Bank Swiss, Tabungan Masa Depan Para Koruptor?

Di Balik Suami yang Sukses, Ada Istri yang Hebat

Di Balik Suami yang Sukses, Ada Istri yang Hebat

HABA Si PATok

HABA Si PATok

Generalisasi Pendidikan Aceh

HABA MANGAT

Haba Mangat

Tema Lomba Menulis Edisi Mei

Oleh Redaksi
May 10, 2025
0
435

27 tahun yang lalu (1998) nilai tukar rupiah terhadap dolar, dari Rp 2,575.00 berangsur turun menjadi Rp 16.000 pada Maret...

Baca SelengkapnyaDetails
Majalah POTRET pun Penting dan Perlu Untuk Melihat Wajah Batin dan Spiritualitas Diri Kita

Tema Lomba Menulis Maret 2025

March 22, 2025
383

Responden Terpilih

March 14, 2025
138
Majalah POTRET pun Penting dan Perlu Untuk Melihat Wajah Batin dan Spiritualitas Diri Kita

Pemenang Lomba Menulis Februari 2025

March 2, 2025
395

Jajak Pendapat #KaburAjaDulu

February 22, 2025
244

SELAKSA

  • All
  • Tabrani Yunis
Diamuk Rindu

Tak Sempat Menulis

Oleh Tabrani Yunis
2025/07/12
0
118

Oleh Tabrani Yunis  Tak sempat menulis, atau belum ada waktu menulis. Itulah dua ungkapan yang sangat sering kita dengar, keluar...

BENGKEL OPINI RAKyat

Sengketaย Terpelihara

Oleh Tabrani Yunis
2025/06/05
0
142

Oleh Tabrani Yunisย  Pulau Panjang, Mangkir Ketek, Mangkir Gadang dan Lipan Tidak seperti Pulau Sipadan dan Ligitan Yang durebut Malaysia  karena...

EleฤŸi Negerikuย ย Yang Gelap Gulita

EleฤŸi Negerikuย ย Yang Gelap Gulita

Oleh Tabrani Yunis
2025/06/03
0
93

Oleh Tabrani Yunis Negeri mutu manikam berkabut gelap Yang terbentang di garis Khatulistiwa  Apakah ada matahari yang disadap  Hingga seluruh...

Kegalauan Bapak

Kegalauan Bapak

Oleh Tabrani Yunis
2025/05/29
0
123

Oleh Tabrani Yunis  Nak, Kemarilah duduk sejenak Kuharap kau dapat menyimak Setiap kata dan kalimat Bapak Walau usiamu masih anak-anak...

Populer

  • Melihat Sejarah Aceh Dalam Perspektif Temuan Keramik Kuno

    Melihat Sejarah Aceh Dalam Perspektif Temuan Keramik Kuno

    8 shares
    Share 3 Tweet 2
  • Salemโ€™s City Seal Controversy: Between Historical Legacy and Modern Sensitivities

    7 shares
    Share 3 Tweet 2
  • Kemampuan Memahami Bacaan – Ulasan

    7 shares
    Share 3 Tweet 2
  • Aceh dan Salem: Jejak Sejarah Dagang yang Terancam Terhapus

    7 shares
    Share 3 Tweet 2
  • Mengenal Prinsip Pareto di Tengah Ketidakseimbangan Hidup

    15 shares
    Share 6 Tweet 4
POTRET Online

Copyright@potret2025

Media Perempuan Aceh

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Program 1000 Sepeda dan Kursi roda
  • Kirim Tulisan
  • Saat Plastik Bertemu AI

Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini

Copyright@potret2025

-
00:00
00:00

Queue

Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00