Elza Peldi Taher
( Sudah seharusnya kita terus- menerus menanamkan kembali ide mengenai oposisi sampai tiba saatnya dimana orang merasa menjadi oposisi itu terhormat. Oposisi tak perlu dipahami sebagai sikap menentang, sebab dalam oposisi ada pula segi support-nya, sehingga politik menjadi penyeimbang. Oposisi dimulai dengan postulat sederhana, bahwa masalah sosial dan politik tak bisa dipertaruhkan dengan ikhtikad baik, sebab yang dipertaruhkan nasib orang banyak, Nurcholish Madjid).
#
Tahun 1990-an Nurcholish Madjid, yang biasa dipanggil Caknur, memperkenalkan ide tentang oposisi di berbagai mimbar dan tulisannya. Saat itu bangsa ini tengah memasuki gerbang demokrasi. Poin utama yang hendak disampaikan sang guru bangsa adalah “Menjadi oposisi itu terhormat”. Menurut Cak Nur oposisi beda dengan oposisionalisme. Oposisionalisme adalah menentang sekadar menentang, sangat subyektif, bahkan mungkin itikadnya kurang baik.
Cak Nur benar. Demokrasi tanpa oposisi ibarat orkestra tanpa nada minor: terlalu harmonis hingga kehilangan dinamika. Dalam sistem demokrasi yang sehat, oposisi bukan sekadar pelengkap penderita, melainkan pilar utama yang memastikan jalannya pemerintahan tetap di rel yang benar. Oposisi adalah pengingat bahwa kekuasaan tidak boleh absolut, bahwa setiap kebijakan mesti diuji di hadapan kritik, dan bahwa setiap pemimpin perlu merasakan tekanan agar tak tergoda mengubah demokrasi menjadi oligarki.