Dengarkan Artikel
Oleh Raisa Magfira
Mahasiswa Pascasarjana UIN Ar-Raniry, Banda Aceh
Aceh, yang dikenal sebagai Serambi Mekkah, adalah tempat yang memadukan keindahan alam dengan kekayaan budaya yang mempesona. Sebagai gerbang peradaban Islam di Nusantara, Aceh menyimpan sejuta pesona yang tak hanya memanjakan mata, tetapi juga menggugah jiwa siapa saja yang mengunjunginya.
Keindahan alam Aceh tak tertandingi, mulai dari pantai-pantai eksotis di Pulau Weh hingga Danau Laut Tawar yang menenangkan. Hamparan hijau Gunung Leuser juga menjadi rumah bagi berbagai flora dan fauna langka, menjadikan Aceh surga tersembunyi yang layak untuk dijelajahi. Alam yang menakjubkan ini seakan memberikan pengalaman wisata yang memikat dan memanjakan para pengunjung.
Namun, tidak hanya alam yang menarik perhatian. Kebudayaan Aceh juga memancarkan pesona yang luar biasa. Salah satu mahakarya budaya yang mendunia adalah Tari Saman, tarian khas suku Gayo yang diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda. Dikenal sebagai “tarian seribu tangan,” Tari Saman penuh dengan harmoni dan kekompakan. Gerakannya yang dinamis, irama yang menggema, dan lirik penuh makna, menjadikan tarian ini simbol keindahan budaya Aceh yang abadi dan tak ternilai.
Aceh adalah tempat di mana keagungan alam berpadu dengan kedalaman tradisi, menciptakan pengalaman wisata yang tak hanya memukau, tetapi juga memperkaya hati dan pikiran. Aceh menunggu untuk ditemukan, dinikmati, dan diapresiasi oleh siapa saja yang mencari keindahan sejati, termasuk para wisatawan dari luar daerah maupun mancanegara.
Potensi Besar yang Terabaikan
Salah satu objek wisata yang seharusnya memiliki potensi besar di Aceh adalah Pantai Syiah Kuala. Namun, kawasan ini masih terabaikan dalam hal pengelolaan dan pemeliharaan. Padahal, dengan segala kekayaan alam dan budaya yang ada, Aceh, termasuk Pantai Syiah Kuala, memiliki daya tarik yang besar untuk menarik wisatawan. Namun, kenyataannya, objek wisata ini belum mendapatkan perhatian yang layak dari pemerintah daerah.
Salah satu masalahnya, potensi ini tidsk dikelola dengan baik dan bijak. Sehingga, bukan hal yang aneh kalau kita setiap hari melihat sampah yang sering terlihat di bibir pantai. Seperti sampah plastik, kemasan minuman yang terdampar, dan lain-lain. Kita yang tidak terbiasa dengan kondisi seperti itu, pasti akan geleng-geleng kepala. Bisa saja kita menerka, mungkin dikarenakan kurangnya Trash cans, tempat menampung sampah, yang menyebabkan masyarakat Aceh kebiasaan membuang sampah sembarangan atau memang sudah menjadi budaya orang Aceh yang membuang sampah sembarangan?
Untuk itu perlu dipertanyakan dan perlu solusi terkait. Faktanya, pantai terlihat kotor dan kurang menarik. Bukan hanya itu sampah ini juga bisa merusak ekosistem laut dan mencemari lingkungan, yang pastinya merugikan keindahan alam pantai itu sendiri. Padahal, jika kebersihannya lebih terjaga, pantai ini bisa menjadi tempat yang jauh lebih menyenangkan untuk dikunjungi.
Masalah lainnya yang dihadapi Pantai Syiah Kuala adalah kurangnya perhatian dari pihak pemerintah, baik dari dinas pariwisata, kepala desa setempat, maupun masyarakat dalam menjaga dan mengelola fasilitas yang ada. Misalnya, fasilitas parkir yang tidak memadai menyebabkan pengunjung parkir sembarangan, yang mengganggu kenyamanan dan ketertiban.
Selain itu, fasilitas umum seperti WC dan kamar mandi sangat minim dan tidak terawat, kotor, bau tidak sedap. Hal ini mugkin disebabkan kurangnya pasokan air bersih, untuk membersihkan fasilitas yang ada. beberapa bagian lainnya yang rusak parah, seperti atap gazebo yang bocor. Bahkan ada kamar mandi yang tidak memiliki atap.
Masalah ini mencerminkan kurangnya koordinasi antara pemerintah dan pengelola wisata. Hal ini tidak hanya mengganggu kenyamanan pengunjung, tetapi juga menghambat potensi pendapatan daerah dari objek wisata yang ada. Kesadaran pemerintah dan kepala desa untuk memajukan sektor pariwisata di daerah ini masih rendah. Padahal, jika dikelola dengan baik, sektor pariwisata bisa memberikan manfaat ekonomi yang besar, membuka lapangan pekerjaan, dan menarik investor untuk berinvestasi di bidang ini.
Tempat Sakral yang Terjaga Keasriannya
Pantai Syiah Kuala bukan sekadar pantai biasa. Ia memiliki nilai sakral yang mendalam bagi masyarakat Aceh, terkait erat dengan Syaikh Abdurrauf al-Singkili, seorang ulama besar yang dihormati. Karena itu, pantai Syiah Kuala lebih dari sekadar tempat wisata; ia adalah tempat yang dihormati sebagai simbol kedamaian dan spiritualitas. Oleh karena itu, keramaian bukanlah hal yang cocok untuk tempat ini. Pantai ini lebih cocok untuk mereka yang datang dengan niat menghormati sejarah dan kedamaian yang ada, bukan untuk berkerumun.
Pantai ini memang memiliki keindahan alam yang luar biasa, namun lebih dari itu, ia adalah sakral. Banyak yang datang untuk mencari ketenangan dan untuk meresapi nilai-nilai keagamaan yang ada di sana. Karena itulah, keramaian tidaklah cocok di sini. Tempat ini lebih cocok untuk mereka yang datang dengan niat menghormati sejarah dan kedamaian yang ada, bukan untuk berkerumun. Meskipun keindahannya patut diapresiasi, penting bagi kita untuk menjaga agar Pantai Syiah Kuala tetap terjaga kesakralannya.
Pentingnya Peran Pemerintah dan Kepala Desa
Untuk itu, penting bagi pemerintah daerah dan kepala desa setempat untuk memelihara kebersihan dan merawat pantai ini dengan lebih serius. Penyediaan fasilitas yang lebih baik, seperti tempat sampah, toilet, dan area parkir yang memadai, akan membantu menciptakan kenyamanan bagi pengunjung. Selain itu, edukasi kepada masyarakat dan pengunjung tentang pentingnya menjaga kebersihan dan keberlanjutan lingkungan sangat diperlukan.
Masyarakat lokal juga harus dilibatkan dalam pengelolaan wisata, sehingga mereka merasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap kelestarian tempat ini.
Peran aktif pemerintah dalam mengelola objek wisata seperti Pantai Syiah Kuala sangat krusial. Pemerintah harus dapat mengarahkan kebijakan pengembangan pariwisata yang melibatkan masyarakat setempat dan memastikan bahwa sektor pariwisata memberi manfaat ekonomi yang besar, tanpa mengorbankan keasrian dan kesakralan tempat tersebut.
Dengan pengelolaan yang tepat dan partisipasi aktif dari semua pihak, Aceh dapat mengoptimalkan potensi wisatanya, memberikan manfaat ekonomi, dan menawarkan pengalaman yang lebih mendalam bagi wisatawan yang ingin mengenal kekayaan alam, budaya, dan spiritualitas Aceh.
🔥 5 Artikel Terbanyak Dibaca Minggu Ini





