Oleh : Zurrahmah S.Pd
GURU SDN 3 Bandar Baru, Pidie Jaya
Pada tanggal 24 februari 2024 merupakan hari yang sangat dinanti-nanti oleh para guru pegiat literasi Aceh yang tergabung dalam Wisata Literasi Nasional. Ya, pada hari tersbut merupakan hari untuk meningkatkan potensi diri dalam bidang literasi bagi para guru, seperti halnya saya yang tinggal di Kabupaten Pidie Jaya. Saya sangat bauagia bisa mendapat kesempatan mengikuti acara atau event Wisata Literasi Nasional 2024 yang. diadakan di Banda Aceh pada tanggal 24 Februari 2024 lalu. Dengan semangat untuk bisa belajar lebih banyak, saya bergerak menuju kota Banda Aceh. Saya harus menempuh jarak sekitar 3 jam. Ya, saya harus , berangakat subuh- subuh. Hal ini bukan jadi hambatan untuk saya dan kawan-kawan untuk bisa hadir di event WLN tersebut.
Alhamdulilah, saya dan teman-teman bisa tiba di Banda Aceh sebelum acara berlangsung. Maka, ketika tiba di event WLN yang merupakan satu hal yang tidak pernah saya lupakan, hati terasa begitu gembira. Bayangkan sajalah, saya bisa mendapatkan ilmu baru dari narasumber-narasumber yang sangat berpengalaman dalam bidang literasi.
Kami bisa bertemu dan belajar dari coach nasional seperti Anwar. Coach Anwar berbagi cerita tentang kisah perjalan hidup yang menginspirasi perserta wisata lietasi tersebut. Beliau juga memaparkan cara praktik menulis dan lainya. Satu kalimat yang paling melekat di pikiran saya adalah “guru merupakan literasi itu sendiri”. Guru merupakan literasi bagi muridnya. Karena literasi adalah kempuan seseorang dalam membaca, menulis atau bisa juga diartikan kemapuan dalam bidang tertentu.
Salah satu coach yang paling menarik juga ada Fakru Arrazi. Ya, pada event itu beliau membahas tentang “maindset”. Yang paling membekas sampai sekarang adalah ketika beliau bercerita tentang 3 orang sedang menyusun batu-bata, lalu datang satu orang lain bertanya kepada 3 orang yang sedang menyusun batu-bata tersebut. Orang tersebut bertanya kepada penyusun batu-bata tersebut, Sedang apa kamu ? Lalu orang pertama menjawab saya sedang menyusun batu-bata, lalu orang tersebut bertanya kepada orang kedua, sedang apa kamau ? Orang kedua menjawab saya sedang membuat bangunan. Lalu orang tersebut bertanya pada orang ketiga, sedang apa kamu ? orang ketiga pun menjawab, saya sedang membangun rumah yang indah, rumah impian untuk kelurga kami. Dari kisah ini kita bisa mengambil kesimpulan apabila kita seorang guru ditanya orang lain, sedang apa di sekolah? lalu guru tersebut menjawab sedang mengajar, maka beliau masih di tahapan orang pertama yang mengikat batu bata. Kemudian, apabila ada guru menjawab saya sadang memberikan pelajaran kepada siswa supaya mereka paham pembelajaran saya, maka guru tersebut ada di posisi orang kedua yang menyusun batu-bata. Dan apabila ada guru menjawab saya sedang mencetak generasi emas ke depanya, mencetak generasi yang gemilang bermanfaat bagi diri sendiri dan untuk nusa bangsa. Jadi sudah sepatutnya kita perlu mengubah maindset dari sekarang.
Tak kalah menarikanya di event tersebut, ada juga narasumber DIK DOANK. Beliau berbicara menggunakan hati dan sampai ke hati para perserta. Tak heran ketika beliau berbicara, air mata dan tertawa para perserta bisa beriringan dibuatnya. Pesan yang paling melekat dari beliau adalah “ jangan kita bersandar pada guru, tapi bersandarlah pada tuhan melalui guru”karena hakikatnya hidup kita tetap mencari ridha Tuhan melaui cara yang berbeda-beda.
Nah, pengalaman dan pembelajaran menarik di event Wisata Literasi Nasional itu, ternyata membawa berkah bagi saya. Betapa tidak, Keesokan harinya pada tanggal 26 Februari 2024, saya diberikan kesempatan untuk menjadi pembina upacara hari Senin. Dengan kesempatan yang ada saya tidak akan melewatkan moment ini unuk berbagi cerita pemangalaman dan ilmu yang saya dapat darii event WLN. Memberikan ilmu yang saya dapat dan menerapkannya merupakan satu hal yang sangat membahagiakan.