https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
Saturday, November 8, 2025
No Result
View All Result
POTRET Online
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
POTRET Online
No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
Pariwara
Beranda Artikel

SEANDAINYA AKU TAK MENJADI GURU

Bagian 13

Redaksi Oleh Redaksi
2 years ago
in Artikel, Biografi, Pendidikan
Reading Time: 3 mins read
A A
0
5
Bagikan
53
Melihat
🔊

Dengarkan Artikel

Bussairi D. Nyak Diwa

Bulan Juli tahun 1983 aku dinyatakan lulus dari SMP Negeri Bakongan. Dengan demikian tamatlah sekolahku di satu-satunya SMP di Kacamatan Bakongan itu. Kebetulan di tahun yang sama dibuka pula Sekolah Menengah Atas Swasta untuk pertama kali di Kota pesisir ini. Maka otomatis pula, kami yang cikal bakal lulusan SMP tahun itu, mau tidak mau, jika ingin melanjutkan sekolah harus masuk ke SMA yang baru dibuka itu. Tak ada pilihan lain, bersama beberapa teman seangkatan, aku pun mendaftar di sekolah yang guru-gurunya tak lain adalah guru kami sewaktu di SMP juga.

Namanya juga SMA Swasta, jadi tak ada gedung sendiri. Tempat belajar kami juga menumpang pada ruang Laboratorium SMP. Demikian juga dengan proses belajar-mengajar, kadang-kadang berlangsung, kadang-kadang macet. Waktu kami di sekolah lebih banyak diisi dengan kegiatan nonkurikuler. Misalnya main bola kaki di pantai yang luas dan landai yang letaknya persis di belakang SMP. Atau main poli di halaman sekolah, bahkan banyak di antara kami yang menghabiskan waktu dengan keluyuran ke luar kompleks sekolah.

Keadaan yang terus menerus seperti ini akhirnya membuat aku jenuh juga. Tiap pagi ke sekolah, tapi sampai di sekolah kadang belajar, kadang tidak. Maklum, guru-guru yang mengajar tentu lebih mementingkan mengajar di SMP karena memang mereka guru SMP ketimbang menghabiskan waktu mengajar kami. Toh, kalau pun mereka mengajar kami, gaji guru-guru itu tetap saja di SMP. Sedangkan honor mereka di SMA kadang ada, kadang tidak. Tergantung sepenuhnya dari SPP yang kami bayar.

Hampir enam bulan aku belajar di SMA Swasta ini, aku mulai bosan. Iseng-iseng aku mengirim surat kepada abang iparku di Banda Aceh. Aku curhat tentang keadaan sekolahku, sedangkan aku ingin sekali sekolah yang sungguh-sungguh. Jika aku tetap bertahan di kampung aku khawatir sekolahku akan berantakan karena situasi dan kondisi sekolah yang tidak menentu. Kuceritakan semua keadaan sekolah yang kujalani dan tak lupa pula aku ungkapkan keinginanku untuk bersekolah di tempat yang lebih baik. Aku ingin masa depanku tidak sia-sia, seperti yang pernah disarankan oleh kepala sekolah sewaktu aku SD dulu.

📚 Artikel Terkait

MERANCANG WIRAUSAHA SUKSES

BUKU PUISI “NEGERI BENCANA” JAGA DAN RAWATLAH ALAM

CCDE Umumkan Juara Lomba Menulis, Tema “Sepeda” Berhadiah Sepeda

Senerai Puisi Delia Rawanita

Di luar dugaan, abang iparku yang bekerja di Kantor Gubernur itu menanggapi curhatanku dengan positif. Sewaktu Abang Ipar bersama kakakku dan anak-anaknya pulang kampung menjelang puasa tahun 1983 itu, dia mengajakku untuk pindah sekolah ke Banda Aceh dan tinggal bersamanya. Tentu saja, tanpa pikir panjang aku mengiyakan. Aku membayangkan, jika pindah ke Banda Aceh sekolahku tentu akan lebih baik. Maklum, sekolah di kota tentu sangat beda dengan sekolah di desa. Di kota semua fasilitas sekolah tersedia. Dengan demikian kesempatan belajar pun tentu akan lebih baik, pikirku.

Seminggu sehabis Hari Raya Idul Fitri tahun 1983 itu, kami bersiap-siap untuk berangkat ke Banda Aceh. Ayah ibuku sangat setuju aku pindah sekolah ke Banda Aceh, karena berpikir bahwa aku di Banda Aceh kelak tinggal bersama kakak kandungku sendiri. Tentu, tinggal dengan saudara sendiri sama saja tinggal bersama kedua orang tua. Tapi aku tidak memikirkan dengan siapa aku akan tinggal, yang aku pikirkan adalah bagaimana aku dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah yang lebih baik. Itulah sebabnya, ketika Abang Ipar memintaku segera mengurus surat pindah aku pun menghadap kepala sekolah. Dengan berbagai alasan dan pertimbangan aku sampaikan tekatku kepada Kepala Sekolah. Dan alhamdulillah, akhirnya dengan rasa berat hati Beliau merestui kepindahanku dengan mengeluarkan secarik kertas Surat Pindah dan sebuah raport berkulit karton berwarna biru pudar.

Aku masih ingat, dengan menumpang mobil Jeep Taf solar warna merah bata milik Abang Ipar, aku dan Beliau sekeluarga berangkat dari rumah di Desa Ujong Gunong Rayek. Diiringi oleh isakan ibu dan pandangan iba Ayah, aku mencium tangan kedua orang tuaku itu, mohon restu. Tapi aku tidak menangis, kesedihan yang maha hanya kusimpan di dalam hati. Aku tidak ingin semangatku patah karena hanya merasa sedih meninggalkan Ayah dan Ibu di kampung. Justru aku ingin kesedihan itu kusimpan di lubuk hati yang paling dalam sebagai bekalku dalam menuntut ilmu. Aku bertekat untuk menyimpan kesedihan sementara waktu untuk kubawa pulang kembali kelak bersama keberhasilan. Hanya doa yang tak putus-putus kulafadzkan di dalam hati, semoga kelak aku dapat berjumpa kembali dengan kedua orang tuaku itu.

(Bersambung)

 

🔥 5 Artikel Terbanyak Dibaca Minggu Ini

Ketika Kemampuan Memahami Bacaan Masih Rendah
Ketika Kemampuan Memahami Bacaan Masih Rendah
27 Feb 2025 • 118x dibaca (7 hari)
Kala Anak Negeri, Tak Mengenal Negerinya
Kala Anak Negeri, Tak Mengenal Negerinya
13 Mar 2025 • 111x dibaca (7 hari)
Mengenal Cryptocurrency: Mata Uang Digital yang Semakin Popular
Mengenal Cryptocurrency: Mata Uang Digital yang Semakin Popular
15 Mar 2025 • 97x dibaca (7 hari)
Pria Yang Merindukan Prostatnya
Pria Yang Merindukan Prostatnya
28 Feb 2025 • 86x dibaca (7 hari)
Perempuan Penggenggam Pasir
Perempuan Penggenggam Pasir
5 Mar 2025 • 66x dibaca (7 hari)
📝
Tanggung Jawab Konten
Seluruh isi dan opini dalam artikel ini merupakan tanggung jawab penulis. Redaksi bertugas menyunting tulisan tanpa mengubah subtansi dan maksud yang ingin disampaikan.
Share2SendShareScanShare
Redaksi

Redaksi

Majalah Perempuan Aceh

Related Postingan

Kuliah Tanpa Beban: Kritik Terhadap Klaim Kuliah yang Terlalu Mudah
#Kontemplasi

Setelah Aku Pergi

Oleh Dayan Abdurrahman
2025/10/29
0
69

Oleh Dayan Abdurrahman Aku tidak tahu pasti kapan napasku berhenti. Hanya terasa bahwa udara terakhir yang kuhirup begitu tenang, seperti...

Baca SelengkapnyaDetails

Benang Kusut Masalah Pengemis di Negeri Syariah

Kompleksitas Dunia Modern dan Solusi Islam

Postingan Selanjutnya

Siswi SMKN 1 Calang Raih Medali Emas di Ajang Banda Aceh Taekwondo Championship

IMPIAN ITU JADI KENYATAAN

IMPIAN ITU JADI KENYATAAN

Kalahkan Aceh Selatan di Final, Tim Sepakbola Langsa Wakili Aceh ke Nasional

Tantangan Guru Dalam Menghadapi Kurikulum Merdeka

Tantangan Guru Dalam Menghadapi Kurikulum Merdeka

Ketua MPU Kota Banda Aceh Kukuhkan Wakil Pimpinan I, II dan Anggota PAW

Ketua MPU Kota Banda Aceh Kukuhkan Wakil Pimpinan I, II dan Anggota PAW

POTRET Online

Copyright@potret2025

Media Perempuan Aceh

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Program 1000 Sepeda dan Kursi roda
  • Kirim Tulisan

Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini

Copyright@potret2025

-
00:00
00:00

Queue

Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00