• Terbaru
MEMBACA DAN MEMAHAMI SEJARAH ISLAM

MEMBACA DAN MEMAHAMI SEJARAH ISLAM

June 24, 2022

Memaknai Hari Pahlawan: Moral dalam Kebebasan Digital yang Harus Dikawal

November 18, 2025

Kafka dan Trio RRT Di Depan Hukum

November 17, 2025

🚩🚩SELAMAT PAGI MERAH PUTIH

November 17, 2025

Penjor vs Kabel PLN

November 17, 2025

Kebugaran dan Kebersamaan di Bawah Langit Paya Kareung

November 17, 2025

Otsus Aceh di Persimpangan Jalan

November 16, 2025

Pendapat Prof Jimly Soal Ijazah Jokowi

November 16, 2025

Korupsi di Sektor Kesehatan: Dari Nasionalisme STOVIA hingga Penjara KPK

November 16, 2025

Malam Layar Puisi Anak Muda 2025

November 16, 2025

Prasasti Kebon Kopi

November 15, 2025

Bullying, Feodalisme, dan Ekstremisme

November 16, 2025

Dari Sumber Daya ke Sumber Daya Damai

November 15, 2025
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat
Tuesday, November 18, 2025
POTRET Online
  • Login
  • Register
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat
No Result
View All Result
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat
No Result
View All Result
POTRET Online
No Result
View All Result
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat

MEMBACA DAN MEMAHAMI SEJARAH ISLAM

RedaksiOleh Redaksi
June 24, 2022
0
Reading Time: 4 mins read
MEMBACA DAN MEMAHAMI SEJARAH ISLAM
🔊

Dengarkan Artikel

Oleh Satria Dharma

Berdomisili di Surabaya

Salah satu kesalahan kita dalam membaca dan upaya untuk memahami sejarah (Islam, khususnya) adalah kita menggunakan tolok ukur dan nilai-nilai yang berlaku di zaman kita hidup sekarang. Kita menggunakan cara pandang masa kini untuk memotret dan menilai apa yang berlaku di zaman Nabi dan para sahabatnya. Tentu saja ini akan membuat kita bertanya-tanya dan pada akhirnya menilai dan menghakimi dengan negatif apa-apa yang dulu biasa dilakukan pada zaman Nabi.

Sebagai contoh populer adalah soal bolehnya umat Islam beristri empat dan memiliki budak. Beristri banyak dan memiliki budak adalah hal yang wajar dan normal pada saat itu. Tak ada masyarakat yang menilai punya istri banyak dan memiliki budak sebagai sebuah norma yang buruk atau negatif pada zaman itu. Memiliki istri banyak dan budak justru menunjukkan kekayaan dan kemakmuran. Tapi poligami bukanlah sebuah anjuran dalam agama Islam. Dalam kasus tertentu hukumnya justru bisa makruh sampai haram.  Aturan poligami dalam ajaran islam sebenarnya adalah upaya pembatasan dari bebasnya memiliki istri sebanyak-banyaknya di masa lampau. Saat ini berpoligami tidak lagi dianggap sebagai suatu hal yang positif dalam masyarakat. Setia dengan satu pasangan dianggap sebagai sebuah hal yang mulia dan ideal saat ini.

Sampai saat ini 14 abad kemudian perbudakan dan perdagangan manusia sebenarnya masih ada dan terjadi di berbagai sudut dunia. Tentu saja di masa sekarang kita tidak lagi membeli dan memelihara budak. Tapi kita bisa membayar atau menggaji pembantu atau ART dengan tugas yang terbatas. Jelas kita tidak bisa lagi memperlakukan pembantu kita sebagaimana budak-budak zaman dahulu. Ada hukum dan aturan tertentu yang membatasi perlakukan kita pada pada para pembantu tersebut dan kita bisa terkena konsekuensi hukum jika melampauinya. Keinginan memiliki istri banyak juga masih eksis di benak para lelaki dan itu dilampiaskannya dengan memiliki selingkuhan yang sebenarnya justru tidak lebih beradab ketimbang memiliki istri resmi beberapa.

Bagaimana pandangan Islam dalam masalah perbudakan? Sila baca tulisan saya di sini. https://satriadharma.com/2009/11/21/perbudakan-dalam-islam/

Salah satu hal yang membuat saya bertanya-tanya ketika membaca sejarah Islam adalah soal perampokan atau penyergapan kafilah yang dilakukan oleh pasukan muslim pada kafilah kaum kafir yang sedang dalam perjalanan dan juga ekspansi militer yang dilakukan sejak zaman Khalifah Umar r.a.

📚 Artikel Terkait

Jangan Kabur dari Ibu Kandung: Saatnya Kembali Membangun Indonesia

Pertukaran Mahasiswa Merdeka di Universitas Samudra

Orang Yang Dianggap Tolol Sedunia Tetap Lebih Baik dan Terhormat Dari Manusia Yang Tidak Tahu Malu Sedunia

Yuk Harjo: 50 Tahun Lebih Mengabdi untuk Mahasiswa Aceh di Yogyakarta

Jelas sekali bahwa menyergap kafilah yang sedang dalam perjalanan dan menyerbu negara-negara tetangga bukanlah hal yang bisa dilakukan atau bisa dimaklumi saat ini. Pertanyaan tentang mengapa dulu itu dilakukan oleh pasukan muslim muncul di benak saya karena saya yakin bahwa Islam itu mengajarkan kebaikan yang universal dan bukan sekadar lokal. Saya yakin bahwa menyerbu negara tetangga BUKANLAH ajaran Islam, meski pun saya tahu bahwa Nabi Sulaiman juga melakukan ekspansi ke negara tetangganya dan mengancam Ratu Balqis. Kalau tidak mau datang dan menyerah, maka Raja Sulaiman akan menghancurkan kerajaannya. Jelas bukan sebuah sikap yang dibenarkan untuk dilakukan oleh negara mana pun di masa kini. Sekarang kita punya PBB untuk melindungi sebuah negara dari penindasan negara lain (meski dalam banyak peristiwa penindasan dari sebuah negara pada negara lain masih terus terjadi).

Jadi pertanyaannya adalah mengapa pasukan Islam menyergap kafilah kaum Quraisy dan Umar r.a menyerang dan menguasai kerajaan-kerajaan lain di masanya?

Pertanyaan ini ternyata terjawab setelah saya membaca buku Karen Armstrong “The Lost Art of Scripture”.  Menurut Karen Armstrong penyergapan kafilah (atau disebut ghazwah) adalah sebuah kebiasaan lama yang dipandang bermartabat demi mencukupi kebutuhan hidup kala terjadi kesulitan ekonomi di jazirah Arab kala itu. Para pelaku ghazwah biasanya hanya menyita makanan dan hewan, dengan cermat berusaha untuk tidak membunuh seorang pun anggota suku lain untuk menghindari pembalasan dendam. Tak seorang pun di Arab pada zaman itu akan mencela tindakan ini – ghazwah dipandang nyaris seperti olahraga nasional. Bedanya adalah umat muslim menyergap kafilah suku mereka sendiri. Orang Inggris sampai hari ini masih mengagung-agungkan tindakan ‘ghazwah’ yang dilakukan oleh Robinhood dan menganggapnya sebagai pahlawan.  Tapi tentu saja tindakan ‘ghazwah’ ala Robinhood ini sudah tidak dibenarkan lagi oleh norma adab dan moral modern di mana kita hidup sekarang. Jadi jangan menilainya dengan standar moral dan nilai-nilai saat ini.

Bagaimana dengan ekspedisi militer Umar r.a dan para khalifah setelahnya? Islam setelah Rasulullah meninggal terancam perpecahan di bawah pemerintahan Abu Bakar. Banyak suku yang tidak mau lagi bersatu dalam Islam di bawah Abu Bakar dengan jalan tidak mau lagi membayar zakat. Abu Bakar sebagai khalifah (pengganti atau penerus Nabi) terpaksa harus memerangi mereka yang berniat untuk memisahkan diri. Dalam dua tahun Khalifah Abu Bakar berhasil memulihkan Pax Islamica setelah berhasil menundukkan para pemberontak tersebut.  Umar bin Khattab yang menggantikannya setelahnya (menjabat 634 – 644M) percaya bahwa perdamaian hanya bisa dipelihara jika mereka melancarkan serangan ke luar wilayah dengan melakukan ekspedisi militer. Ekspedisi-ekspedisi militer ini BUKAN perintah agama. Tidak ada isi Alquran yang memerintahkan umat Islam menaklukkan dunia. Motivasi Umar adalah murni ekonomi. (Pembacaan dan Intentio hal 340 – 341). Dulu ghazwah bisa dilakukan, tapi sekarang mereka sudah dalam kesatuan Islam, sehingga tidak mungkin mereka menyerang sesama muslim. Jadi memperluas wilayah adalah jawaban rasional untuk mengembangkan perekonomian umat Islam saat itu. Umar sangat sukses dalam memperluas imperium Islam dengan ekspansi dan ekspedisi militernya. Maka 25 tahun setelah Nabi Muhammad wafat umat muslim mendapati diri mereka menjadi penguasa sebuah imperium besar yang mencakup Mesopotamia, Suriah, Palestina, dan Mesir.

Tapi jelas bahwa saat ini umat Islam atau negara Islam tidak bisa lagi meniru Khalifah Umar bin Khattab. Upaya meningkatkan perekonomian umat dan rakyat tidak bisa lagi dilakukan dengan menyerang dan menguasai daerah atau wilayah kekuasaan negara lain. Itu sekarang adalah tindakan yang tidak bermoral dan sangat dikecam oleh dunia.

Ada banyak cara untuk meningkatkan perekonomian daerah atau negara. Dan itu terbuka luas bagi siapa saja yang ingin memikirkannya. China adalah sebuah negara raksasa yang berhasil meningkatkan perekonomian negara dan rakyatnya tanpa pernah menghegemoni atau menyerang negara mana pun. Negara-negara Barat yang dulunya menjajah negara lain untuk menguasai ekonominya kini malah tertinggal oleh negara China yang fokus mengembangkan teknologi. Menjajah dan menguasai sumber daya milik negara lain sudah bukan lagi zamannya. Menguasai teknologi adalah jawaban atas solusi untuk penguasaan ekonomi saat ini.

Oleh sebab itu belajarlah sampai ke negara China…. ?

Surabaya, 22 Juni 2022

Satria Dharma

🔥 5 Artikel Terbanyak Dibaca Minggu Ini

Pria Yang Merindukan Prostatnya
Pria Yang Merindukan Prostatnya
28 Feb 2025 • 114x dibaca (7 hari)
Oposisi Itu Terhormat
Oposisi Itu Terhormat
3 Mar 2025 • 103x dibaca (7 hari)
Keriuhan Media Sosial atas Kasus Keracunan Program Makan Bergizi Gratis (MBG)
Keriuhan Media Sosial atas Kasus Keracunan Program Makan Bergizi Gratis (MBG)
2 Oct 2025 • 87x dibaca (7 hari)
Hancurnya Sebuah Kemewahan
Hancurnya Sebuah Kemewahan
28 Feb 2025 • 86x dibaca (7 hari)
Hari Ampunan
Hari Ampunan
1 Mar 2025 • 76x dibaca (7 hari)
📝
Tanggung Jawab Konten
Seluruh isi dan opini dalam artikel ini merupakan tanggung jawab penulis. Redaksi bertugas menyunting tulisan tanpa mengubah subtansi dan maksud yang ingin disampaikan.
Redaksi

Redaksi

Majalah Perempuan Aceh

Artikel

Menulis Dengan Jujur

Oleh Tabrani YunisSeptember 9, 2025
#Gerakan Menulis

Tak Sempat Menulis

Oleh Tabrani YunisJuly 12, 2025
#Sumatera Utara

Sengketa Terpelihara

Oleh Tabrani YunisJune 5, 2025
Puisi

Eleği Negeriku  Yang Gelap Gulita

Oleh Tabrani YunisJune 3, 2025
Puisi

Kegalauan Bapak

Oleh Tabrani YunisMay 29, 2025

Populer

  • Gemerlap Aceh, Menelusuri Emperom dan Menyibak Goheng

    Gemerlap Aceh, Menelusuri Emperom dan Menyibak Goheng

    162 shares
    Share 65 Tweet 41
  • Inilah Situs Menulis Artikel dibayar

    153 shares
    Share 61 Tweet 38
  • Peran Coaching Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan

    145 shares
    Share 58 Tweet 36
  • Korupsi Sebagai Jalur Karier di Konoha?

    57 shares
    Share 23 Tweet 14
  • Lomba Menulis Agustus 2025

    51 shares
    Share 20 Tweet 13

HABA MANGAT

Haba Mangat

Tema Lomba Menulis November 2025

Oleh Redaksi
November 10, 2025
Haba Mangat

Tema Lomba Menulis Bulan Oktober 2025

Oleh Redaksi
October 7, 2025
Haba Mangat

Pemenang Lomba Menulis – Edisi Agustus 2025

Oleh Redaksi
September 10, 2025
Postingan Selanjutnya
Perjuangan Masyarakat Aceh Memperkenalkan Budaya Aceh  Di Denmark

Perjuangan Masyarakat Aceh Memperkenalkan Budaya Aceh Di Denmark

  • Kirim Tulisan
  • Program 1000 Sepeda dan Kursi roda
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Tentang Kami
  • Kirim Tulisan
  • Program 1000 Sepeda dan Kursi roda
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Tentang Kami

INFO REDAKSI

Tema Lomba Menulis November 2025

November 10, 2025

Tema Lomba Menulis Bulan Oktober 2025

October 7, 2025

Pemenang Lomba Menulis – Edisi Agustus 2025

September 10, 2025

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat

© 2025 Potret Online - Semua Hak Cipta Dilindungi

-
00:00
00:00

Queue

Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00
Go to mobile version