• Terbaru

Menjadi Petani Adalah Pilihan Nekat

October 8, 2025

Memaknai Hari Pahlawan: Moral dalam Kebebasan Digital yang Harus Dikawal

November 18, 2025

Kafka dan Trio RRT Di Depan Hukum

November 17, 2025

🚩🚩SELAMAT PAGI MERAH PUTIH

November 17, 2025

Penjor vs Kabel PLN

November 17, 2025

Kebugaran dan Kebersamaan di Bawah Langit Paya Kareung

November 17, 2025

Otsus Aceh di Persimpangan Jalan

November 16, 2025

Pendapat Prof Jimly Soal Ijazah Jokowi

November 16, 2025

Korupsi di Sektor Kesehatan: Dari Nasionalisme STOVIA hingga Penjara KPK

November 16, 2025

Malam Layar Puisi Anak Muda 2025

November 16, 2025

Prasasti Kebon Kopi

November 15, 2025

Bullying, Feodalisme, dan Ekstremisme

November 16, 2025

Dari Sumber Daya ke Sumber Daya Damai

November 15, 2025
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat
Tuesday, November 18, 2025
POTRET Online
  • Login
  • Register
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat
No Result
View All Result
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat
No Result
View All Result
POTRET Online
No Result
View All Result
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat

Menjadi Petani Adalah Pilihan Nekat

RedaksiOleh Redaksi
October 8, 2025
0
Reading Time: 3 mins read
🔊

Dengarkan Artikel

Oleh M. Taufiq

Ketua Daerah IGI Aceh Barat Daya

Memutuskan Pilihan untuk menjadi petani padi di negara yang pengelolaan negaranya tidak terlalu baik adalah salah satu kenekatan dalam hidup. Memberi tekanan pada petani padi dirasa menjadi sangat penting untuk saat ini, sebab beberapa orang dengan menanam sawit sering sekali mengklaim diri mereka adalah petani dengan penuh kebanggaan. 

Kata “petani’ saat ini sudah cenderung dikooptasi dan kemudian dimanipulasi dengan baik oleh kaum pemodal (pemodal yang dimaksud tentu saja merujuk alam tafsir pra kemerdekaan ketika Belanda menguasai perkebunan-perkebunan Hindia Belanda).

Jadi sudah sedikit, seharusnya kata “petani” mesti dikembalikan pada fitrahnya sebagimana pertama sekali kata tersebut muncul, yaitu manusia yang mengusahakan bahan pangan untuk diri sendiri dan orang lain.

Kembali kepada judul tulisan ini, kenekatan yang dimaksud tertanam sebagai karakter petani di negara kita adalah kenekatan dalam melawan alam (hama dan penyakit tanaman, cuaca dan kesuburan). 

Terkait hama dan penyakit tanaman para petani kita belum punya resep yang aman bagi tanaman dan diri mereka sendiri dalam mengelola hal ini, berharap kepada penyuluhpun akhir-akhir ini kegiatan mereka terkesan pasif, lambat bergerak yang pada ujung-ujungnya para petani menjadi sasaran tembak dalam meraup keuntungan oleh perusahaan-perusahaan pestisida kimia global. 

📚 Artikel Terkait

Sebanyak 77 Warga Binaan Dilakukan Verifikasi NIK oleh Disdukcapil Banda Aceh

Menjaga Keselamatan Wisatawan Bahari

Ratusan Masyarakat Beutong Ateuh Banggalang Kembali Lakukan Aksi Penolakan Tambang PT. EMM

Pemko Banda Aceh Siagakan Mobil Dapur Umum di Lokasi Kebakaran

Sedangkan membaca arah cuaca dan musim masih menggunakan metode rukyat; (meminjam istilah ramadhan) cuaca ditentukan saat matahari terbit, belum ada satuan lembaga yang mengeluarkan informasi prediksi cuaca setempat yang akurat dan terhubung dengan petani.

Jika saja seorang petani tersedia data cuaca yang akurat dan mudah diakses tentu mereka bisa merencanakan pekerjaannya dengan tepat dan akurat pula. 

Demikian juga halnya terkait pengelolaan kesuburan tanah, satu-satunya yang patut kita hargai dari pemerintahan yang sedang berjalan adalah kemampuan dalam menyediakan dan kemudahan akses pupuk kimia, namun demikian d isisi lain, penggunaan pupuk kimia dalam jangka waktu panjang terus saja menjadi perdebatan di kalangan ahli. 

Sedangkan kenekatan kedua adalah saat panen tiba, hasil kerja mengusahakan tanaman selama lebih kurang 100 hari, seharusnya menjadi “obat penenang” setelah berpeluh ria, namun para petani dihadapkan pada harga padi yang berada di bawah biaya budidaya tanaman padi dari awal. 

Harga padi yang layak tidak ditentukan oleh petani sendiri, tetapi oleh pihak yang memanfaatkan waktu sejenak (agen) untuk terlibat di dalam sistem pertanian. dititik ini kedaulatan petani terhadap hasil pertanian yang diusahakan tidak pernah ada. Pemerintah memang mentapkan harga intervensi lewat Peusahaan Umum Badan Usaha Logistik, tetapi dengan keterbatasan dana yang dimiliki pemerintah sendiri tentunya hal tersebut terlaksana dengan tertatih-tatih di lapangan dan ujung-ujungnya petani mendapatkan rugi saat panen, kondisi ini membuat petani kita terjebak menjadi petani subsisten (untuk konsumsi sendiri) yang berarti masih sangat jauh untuk disebut sebagai pemain agribisnis.

Terlepas dari dua kenekatan di atas, kenekatan yang paling mendasar sebenarnya adalah saat para tetua negeri kita memutuskan nasi sebagai makanan pokok, padahal alam kita sebelumnya telah menyediakan sumber energi yang bukan nasi untuk dikonsumsi, dari cerita tetua juga kita mengetahui sumber pangan non padi yang sebenarnya lebih unggul, tahan goncangan situasi dan minim pengelolaan yang rumit seperti sagu, ubi janeng/gadung, ubi talas dan beberapa yang lain. Salah satu dugaan yang paling mungkin kenekatan tetua kita memilih sumber pangan nasi adalah karena pengaruh peradaban India yang pernah menguasai pelosok dunia.

Lalu bagaimana kita menyikapi tiga kenekatan tersebut untuk saat ini? Kenekatan yang pertama dan kedua tentunya sangat dipengaruhi sejauhmana pemerintah mau (political will) menempatkan petani dalam siklus ekonomi nasional, namun sejauh ini penempatan uang 200 T di bank negara oleh menteri keuangan belum ada satu kalimatpun menyebut porsi untuk petani padi. Demikian juga kenekatan yang terakhir bisa kita pastikan tidak terlepas dari sentuhan para pengelola Negara kita misalnya dengan tidak membabat hutan sagu untuk dikonversi menjadi pemukiman atau tambang, eksistensi sumber pangan non nasi tentu juga dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat untuk bangga mengkonsumsi sumber pangan lokal yang dikelola dengan biaya murah dan menyehatkan. Wallahualam

🔥 5 Artikel Terbanyak Dibaca Minggu Ini

Pria Yang Merindukan Prostatnya
Pria Yang Merindukan Prostatnya
28 Feb 2025 • 114x dibaca (7 hari)
Oposisi Itu Terhormat
Oposisi Itu Terhormat
3 Mar 2025 • 103x dibaca (7 hari)
Keriuhan Media Sosial atas Kasus Keracunan Program Makan Bergizi Gratis (MBG)
Keriuhan Media Sosial atas Kasus Keracunan Program Makan Bergizi Gratis (MBG)
2 Oct 2025 • 87x dibaca (7 hari)
Hancurnya Sebuah Kemewahan
Hancurnya Sebuah Kemewahan
28 Feb 2025 • 86x dibaca (7 hari)
Hari Ampunan
Hari Ampunan
1 Mar 2025 • 76x dibaca (7 hari)
📝
Tanggung Jawab Konten
Seluruh isi dan opini dalam artikel ini merupakan tanggung jawab penulis. Redaksi bertugas menyunting tulisan tanpa mengubah subtansi dan maksud yang ingin disampaikan.
Redaksi

Redaksi

Majalah Perempuan Aceh

Artikel

Menulis Dengan Jujur

Oleh Tabrani YunisSeptember 9, 2025
#Gerakan Menulis

Tak Sempat Menulis

Oleh Tabrani YunisJuly 12, 2025
#Sumatera Utara

Sengketa Terpelihara

Oleh Tabrani YunisJune 5, 2025
Puisi

Eleği Negeriku  Yang Gelap Gulita

Oleh Tabrani YunisJune 3, 2025
Puisi

Kegalauan Bapak

Oleh Tabrani YunisMay 29, 2025

Populer

  • Gemerlap Aceh, Menelusuri Emperom dan Menyibak Goheng

    Gemerlap Aceh, Menelusuri Emperom dan Menyibak Goheng

    162 shares
    Share 65 Tweet 41
  • Inilah Situs Menulis Artikel dibayar

    153 shares
    Share 61 Tweet 38
  • Peran Coaching Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan

    145 shares
    Share 58 Tweet 36
  • Korupsi Sebagai Jalur Karier di Konoha?

    57 shares
    Share 23 Tweet 14
  • Lomba Menulis Agustus 2025

    51 shares
    Share 20 Tweet 13

HABA MANGAT

Haba Mangat

Tema Lomba Menulis November 2025

Oleh Redaksi
November 10, 2025
Haba Mangat

Tema Lomba Menulis Bulan Oktober 2025

Oleh Redaksi
October 7, 2025
Haba Mangat

Pemenang Lomba Menulis – Edisi Agustus 2025

Oleh Redaksi
September 10, 2025
Postingan Selanjutnya

STEM dan Warisan Soekyarno

  • Kirim Tulisan
  • Program 1000 Sepeda dan Kursi roda
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Tentang Kami
  • Kirim Tulisan
  • Program 1000 Sepeda dan Kursi roda
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Tentang Kami

INFO REDAKSI

Tema Lomba Menulis November 2025

November 10, 2025

Tema Lomba Menulis Bulan Oktober 2025

October 7, 2025

Pemenang Lomba Menulis – Edisi Agustus 2025

September 10, 2025

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat

© 2025 Potret Online - Semua Hak Cipta Dilindungi

-
00:00
00:00

Queue

Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00
Go to mobile version