• Terbaru
Kuliah Tanpa Beban: Kritik Terhadap Klaim Kuliah yang Terlalu Mudah

Bayang-Bayang Perang Dunia Ketiga dan Tanggung Jawab Kemanusiaan Kita

July 7, 2025
Benang Kusut Personal Branding dan Pencitraan

Benang Kusut Personal Branding dan Pencitraan

November 12, 2025

Teladan Pahlawan Sebagai Cermin Moral Generasi Muda

November 11, 2025

🚩🚩SELAMAT PAGI MERAH PUTIH

November 11, 2025

Benarkah Matematika Mata Pelajaran Horor?

November 11, 2025

Kepemimpinan, Kecantikan, dan Penampilan Perempuan Dibentuk oleh Budaya Patriarki

November 11, 2025

Kasino Pertama di Uni Emirat Arab: Antara Diversifikasi Ekonomi dan Dilema Identitas Islam

November 11, 2025

🚩🚩SELAMAT PAGI MERAH PUTIH

November 11, 2025

Pahlawan dan Peradaban

November 11, 2025

Tema Lomba Menulis November 2025

November 10, 2025

Mengoreksi Adab Kemanusiaan Kita ( Hari Pahlawan)

November 10, 2025

Menimbang Relativisme Pahlawan

November 10, 2025

Kehebohan Miss Universe 2025: Drama, Sponsor, dan Suara Perempuan

November 10, 2025
Wednesday, November 12, 2025
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat
  • Login
  • Register
POTRET Online
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat
No Result
View All Result
POTRET Online
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat
No Result
View All Result
Plugin Install : Cart Icon need WooCommerce plugin to be installed.
POTRET Online
No Result
View All Result

Bayang-Bayang Perang Dunia Ketiga dan Tanggung Jawab Kemanusiaan Kita

Dayan AbdurrahmanOleh Dayan Abdurrahman
July 7, 2025
0
Reading Time: 3 mins read
Kuliah Tanpa Beban: Kritik Terhadap Klaim Kuliah yang Terlalu Mudah
🔊

Dengarkan Artikel

Oleh Dayan Abdurrahman

Perang Dunia Pertama dan Kedua telah meninggalkan luka sejarah yang dalam bagi umat manusia. Jutaan jiwa melayang, peradaban runtuh, dan ketakutan akan kehancuran total menjadi trauma kolektif yang tak mudah disembuhkan.

Kini, di tengah ketegangan geopolitik yang makin memanas antara negara-negara besar, muncul kembali pertanyaan yang menggugah nurani: mungkinkah Perang Dunia Ketiga terjadi? Ini bukan sekadar pertanyaan akademis, melainkan sebuah kekhawatiran global yang mulai terasa riil di tengah konflik regional yang terus meluas dan perkembangan senjata pemusnah massal yang makin canggih.

Prediksi mengenai pecahnya Perang Dunia Ketiga tentu bukan sesuatu yang bisa dipastikan secara ilmiah. Namun, melihat situasi global saat ini—di mana persaingan antara kekuatan besar seperti Amerika Serikat dan Tiongkok, ketegangan antara NATO dan Rusia, serta instabilitas Timur Tengah yang tak kunjung reda—kita tidak bisa mengabaikan kemungkinan tersebut. Apalagi, ditambah dengan polarisasi informasi, radikalisme berbasis ideologi maupun ekonomi, serta krisis lingkungan yang menciptakan ketegangan baru dalam perebutan sumber daya. Semua ini seperti potongan puzzle yang bisa membentuk gambaran tragis: dunia kembali terbakar.

Namun, perlu ditegaskan bahwa tidak seperti Perang Dunia sebelumnya, motif utama konflik global hari ini tidak lagi bersumber dari faktor agama. Perang Dunia Pertama dipicu oleh nasionalisme ekstrem, aliansi militer yang saling mencurigai, serta ambisi kolonialisme. Sementara Perang Dunia Kedua lebih dilatarbelakangi oleh ekspansi ideologi fasisme dan balas dendam Jerman pasca Perjanjian Versailles. Dalam kedua perang itu, agama tidak menjadi akar utama, meskipun kadang digunakan untuk membakar semangat atau memobilisasi massa. Begitu pula jika Perang Dunia Ketiga pecah, faktor utamanya kemungkinan besar adalah: dominasi ekonomi, kekuasaan teknologi, konflik energi, dan ketegangan geopolitik antarblok global.

Lalu, di mana posisi Indonesia jika kemungkinan buruk itu benar-benar terjadi? Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, dengan populasi Muslim terbesar dan posisi geografis strategis di jalur perdagangan dunia, tidak akan mampu bersikap netral sepenuhnya. Meskipun kita menganut politik luar negeri bebas aktif, sejarah membuktikan bahwa ketika dunia terbagi dalam kutub-kutub ekstrem, negara-negara non-blok pun akan terkena dampaknya, baik secara ekonomi, politik, maupun sosial. Krisis global akan mengguncang harga pangan dan energi, nilai tukar rupiah bisa jatuh, dan rakyat biasa yang paling merasakan akibatnya. Belum lagi potensi masuknya pengungsi dari negara-negara yang terdampak perang atau tekanan diplomatik dari negara besar agar Indonesia berpihak.

📚 Artikel Terkait

🚩SELAMAT PAGI MERAH PUTIH

Zab Bransah, Pemuisi Negeri Aceh-Malaysia

‎Banda Aceh dan Jepang Jalin Kerja Sama di Bidang Pendidikan

Seniman Aceh Gelar Panggung Sosial Budaya Ajang Amal Perform Solidaritas

Di sisi lain, ada harapan besar bahwa Indonesia bisa memainkan peran konstruktif: menjadi juru damai, bukan sekadar penonton. Kita pernah menjadi tuan rumah Konferensi Asia-Afrika 1955, di mana pemimpin-pemimpin dunia dari negara-negara bekas jajahan bertemu untuk menyuarakan kemerdekaan dan perdamaian. Warisan itu seharusnya tidak dibiarkan menjadi arsip sejarah semata, tetapi dihidupkan kembali dalam konteks kekinian. Indonesia, dengan tradisi gotong royong dan keberagaman yang harmonis, bisa menawarkan model penyelesaian konflik yang inklusif dan berkeadilan.

Namun, perdamaian tidak akan lahir dari diplomasi semata. Ia harus dimulai dari kesadaran moral setiap manusia, dari ruang kelas hingga ruang keluarga. Kita tidak bisa menyerahkan masa depan dunia hanya kepada elite politik atau institusi global. Setiap individu punya peran: menolak retorika kebencian, membangun empati lintas agama dan bangsa, serta mendidik generasi muda agar memahami sejarah dengan jernih dan kritis. Kita harus sadar bahwa narasi kebencian tidak tumbuh dari ruang hampa. Ia diberi makan oleh ketidakadilan, kemiskinan, dan ketimpangan yang terus dipelihara.

Sebagai rakyat biasa, kita mungkin tidak punya kendali atas senjata atau kebijakan luar negeri. Tapi kita punya suara, punya pena, dan punya pilihan untuk tidak ikut dalam arus propaganda yang memecah belah. Kita bisa memulai dari hal kecil: memperkuat pendidikan damai, memperluas ruang dialog antarumat beragama, serta mendorong media untuk lebih etis dalam menyampaikan isu-isu konflik. Peradaban damai bukanlah utopia jika semua bangsa bersedia memulainya dari diri sendiri.

Menutup opini ini, saya ingin menyampaikan bahwa sejarah bukan hanya untuk dihafal, tetapi untuk diambil pelajaran. Dunia sudah dua kali terbakar oleh ego kekuasaan dan ambisi global yang melupakan sisi manusiawi. Kita tidak membutuhkan satu alasan lagi untuk berperang—yang kita butuhkan justru keberanian untuk membangun perdamaian yang berkelanjutan. Perang bukan takdir, ia adalah hasil dari pilihan-pilihan salah yang diambil oleh manusia. Maka mari kita ubah arah sejarah. Jika hari ini kita hanya bisa menulis, maka menulislah demi kemanusiaan. Jika hari ini kita hanya bisa bicara, maka bersuaralah untuk perdamaian. Sebab kalau dunia ini kembali terbakar, mungkin bukan kita yang binasa, tetapi anak-anak kita—yang tidak pernah memilih untuk dilahirkan dalam dunia yang penuh kebencian dan ketakutan.

Dayan Abdurrahman
Penulis, Pemerhati Peradaban, Warga Dunia

🔥 5 Artikel Terbanyak Dibaca Minggu Ini

Pria Yang Merindukan Prostatnya
Pria Yang Merindukan Prostatnya
28 Feb 2025 • 210x dibaca (7 hari)
Oposisi Itu Terhormat
Oposisi Itu Terhormat
3 Mar 2025 • 193x dibaca (7 hari)
Keriuhan Media Sosial atas Kasus Keracunan Program Makan Bergizi Gratis (MBG)
Keriuhan Media Sosial atas Kasus Keracunan Program Makan Bergizi Gratis (MBG)
2 Oct 2025 • 160x dibaca (7 hari)
Ketika Kemampuan Memahami Bacaan Masih Rendah
Ketika Kemampuan Memahami Bacaan Masih Rendah
27 Feb 2025 • 151x dibaca (7 hari)
Hancurnya Sebuah Kemewahan
Hancurnya Sebuah Kemewahan
28 Feb 2025 • 151x dibaca (7 hari)
📝
Tanggung Jawab Konten
Seluruh isi dan opini dalam artikel ini merupakan tanggung jawab penulis. Redaksi bertugas menyunting tulisan tanpa mengubah subtansi dan maksud yang ingin disampaikan.
Dayan Abdurrahman

Dayan Abdurrahman

Bio narasi Saya adalah lulusan pendidikan Bahasa Inggris dengan pengalaman sebagai pendidik, penulis akademik, dan pengembang konten literasi. Saya menyelesaikan studi magister di salah satu universitas ternama di Australia, dan aktif menulis di bidang filsafat pendidikan Islam, pengembangan SDM, serta studi sosial. Saya juga terlibat dalam riset dan penulisan terkait Skill Development Framework dari Australia. Berpengalaman sebagai dosen dan pelatih pendidik, saya memiliki keahlian dalam penulisan ilmiah, editing, serta pendampingan riset. Saat ini, saya terus mengembangkan karya dan membangun jejaring profesional lintas bidang, generasi, serta komunitas akademik global.

Artikel

Menulis Dengan Jujur

Oleh Tabrani YunisSeptember 9, 2025
#Gerakan Menulis

Tak Sempat Menulis

Oleh Tabrani YunisJuly 12, 2025
#Sumatera Utara

Sengketa Terpelihara

Oleh Tabrani YunisJune 5, 2025
Puisi

Eleği Negeriku  Yang Gelap Gulita

Oleh Tabrani YunisJune 3, 2025
Puisi

Kegalauan Bapak

Oleh Tabrani YunisMay 29, 2025

Populer

  • Gemerlap Aceh, Menelusuri Emperom dan Menyibak Goheng

    Gemerlap Aceh, Menelusuri Emperom dan Menyibak Goheng

    162 shares
    Share 65 Tweet 41
  • Inilah Situs Menulis Artikel dibayar

    152 shares
    Share 61 Tweet 38
  • Peran Coaching Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan

    145 shares
    Share 58 Tweet 36
  • Korupsi Sebagai Jalur Karier di Konoha?

    57 shares
    Share 23 Tweet 14
  • Lomba Menulis Agustus 2025

    51 shares
    Share 20 Tweet 13

HABA MANGAT

Haba Mangat

Tema Lomba Menulis November 2025

Oleh Redaksi
November 10, 2025
Haba Mangat

Tema Lomba Menulis Bulan Oktober 2025

Oleh Redaksi
October 7, 2025
Haba Mangat

Pemenang Lomba Menulis – Edisi Agustus 2025

Oleh Redaksi
September 10, 2025
Postingan Selanjutnya

Banjir di Musim Kemarau

  • Kirim Tulisan
  • Program 1000 Sepeda dan Kursi roda
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Tentang Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat

© 2025 Potret Online - Semua Hak Cipta Dilindungi

-
00:00
00:00

Queue

Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00