https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
Saturday, November 8, 2025
No Result
View All Result
POTRET Online
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
POTRET Online
No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
Pariwara
Beranda Artificial Intelligence

Koding, Kecerdasan Artifisial, dan Puisi Esai

Gunawan Trihantoro Oleh Gunawan Trihantoro
4 months ago
in Artificial Intelligence, Artikel, Puisi Essay
Reading Time: 2 mins read
A A
0
8
Bagikan
75
Melihat
🔊

Dengarkan Artikel

Oleh Gunawan Trihantoro

Di era layar yang senantiasa menyala, kita hidup di persimpangan antara logika mesin dan getar nurani.
Di sanalah Koding, Kecerdasan Artifisial (KA), dan Puisi Esai saling bersua, merenda harmoni yang tak terbayangkan, yakni perpaduan nalar yang kaku dan rasa yang merdu.

Koding tak lagi sebatas kumpulan instruksi; ia adalah bahasa zaman, membangun jembatan antara ide dan realitas digital.
Dari baris demi baris kode, tercipta aplikasi, gim, hingga sistem yang memahami kita lebih dari diri sendiri.

KA pun hadir sebagai sahabat tak kasat mata, membantu kita merangkai kata, menganalisis data, dan menyusun narasi hanya dalam sekejap.
Namun, secanggih apa pun, KA tetap tak mampu sepenuhnya menggantikan kelembutan hati yang merasakan luka, cinta, dan keraguan.

Di tengah derasnya arus algoritma, Puisi Esai datang sebagai napas.
Ia menjadi ruang jeda untuk bertanya, merenung, dan menyulam rasa ke dalam wacana.

Denny JA, sang penggagas Puisi Esai, memberi kita teladan bahwa inovasi tak hanya tentang teknologi, melainkan juga keberanian menggabungkan keindahan puisi dengan refleksi mendalam.
Melalui karya seperti “Yang Menggigil dalam Arus Sejarah” (2025), ia menuntun kita menyelami tragedi global dan dampaknya pada nurani dunia.

Bait dan narasi berpadu, mengajak kita tak sekadar membaca sejarah, tetapi turut menggigil oleh luka kemanusiaan yang tercipta.
Karya ini menyalakan empati, memanggil kesadaran kita untuk tak hanya menjadi saksi, tetapi juga menjadi bagian dari perubahan.

📚 Artikel Terkait

Desa Wisata di Yogyakarta Mengembangkan Ekowisata untuk Meningkatkan Ekonomi Lokal

Forum Keluarga Aceh Pabasko dan IPMA Gelar Rapat Persiapan Peringatan Dua Dekade Tsunami

Friendship Karina and Dianda

Elegi Lembah Seulawah

Puisi Esai adalah inovasi sastra, yang bisa menjembatani fakta dan rasa, menghidupkan data lewat kata, dan mengajarkan bahwa berpikir kritis pun dapat puitis.
Di zaman digital, genre ini bahkan dapat tumbuh lebih luas, dengan bantuan KA menyusun data, memetakan tema, hingga mempermudah riset.

Namun, tetap ada satu ruang yang tak terjangkau mesin, seperti keikhlasan hati, keberanian menggugat, dan getaran batin saat menulis kata pertama.
Hanya manusia yang dapat merasakan getir sejarah, merenda harapan dari duka, dan menyulap peristiwa menjadi hikmah.

Koding membuka gerbang teknologi; KA mempercepat langkah kita melintasinya.
Tetapi puisi esai menjadi pengingat, bahwa tanpa rasa, pencapaian sebesar apa pun hanya kosong tak bernyawa.

Di balik deretan angka dan statistik, selalu ada air mata, doa, dan cinta.
Puisi Esai menenun narasi itu, mengajak kita melihat sisi lain dari data, yakni sisi yang manusiawi dan penuh makna.

Inspirasi Denny JA mengajarkan bahwa inovasi sejati adalah ketika keberanian, ide, dan rasa saling menggenggam.
Ia mencipta ruang dialog, tempat kata menjadi saksi, dan rasa menjadi penuntun arah.

Di masa depan, bukan mustahil puisi esai akan terus lahir dari kolaborasi manusia dan KA.
Tetapi denyut kehidupan dalam karya itu tetap berasal dari batin yang pernah jatuh, bangkit, dan bermimpi lagi.

Koding, KA, dan Puisi Esai bukan jalan yang terpisah, melainkan sulaman yang saling melengkapi.
Koding sebagai alat, KA sebagai sahabat inovasi, dan Puisi Esai sebagai nyawa kemanusiaan yang abadi.

Kita, generasi digital, ditantang bukan hanya mencipta teknologi, tetapi juga menjaga kepekaan rasa dan keberanian bertanya.
Agar teknologi tak hanya membangun gedung-gedung tinggi, tetapi juga menguatkan jembatan hati sesama manusia.

Di era serba algoritma, jangan pernah lupa merenung, menulis, dan merasakan.
Sebab hanya dengan rasa, kita tetap menjadi manusia yang utuh, manusia yang mampu memaknai, menginspirasi, dan mengubah dunia. (*)

🔥 5 Artikel Terbanyak Dibaca Minggu Ini

Ketika Kemampuan Memahami Bacaan Masih Rendah
Ketika Kemampuan Memahami Bacaan Masih Rendah
27 Feb 2025 • 118x dibaca (7 hari)
Kala Anak Negeri, Tak Mengenal Negerinya
Kala Anak Negeri, Tak Mengenal Negerinya
13 Mar 2025 • 111x dibaca (7 hari)
Mengenal Cryptocurrency: Mata Uang Digital yang Semakin Popular
Mengenal Cryptocurrency: Mata Uang Digital yang Semakin Popular
15 Mar 2025 • 97x dibaca (7 hari)
Pria Yang Merindukan Prostatnya
Pria Yang Merindukan Prostatnya
28 Feb 2025 • 86x dibaca (7 hari)
Perempuan Penggenggam Pasir
Perempuan Penggenggam Pasir
5 Mar 2025 • 66x dibaca (7 hari)
📝
Tanggung Jawab Konten
Seluruh isi dan opini dalam artikel ini merupakan tanggung jawab penulis. Redaksi bertugas menyunting tulisan tanpa mengubah subtansi dan maksud yang ingin disampaikan.
Share3SendShareScanShare
Gunawan Trihantoro

Gunawan Trihantoro

Gunawan Trihantoro adalah seorang penulis kelahiran Purwodadi tahun 1974. Ia merupakan alumni Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) yang mulai aktif menulis sejak masa kuliahnya. Karya-karyanya telah terbit di berbagai media cetak dan online. Gunawan aktif dalam berbagai komunitas kepenulisan, termasuk Satupena, Kreator Era AI, dan Komunitas Puisi Esai Jawa Tengah. Selain itu, ia juga berkontribusi sebagai penulis buku-buku naskah umum keagamaan dan moderasi beragama di Kementerian Agama RI selama periode 2022–2024. Hingga kini, Gunawan telah menghasilkan puluhan buku, baik sebagai penulis tunggal maupun penulis bersama, yang memperkuat reputasinya sebagai salah satu penulis produktif di bidangnya.

Related Postingan

Gelombang Riba di Era Finansialisasi Global
Anak

Mendidik Anak di Tengah Rusaknya Sistem

Oleh Azharsyah Ibrahim
2025/08/30
0
86

Oleh: Azharsyah Ibrahim Setiap hari, masyarakat Indonesia seakan disuguhi parade berita buruk. Dari kasus korupsi pejabat, praktik nepotisme, hingga kebijakan...

Baca SelengkapnyaDetails

Kontroversi Pilihan Sejarah: Mengapa Aceh Memilih Bergabung dengan Indonesia?

Kemenangan Miss Universe: Satu Dekade Advokasi dan Figur Inspiratif

Postingan Selanjutnya
Balita Pencari Nafkah: Antara Kemiskinan dan Kesiapan Menjadi Orang Tua

Balita Pencari Nafkah: Antara Kemiskinan dan Kesiapan Menjadi Orang Tua

Delegitimasi Narasi Gencatan Senjata: Iran Menuding Donald Trump Menyebarkan Disinformasi demi Kepentinan Geopolitik

Delegitimasi Narasi Gencatan Senjata: Iran Menuding Donald Trump Menyebarkan Disinformasi demi Kepentinan Geopolitik

Bangkitnya Semangat Oleh Sang Penyemangat

Bangkitnya Semangat Oleh Sang Penyemangat

Menembus Sunyi, Menyalakan Cita

Menembus Sunyi, Menyalakan Cita

Predator Anak - Ulasan Artikel

POTRET Online

Copyright@potret2025

Media Perempuan Aceh

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Program 1000 Sepeda dan Kursi roda
  • Kirim Tulisan

Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini

Copyright@potret2025

-
00:00
00:00

Queue

Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00