Oleh Heri Iskandar
Kamis, 14/3/2025 (Edisi 1331)
"Pertemuan Kang Deddy Mulyadi dengan Menteri ATR Agraria kemarin siang menghasilkan apa Bib?"
"Entah!"
"Koran bilang apa? Biasanya kau selalu apdet."
"Sepertinya landai-landai saja. Mungkin tidak dirasa penting makanya tidak dikuntil."
"Penasaran aja aku!"
"Penasaran karena apa Bang?"
"Rumah-rumah yang sudah terlanjur diberi sertifikat di atas tanah negara sepanjang bantaran kali Cikeas dan Kali Bekasi akan dibongkar tidak?"
"Menggusur warga sungguh sangat tidak manusiawi. Ada hal lain yang lebih menarik kalau mau dikuliti."
"Itu resiko menyerobot tanah negara Bib!"
"Yang bilang serobot siapa?"
"Buktinya di bantaran kali sudah berubah menjadi pemukiman warga."
"Yang aku tau mereka pegang sertifikat hak milik. Mana ada penyerobot bisa mendapatkan hak milik? Konon lagi di atas lahan milik negara!"
"Memang itu yang harus dikuliti, kenapa tanah negara bisa diperjual belikan?"
"Itu sudah jamak di negara 1001 rampok ini Bang. Jangan-jangan tanah pemakaman pun sudah bersertifikat juga."
"Terus yang kau anggap lebih menarik dari kasus itu apa?"
"Mantan Gubernur Jabar Ridwan Kamil ke mana?"
"Aku dengar sedang menikmati mobil-mobil mewah yang ia koleksi untuk menghibur diri karena kalah di Pilkada Gubernur Jakarta kemarin itu."
"Itu tidak ada hubungan dengan pertanyaanku!"
"Ada juga yang bilang sedang sangat risau."
"Apa hubungannya?"
"Katanya KPK menemukan dokumen penting tentang skandal korupsi Bank Jabar di rumahnya yang digeledah dua hari silam."
"Yang kumaksud ini selama lima tahun ia duduk sebagai Gubernur Jabar apa kerjanya? Kenapa dia tidak punya atensi terhadap hal-hal seperti itu?"
"Kenapa itu kau anggap menarik?"
"Heran saja aku kenapa Said Didu cs tidak pernah mempermasalahkan itu? Beda ketika PIK 2 memagari laut Tangerang, ia nyaris mati kecebur ke laut supaya masuk tivi sebagai pembela kebenaran."
“Itu gara-gara tanahnya tidak ikut dibayar sesuai targetnya. Suka kali kau berpura-pura bodoh..!”
🙏Heri Iskandar