Oleh : Teuku Masrizar
Jam telah menunjukkan pukul 11.00 wib, pada Sabtu 8 Ramadhan 1446 H. Saya masih di jalan Kyai Ahmad Dahlan pusat kota Banda Aceh, menunggu pemilik toko mempacking pesanan bakal jelbab istri untuk dijual di rumah jahit Rana Collection miliknya di Tapaktuan. Saya sudah kurang sabar menunggu packingan barang yang begitu lama, tapi ada khawatir istri marah besar ketika sampai di rumah nanti tidak membawa pulang pesanannya, tidak dibawa pulang. Bisa pecah perang dunia ke III. Akhirnya ditunggu sampai kelar walau memakan waktu lama.
Sementara dua teman masih menunggu di hotel tempat kami menginap. Akibatnya tertunda jadwal kepulangan dari rencana pukul 0 8 pagi jadi pukul 12.00 WIB.
Keempat kami telah sepakat mengenakan kaos warna-warni, kelihatan sedikit norak tampilannya, tapi di balik kombinasi warna-warni terkandung sarat makna di dalamnya. Pesan keberagaman mungkin dapat tergambar dari ragam kombinasi warna di kaos.
Bisa jadi hal ini menggambarkan ragam relasi sosial budaya dalam masyarakat. Namun yang paling menarik ada tulisan “LEUSER” di bagian kiri bawah kaos, seakan inilah pesan penting yang disampaikan lewat kaos yang kami kenakan hari ini.
Gunung Leuser merupakan gunung tertinggi di provinsi Aceh, ditabalkan jadi Kawasan Konservasi dengan nama Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Taman Nsional Gunung Leuser merupakan salah satu dari lima Taman Nasional tertua di Indonesia.
Sekilas dapat dilihat dalam sejarah asal muasal Taman Nasional ini merupakan kesepakatan sesepuh masyarakat dan tokoh-tokoh adat beberapa wilayah Aceh untuk menggabungkan kawasan konservasi yang ada membentuk Taman Nasional.
Leuser sebagai sebuah kawasan yang menyimpan potensi keragaman hayati yang tinggi, baik flora maupun fauna. Pun demikian beragam kandungan bawah tanah yang sangat kaya dan tak akan habis diproduksi 1000 tahun, katanya.
Leuser dipandang memiliki peran strategis dan penting bagi keberlangsungan kehidupan. Bagi seorang ilmuan dan peneliti dapat berfungsi sebagai wahana untuk menggali dan meneliti prilaku satwa, inventarisasi jenis tumbuhan langka dan dilindungi. Singkatnya Leuser menjadi laboratorium alam bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Berbeda fungsinya menurut pemburu. Pemburu melihat kawasan Leuser sebagai ladang buruan yang menjanjikan. Bila tak ada gading, maka ada target buruan lainnya, seperti harimau sumatera dan badak serta satwa lain. Yang pasti Leuser ladangnya bagi pemburu.
Lain lagi fungsi Leuser bagi penebang dan penguasaan lahan. Leuser menjadi tempat banyaknya tumbuh kayu besar, kualitas bagus dan bernilai ekonomi tinggi. Setelah kayunya tumbang dan diolah jadi sortimen-sortimen dengan ukuran tertentu, maka lahan tersebut dijadikan (konversi) menjadi kebun sawit. Beginilah persfektif Leuser dilihat dari kepentingan.
Kaos yang kami kenakan hari ini juga menyita perhatian beberapa orang saat kami singgah shalat ashar di masjid agung Meulaboh. Seakan tulisan LEUSER dengan kombinasi beragam warna mengisyatkan bahwa Leuser perlu perhatian dan kepedulian banyak pihak dalam menjaga kelestariannya. Sebaliknya Leuser juga diharapkan mampu memberikan manfaat langsung atau tidak langsung bagi masyarakat di dalam dan sekitarnya.
Hari ini Leuser tidak hanya dikenal secara lokal dan nasional, tetapi juga dikenal dunia. Masyarakat global berkepentingan dengan penyelamatan dan pelestarian ekosistem Leuser. Kini Leuser telah ditetapkan sebagai situs warisan dunia (World heritage).
Ramadhan kali ini begitu penting bagi kita dan Leuser. Ancaman kerusakan Leuser dan ekosistemnya semakin menganga, seakan tak terkendali dan terus terjadi. Sehingga dampak buruk langsung dirasakan masyarakat sekitar. Tatkala perburuan, penebangan demi penebangan dan konversi menjadi kebun terus berlangsung, maka satwa-satwa turun ke pemukiman warga. Demikian juga intensitas banjir dan longsor semakin sering terjadi akibat kerusakan ini. Maka Ramadhan tahun ini menjadi “Puasa” tarhadap pengrusakan dan penghancuran ekosistem Leuser.
Ramadhan kali ini juga bersamaan dengan bertambah dewasa Leuser dalam eksistensinya sebagai sebagai kawasan konservasi Selamat Ulang tahun Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) ke 45. Terus berbenah dan terjaga kelestariannya dan tetap bertahan sebagai situs warisan dunia. @