Dengarkan Artikel
Oleh AZIA
Mahasiswa Semester Lima, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh
Pada dasarnya, setiap orang telah diberi potensi oleh Allah SWT agar dapat hidup mandiri. Telah diberi akal dan pikiran agar dapat berusaha dan berikhtiar mencari kebutuhan hidup, dengan cara, satu di antaranya adalah tolong-menolong antara sesama manusia, karena manusia adalah makhluk sosial, dan tidak dapat melepaskan diri dari kehidupan bermasyarakat. Lalu, mengapa ada pengemis yang semakin banyak terlihat saat ini? Lalu, kemudian banyak pula dipersoalkan.
Nah, fenomena pengemis sebenarnya merupakan masalah yang kompleks dan memiliki dimensi sosial, ekonomi, dan budaya yang perlu dipahami serta ditanggani dengan pendekatan yang tepat. Mengapa demikian? Dalam realitas sosial, ternyata pengemis tidak hanya mereka yang benar-benar membutuhkan. Ada pengemis yang membutuhkan bantuan, karena kemiskinan, ada juga yang memanfaatkan profesi pengemis sebagai cara untuk mendapat penghasilan lebih mudah.
Meskipun banyak pengemis hidup dalam kemiskinan, terdapat laporan di beberapa kota besar dimana pengemis bisa mendapatkan penghasilan yang cukup besar dari mengemis. Bahkan, ada yang bisa memperoleh lebih banyak daripada pekerja formal dengan upah minimum.
Begitu pula yang terjadi pada tengah keramaian Simpang Jambo Tape, Kota Banda Aceh, terlihat sosok seorang pria paruh baya dengan keterbatasan fisik, berdiri sambil memegang tongkat. Usianya sekitar 37 tahun. pakaiannya sederhana dengan kemeja dan tas hitam yang digantung di pundak untuk menampung hasil belas kasih dari orang-orang yang lalu lalang.
Bagi sebagian orang, ia mungkin hanya bagian dari pemandangan kota. Namun, kisah hidupnya penuh dengan perjuangan yang tak terlihat dari pandangan sekilas. Penulis telah melakukan observasi dan sekaligus mewawancarainya untuk mendapatkan informasi yang lengkap tentang kehidupan seorang pengemis.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis dapatkan, pria ini berasal dari Kampung Keudah dan kini menetap di Kampung Ule Kareng. Beliau bukan hanya sosok bapak yang biasa, tapi juga merupakan kepala keluarga yang sangat hebat. Beliau tinggal bersama istri yang sedang menderita sakit parah dan dua anak kecil di kampung Ule kareng.
Dalam situasi yang penuh tantangan dan keterbatasa nya yang tidak bisa melihat,Beliau berjuang mencari nafkah untuk keluarganya dengan semangat yang tak mudah goyah. Dari pagi hingga sore, ia menjalani rutinitasnya di jalanan, berharap bisa membawa pulang rezeki untuk menghidupi keluarganya.
Bagi pria ini, mengemis bukan sekadar pilihan, tetapi sebuah keharusan. Dengan keterbatasan yang ia miliki, mencari pekerjaan tetap menjadi tantangan besar. Namun, tekadnya untuk menafkahi keluarga tetap teguh. Ia adalah bukti hidup bahwa cinta dan dedikasi seorang ayah mampu mengatasi segala rintangan, bahkan dalam kondisi yang paling berat sekalipun.
Kisah ini tak hanya menggambarkan betapa gigihnya perjuangan pria tersebut, tetapi juga membuka mata kita tentang perlunya dukungan dari komunitas dan pemerintah bagi mereka yang hidup dalam keterbatasan. Program sosial dan bantuan kemanusiaan yang tepat sasaran akan sangat berarti untuk meringankan beban hidup orang-orang seperti pria ini, yang di tengah segala keterbatasan masih menyimpan harapan dan keyakinan.
Momen ini tidak hanya mencerminkan kisah hidup seseorang, melainkan menjadi simbol ketabahan dan keberanian dalam menghadapi hidup. Jadi, pria ini adalah inspirasi nyata bahwa di balik keterbatasan, ada jiwa yang pantang menyerah, dan semangat untuk memberi yang terbaik bagi keluarga yang dicintai.
🔥 5 Artikel Terbanyak Dibaca Minggu Ini



