Oleh Moh. Ghufron Cholid
Berdomisili di Pondok Pesantren Al-Ittihad Junglorong Komis Kedungdung Sampang Madura
Malam ini, saya bertemu dengan puisi Tabrani Yunis yang diberi nama Tadarus, sebuah puisi yang kental dengan suasana Ramadhan.
Tampaknya Tabrani lebih memilih untuk berpandangan terbuka. Tidak mau menyulitkan pembaca dalam memahami puisinya. Bagi Tabrani keindahan sejati adalah ketika puisi mudah dimengerti dan pesan sampai ke hati.
Saya posting secara utuh puisinya, agar setiap kita yang membaca puisi ini, bisa merasakan kehadiran bulan Ramadhan secara terang benderang dan bisa secara bebas berdiri dan menentukan sudut pandang atas puisi yang ditulis Tabrani.
Tadarus
Oleh Tabrani Yunis
Di masjid-masjid,malam ini
Sepi tlah darı tadı menepi
Orang-orang mengaji
Mengisi relung hati
Di bulan Ramadan ini, kembali
Sambut-menyambut lantunan ayat suci
Bergema menggelegar titik arsyi
Berlomba-lomba mengejar janji
Di ujung malam, lailatul qadri
Menjintai-juntai anugerah ilahi
Menjelang sepertiga malam suci ini
gelisah meruah, tumpah menepi
Menyelimuti relung hati
Berharap cinta, meraih nurani suci
Menyejuk hati, membasuh jiwa, kala sunyi
Suara-suara alunan lantunan ayat suci
Mengusir hiruk pikuk sepinya malam, dilalui
Semakin larut kalam Tuhan dalam sanubari
Leburkan rindu pada waktu yang belum pasti
Ramadan mengisyarakan tanda kembali
Entah kita bisa bertemu lagi
Hanya Tuhan yang tahu pasti
Tadarus pun segera terhenti
Kala Ramadan menjelang pergi
Latar suasana dihadirkan sehingga kita dapat merasakan kehadiran bulan Ramadhan lengkap dengan kebiasaan yang ada. Bisa dibilang puisi ini adalah puisi yang memuat informasi atau puisi informatif.
Memang tak bisa dipungkiri semua dari kita bisa menyepakati apa yang disampaikan Tabrani dalam puisinya sebab ianya menyampaikan sesuatu yang sudah lazim. Namun puisi ini dihadirkan bukan untuk kita menyepakati isinya melainkan lebih dari itu. Tabrani memiliki misi penting yakni menjadikan puisi sebagai media alternatif dalam menghidupkan ghirah ibadah. Setidaknya dengan membaca puisi ini, kita bisa mengenang hal-hal terindah yang ada dalam Ramadhan ketika kita sudah berada di bulan lain. Setidaknya puisi ini hendak mengungkapkan bahwa Ramadhan merupakan bulan sangat artistik untuk terus berada di jalur ibadah.
Selamat membaca dan selamat berselancar di dunia ide dari Tabrani Yunis tentang Ramadhan. Terlepas apa yang dimuat merupakan hal rutinitas yang bukan rahasia pribadi melainkan milik umum, setidaknya upaya baik ini perlu kita apresiasi.
Kedai Duta, 25 Maret 2024