.
Oleh : Anzelia Anggrahini
Jepang adalah salah satu negara komunitas sepeda terbesar di dunia. Diambil dari kumparan.com jumlah pengguna sepeda di Jepang mencapai 72 juta, atau lebih dari setengah populasinya yang berkisar 120 juta jiwa. Maka tak heran bersepeda sudah hal yang lazim dan populer di jepang.
Di Indonesia sendiri, penggunaan sepeda sangat minim sekali. Bahkan bisa dihitung presentase pemakaiannya.
Sebenarnya dengan bersepeda dapat meminimalisirkan penggunaan kendaraan
yang berbahan bakar minyak, mengurangi polusi udara dan yang paling penting adalah
menetralisirkan jalanan dari kemacetan.
Kemacetan adalah keadaan disaat arus lalu lintas yang melintas dijalan yang dilalui telah
melampaui kapasitas dari jalan itu dan menyebabkan laju dari kendaraan menjadi lambat serta
terhenti sehingga hal itu mengakibatkan tersendatnya kendaraan. Kemacetan akan terus
meningkat jika arus lalu lintas terus naik sehingga kendaraan saling berdempetan satu sama lain,
dan kemacetan total terjadi ketika kendaraan tersebut bergerak sangat pelan atau harus berhenti
(Tamin,2000).
Dibagian daerah Banda Aceh, juga merasakan hal yang sama. Seperti halnya kemacetan yang
terjadi ditempat tempat tertentu. Misalnya di daerah Kopelma Darussalam. Yang dimana
Kopelma Darussalam disebut dengan daerah “ Jantung Hati Rakyat Aceh” atau kota para pelajar.
Di setiap tahunnya, kapasitas penduduk daerah Darussalam kian meningkat yang disebabkan
adanya penerimaan mahasiswa baru pada dua Universitas terkenal di Banda Aceh, yaitu
Universitas Syiah Kuala dan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry. Maka daerah Darussalam
selalu dipadati oleh warga pendatang dari luar kota dan kemudian banyak juga dari mereka yang
berasal dari daerah pedalaman provinsi Aceh menjadi penduduk tetap karena pekerjaan.
Dengan bertambahnya kapasitas penduduk, maka kebutuhan yang akan dipenuhi oleh
masyarakat juga akan semakin meningkat. Misalnya saja kebutuhan sekunder yaitu berupa
kebutuhan pelengkap juga akan sangat dibutuhkan. Seperti halnya kendaraan, kendaraan
merupakan suatu kebutuhan sekunder yang sudah menjadi kebutuhan sehari-hari masyarakat
untuk menuju dari suatu tempat ke tempat yang lainnya. Alhasil, dampak dari kendaraan itu
sendiri adalah terjadinya kemacetan dimana-mana.
Adapun beberapa waktu Kemacetan yang terjadi di Kopelma Darussalam. Ada beberapa titik
ruas jalan, seperti misalnya di daerah JL.Teuku Nyak Arief. Di pagi hari, jalanan banyak dipadati
oleh para mahasiswa, anak anak pergi sekolah, orang pergi bekerja, dan beberapa orang yang
melakukan aktivitas dan kesibukannya di pagi hari. Sehingga tak heran apabila ada terjadi
kemacetan.
Kemudian pada waktu siang hari, JL.Teuku Nyak Arief masih bisa dibilang padat dan macet,
terutama dibagian wilayah SDN 16 Banda Aceh ( jalan arah jembatan Lamnyong), karena pada
jam siang daerah tersebut banyak anak anak SD pulang sekolah dan adanya interaksi jual beli
antar masyarakat dengan PKL (Pedagang Kaki Lima) di sepanjang area trotoar JL.Teuku Nyak
Arief, sehingga banyak membuat pengguna kendaraan yang parkir disembarang tempat, dan ini
menjadi salah satu penyebab dari kemacetan di jalan tersebut dan dibeberapa tempat lainnya.
Padahal didalam Qanun kota Banda Aceh Nomor 6 Tahun 2018 tentang penyelenggaraan
ketertiban umum dan ketentraman masyarakat sudah dijelaskan mengenai tertib PKL yang dapat
dilihat dalam BAB IV mengenai tertib PKL, yang tercantum dari pasal 10 sampai dengan pasal
14. Terutama pada pasal 10 yang berisi banyak tentang larangan bagi PKL, yang diantaranya
larangan menggunakan lahan fasilitas umum tertentu untuk tempat usaha PKL atau sebagai
lokasi PKL. Namun nyatanya masih banyak PKL yang berjualan disitu dan belum ada
penanganan dari pemerintah untuk menertibkan area tersebut.
Kemudian apabila sudah menjelang waktu sore hari, jalanan kembali padat merayap,
dikarenakan banyak para mahasiswa yang pulang dari kampus, orang pulang dari bekerja,
ataupun orang orang yang ingin berjalan sore baik dengan menggunakan kendaraan maupun
pejalan kaki. Alhasil terjadilah kemacetan dan tak sedikit terjadi aksi saling srempet serta
menerobos lampu lalu lintas. Bahkan tak jarang ada juga terjadi kecelakaan yang disebabkan
oleh beberapa pengendara yang menerobos lampu lalu lintas karena tak sabar menunggu
panjangnya antrian kemacetan.
Dapat kita lihat dari semua persoalan dan permasalahan yang ada, bisa kita berikan beberapa
solusi untuk mengurangi kemacetan yang ada. Pertama dengan menganjurkan pemakaian sepeda
bagi para siswa dan juga mahasiswa yang tinggal di sekitaran universitas syiah kuala ataupun
UIN Ar-Raniry. Seperti Negara Jepang yang dapat dijadikan sebuah contoh Negara yang
menerapkan penggunaan sepeda disetiap harinya. Awal penerapan mungkin kedengarannya
terlihat susah. Namun apabila pemerintah bersikeras untuk menggalakkannya dan
mengkampanyekan kepada seluruh siswa dan mahasiswa akan pentingnya bersepeda, maka
mereka akan mudah menerima dan mentaati. Dalam hal ini, kita juga bisa mencontoh beberapa
peraturan bersepeda yang ada di Jepang. Di ambil dari www.JPSS.jp beberapa peraturan bagi
pesepeda di Jepang diantaranya :
Sepeda merupakan kendaraan ringan, secara prinsip sepeda harus berjalan di jalan raya,
yaitu merapat pada sisi kiri jalan raya. Selain itu, pada saat sepeda berjalan di jalan raya,
harus berjalan pelan di pinggir jalan dan mengutamakan pejalan kaki.
Jangan berboncengan. Sebagai pengecualian, memboncengkan seorang anak berusia
kurang dari 5 tahun diperbolehkan
Jangan mengendarai sepeda secara paralel ( berjalan dengan berderet ke samping).
Jangan mengendarai sepeda sambil memegang handphone dan menggunakan earphone.
Jadi dengan menerapkan penggunaan sepeda untuk berkendara dapat meminimalisirkan
terjadinya kemacetan. Ditambah lagi pemerintah dapat membangun infrastruktur jalur sepeda di
sekitar wilayah kampus, agar mahasiswa dapat dengan mudah bersepeda tanpa harus khawatir
akan terjadi kecelakaan.
Kemudian solusi yang kedua, mungkin pemerintah bisa memberikan sebuah reward atau
apresiasi terhadap sekolah ataupun sebuah instansi yang paling banyak dan aktif menggunakan
sepeda sebagai alat kendaraan. Apresisasi itu bisa berupa memberikan perawatan terhadap
sepeda setiap bulannya dan pemerintah juga bisa memberikan fasilitas parkir khusus untuk
sepeda di setiap sekolah ataupun instansi yang banyak menggunakan sepeda sebagai alat
kendaraan. Dengan gambaran begitu, lambat laun masyarakat akan paham betapa pentingnya
bersepeda untuk mengurangi kemacetan yang ada.
Kemudian solusi yang ketiga adalah pembatasan akan kepemilikan kendaraan dengan
dinaikkannya retribusi parkir dan pajak kendaraan. Di Jepang peraturan ini sudah diterapkan.
Diambil dari news.ddtc.co.id bahwa di Jepang biaya parkir bisa mencapai 600 yen atau
Rp72.000, belum lagi minimnya kapasitas tempat parkir disana, yang membuat harga parkir
lebih mahal. Kemudian, cara lainnya dengan menaikkan pajak untuk kendaraan pribadi yang
sudah melebihi masa pakai harus dinaikkan secara signifikan, sehingga meningkatkan
penerimaan pajak kendaraan. Solusi ini sekaligus akan memaksa masyarakat mengalihkan moda
transportasinya ke kendaraan umum atau mengganti kendaraannya dengan sepeda dan
meninggalkan kendaraannya yang sudah lewat masa pakai.
BIONARASI
Anzelia Anggrahini merupakan perempuan yang lahir di kota Serambi Mekkah, yaitu Aceh pada tanggal 28 Juni 2003. Ia sangat suka menulis cerpen, puisi, berita dan karya karya tulis ilmiah lainnya. Menulis adalah hobinya disaat masih dibangku SMP hingga kini sudah memasuki usia 20-an.
Ini adalah salah satu tulisan opini yang pertama kali ia perlombakan. Sebelumnya ia pernah mengikuti perlombaan tulisan non-ilmiah seperti puisi, cerpen dan menulis dongeng. Dan karyanya ada dimuat pada salah satu buku yang diterbitkan oleh beberapa penerbit, seperti simple publisher, arus pedia, dan event kreasi. Untuk kali ini, ia memberanikan diri untuk mengupload karya tulisan opininya ke media. Semoga ini bisa menjadi awal kesuksesannya dalam menulis, dan tulisannya dapat bermanfaat bagi orang lain. Simak kegiatan sehari hari Anzelia Anggrahini dalam akun instagramnya @anzelianggrahini .