https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
Wednesday, July 16, 2025
No Result
View All Result
POTRET Online
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
POTRET Online
No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
Pariwara
Beranda Artikel

Haruskah Ada Saweran Dalam Tarian Penyambutan Tamu?

Redaksi Oleh Redaksi
3 years ago
in Artikel, POTRET Budaya
Reading Time: 3 mins read
A A
0
7
Bagikan
71
Melihat

Oleh Irma Ibrahim

Pemerhati Pariwisata dan Budaya, Berdomisili di Banda Aceh

 

F26BE051-7D26-46E4-95CF-1B04394BC934.jpg

 

Lain lubuk, lain Ikan, lain Padang lain Ilalang. Kata pepatah ini menyampaikan pesan bahwa setiap daerah memiliki keragaman budaya yang berbeda. Ini adalah pertanda bahwa kekayaan budaya Indonesia sangat luar biasa. Keragaman budaya ini juga akan diikuti atau dipatuhi oleh siapa saja yang berkunjung atau melakukan perjalanan ke daerah yang dituju yang tentunya mematuhi juga aturan aturan yang berlaku di daerah tersebut, dengan kata lain “Dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung”

Begitu pula halnya dengan tarian Penyambutan Tamu, setiap daerah memiliki tarian khas untuk menerima tamu dikutip dalam media online, Berita dan media online Katadata; Tarian penyambutan tamu di Aceh adalah Tarian Ranub Lam Puan dan Tarian Peumulia Jamee yang pada dasarnya adalah sama untuk penyambutan tamu. Di Sumtra Utara Tari Tor Tor, di Jambi tari Sekapur Sirih, di Sumatra Barat  Tari Indang, di Riau Tari Persembahan, di Jawa Barat Tari Jaipong, di Yogyakarta Tari Serimpi,di Bali Tari Pendet dan begitu pula daerah lainnya sampai dengan Papua tari Selamat Datang.

Tarian penyambutan tamu ini biasanya ditarikan pada acara-acara kebudayaan, kedatangan tamu kehormatan, dan juga pada penyambutan acara pernikahan.

Di Aceh untuk menerima tamu tidak hanya disambut dengan tarian Ranub Lampuan, tetapi ada juga yang disambut dengan tari Guel di wilayah Tengah Aceh, dan Silat Geulumbang di Wilayah barat Aceh. Dan ada juga disambut dengan Seumapa (saling menyapa) atau Balas Pantun, menyampaikan tujuan datang yang saling sahut menyahut menjawab pertanyaan, ini biasanya pada saat menyambut kedatangan pengantin laki-kali atau linto ke rumah darabaro (pengantin perempuan).

Tari Ranup Lampuan merupakan tari memuliakan tamu yang datang yang disuguhi sirih, baik kepada tamu yang datang maupun pengantin yang disambut kedatangannya.

Melihat sejarah Aceh masa lalu, Dikutip dalam media AcehTrend.com, sejarawan dan budayawan Aceh Tarmizi A Hamid menceritakan adat memuliakan tamu/peumulia jamee sudah mulai sejak zaman kerajaan Aceh Darussalam dan dianggap sangat penting bagi masyarakat Aceh, karena pada saat itu banyak pendatang dengan berbagai kepentingan untuk datang ke Aceh. Jauh sebelumnya, Aceh juga didatangi oleh ulama penjelajah dunia dari Maroko yaitu Ibnu Bathutah dan disambut oleh kerajaan Aceh dengan mengirimkan beberapa ekor kuda. Kemudian beliau disuguhi setapak sirih dengan kelengkapannya oleh pihak kerajaan yang berkuasa pada saat itu.

Pada masa Kerajaan Sultan Iskandar Muda, Sultan mulai berfikir untuk melahirkan sebuah aturan, guna menjamu tamu-tamu yang datang ke Aceh dalam berbagai kepentingan, maka dibentuklah sebuah aturan atau adat tersebut Peumulia Jamee dalam “Qanun Meukuta Alam”

Unsur dari peumualia jamee ini di antaranya upacara peusijuk dengan menghidangkan makanan kepada tamu baik itu muslim maupun nonmuslim. Dalam suguhan makanan juga menyuguhkan kudapan manis manis seperti Jimpha asoe kaya, bu leukat asoe kaya dan lain-lain.

Dalam Buku “Aceh Bumi Srikandi” Dinas Kebudayaan dan Paiwisata Aceh disebutkan bahwa ketika tamu dari Arab datang kepada Kerajaan Aceh untuk menyampaikan teguran kepada kerajaan Aceh pada saat itu dipimpin oleh seorang wanita yaitu Sulthanah Zakiatuddin Inayatsyah, namun Sulthanah menyambut dengan keramahan, lugas dan berwibawa sehingga sang tamu tidak berani menyampaikan maksud dan tegurannya. Ketika tamu pulang dihadiahkan emas sebagai oleh-oleh dan tandamata dari kerajaan Aceh.

Begitulah sikap orang Aceh pada saat itu yang tetap mengikuti sesuai dengan Hadits Rasulullah,…”barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya ia memuliakan tamunya (Riwayat Bukhari dan Muslim).

Melihat sejarah  Aceh dalam hal memuliakan tamu bahwa rakya Aceh sangat menghargai tamunya, tidak hanya sebatas menyambut tetapi juga memberi makan minum bahkan memberi hadiah oleh-oleh ketika pulang. Berarti orang Aceh saat itu tangannya tidak pernah berada di bawah tetapi selalu berada di atas, dengan kata lain tidak pernah meminta, tetapi selalu memberi.

Namun apa yang terjadi saat ini, bahwa memuliakan tamu kian hari bergeser dengan kemajuan teknologi dan kesibukan orang masing-masing. Memuliakan tamu hanya pada saat-saat acara seremonial dan acara adat dan budaya saja, untuk silaturahmi antar wargapun sudah mulai menurun.

Melihat kembali proses penampilan tarian Ranub Lam Puan saat ini ketika menyuguhkan sirih kepada tamu atau pengantin sudah seperti kewajiban untuk memberikan uang atau amplop berisi uang kepada penari. Apakah memuliakan tamu harus dibayar dengan amplop dan Uang?

Bukankah memuliakan tamu benar benar mumuliakannya tanpa imbalan?  Beda halnya dengan hiburan atau ronggeng seperti salah satu lagu dangdut, makin banyak sawerannya makin asyik goyangannya. Nah, bagaimana pendapat pembaca tentang saweran di Tarian Ranub Lampuan ?

Share3SendShareScanShare
Redaksi

Redaksi

Majalah Perempuan Aceh

Postingan Selanjutnya
Kacabdin Bireun Bersama Kajari Seleksi Duta Pelajar Sadar Hukum, Ini Juaranya

Kacabdin Bireun Bersama Kajari Seleksi Duta Pelajar Sadar Hukum, Ini Juaranya

Sekolah Penggerak di Abdya Ikut Pelatihan Implementasi Kurikulum Merdeka

Sekolah Penggerak di Abdya Ikut Pelatihan Implementasi Kurikulum Merdeka

Irama Ruang Waktu

Pesan Yang Diabaikan

Sehimpun Puisi Asep Perdiansyah

SARINAH

SARINAH

HABA MANGAT

Haba Mangat

Tema Lomba Menulis Edisi Mei

Oleh Redaksi
May 10, 2025
0
435

27 tahun yang lalu (1998) nilai tukar rupiah terhadap dolar, dari Rp 2,575.00 berangsur turun menjadi Rp 16.000 pada Maret...

Baca SelengkapnyaDetails
Majalah POTRET pun Penting dan Perlu Untuk Melihat Wajah Batin dan Spiritualitas Diri Kita

Tema Lomba Menulis Maret 2025

March 22, 2025
383

Responden Terpilih

March 14, 2025
138
Majalah POTRET pun Penting dan Perlu Untuk Melihat Wajah Batin dan Spiritualitas Diri Kita

Pemenang Lomba Menulis Februari 2025

March 2, 2025
395

Jajak Pendapat #KaburAjaDulu

February 22, 2025
244

SELAKSA

  • All
  • Tabrani Yunis
Diamuk Rindu

Tak Sempat Menulis

Oleh Tabrani Yunis
2025/07/12
0
118

Oleh Tabrani Yunis  Tak sempat menulis, atau belum ada waktu menulis. Itulah dua ungkapan yang sangat sering kita dengar, keluar...

BENGKEL OPINI RAKyat

Sengketa Terpelihara

Oleh Tabrani Yunis
2025/06/05
0
142

Oleh Tabrani Yunis  Pulau Panjang, Mangkir Ketek, Mangkir Gadang dan Lipan Tidak seperti Pulau Sipadan dan Ligitan Yang durebut Malaysia  karena...

Eleği Negeriku  Yang Gelap Gulita

Eleği Negeriku  Yang Gelap Gulita

Oleh Tabrani Yunis
2025/06/03
0
93

Oleh Tabrani Yunis Negeri mutu manikam berkabut gelap Yang terbentang di garis Khatulistiwa  Apakah ada matahari yang disadap  Hingga seluruh...

Kegalauan Bapak

Kegalauan Bapak

Oleh Tabrani Yunis
2025/05/29
0
123

Oleh Tabrani Yunis  Nak, Kemarilah duduk sejenak Kuharap kau dapat menyimak Setiap kata dan kalimat Bapak Walau usiamu masih anak-anak...

Populer

  • Melihat Sejarah Aceh Dalam Perspektif Temuan Keramik Kuno

    Melihat Sejarah Aceh Dalam Perspektif Temuan Keramik Kuno

    8 shares
    Share 3 Tweet 2
  • Salem’s City Seal Controversy: Between Historical Legacy and Modern Sensitivities

    7 shares
    Share 3 Tweet 2
  • Kemampuan Memahami Bacaan – Ulasan

    7 shares
    Share 3 Tweet 2
  • Aceh dan Salem: Jejak Sejarah Dagang yang Terancam Terhapus

    7 shares
    Share 3 Tweet 2
  • Mengenal Prinsip Pareto di Tengah Ketidakseimbangan Hidup

    15 shares
    Share 6 Tweet 4
POTRET Online

Copyright@potret2025

Media Perempuan Aceh

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Program 1000 Sepeda dan Kursi roda
  • Kirim Tulisan
  • Saat Plastik Bertemu AI

Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini

Copyright@potret2025

-
00:00
00:00

Queue

Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00