https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
  • Saat Plastik Bertemu AI
Monday, June 16, 2025
No Result
View All Result
POTRET Online
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
  • Saat Plastik Bertemu AI
POTRET Online
No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
  • Saat Plastik Bertemu AI
Pariwara
Beranda Aceh

SEBAIKNYA ANDA TAHU PENGGUNAAN TANDA DIAKRITIK DALAM BAHASA ATJÈH

Redaksi Oleh Redaksi
4 years ago
in Aceh, Artikel, bahasa daerah, POTRET Budaya
Reading Time: 4 mins read
A A
0
5
Bagikan
54
Melihat


Oleh Drs. Hasbi Yusuf
Pemerhati Pendidikan yang Pensiunan Guru, Berdomisili di Banda Aceh
Bahasa Atjèh termasuk bahasa yang agak rumit dalam pengucapan dan penulisannya, dikarenakan kebanyakan fonem dari suku kata terbentuk dari tIga huruf atau lebih. Namun demikian, bahasa Atjèh merupakan bahasa yang sangat kaya perbendaharaan katanya. Selain kata asli bahasa Atjèh memang cukup lumayan banyaknya, diperkaya lagi oleh kata serapan dari bahasa-bahasa lain, terutama bahasa Melayu yang telah teradopsi secara alamiah dan harmonis melalui pergaulan yang lumayan luwes dan lama dari suku Atjèh sendiri dengan suku Melayu. 
Diantara beberapa bahasa lain yang paling dominan mempengaruhi, mewarnai dan menambah perbendaharaan kata bahasa Atjèh adalah bahasa dari lima negara atau bangsa yang terkait dengan nama Atjèh itu sendiri. Konon nama “ATJÈH” sangat jelas terlihat dan sangat kental dengan bukti keberadaan, atau eksistensi bangsa Atjèh sendiri dan diperkuat juga dengan profil, postur, wajah dan warna kulit bangsa Aceh memang secara garis besar mirip bangsa-bangsa yang kita sebutkan berikut ini. 
Konon nama ” ATJÈH ” berasal dari singkatan gabungan :
A = Arab; TJ = Tjina; 
È = Èropa, H = Hindia. 
Dari empat suku bangsa di atas, Arab dan India kelihatan lebih dominan, baik dari postur tubuh, warna kulit maupun jumlah kata atau logat yang eksis dalam masyarakat. 
Oleh karena itu untuk mempersatukan logat, perbendaharaan kata, budaya, dan psikologi masyarakat, maka diperlukan sebuah bahasa yang mampu mengikat unsur-unsur bawaan masing-masing, sehingga dapat harmonis dan sinergi serta diterima oleh semua mereka yang mendiami bumi Atjèh sejak lama. Dengan demikian bahasa yang mampu mempersatukan semua unsur di atas, perlu penekanan, penjelasan, penyesuaian dan harmonisasi, sehingga agak berbeda dengan bahasa-bahasa daerah lain di nusantara.
Itulah sebabnya maka seorang orientalis Belanda Snouck Hurgronje ditugaskan oleh pemerintah Belanda untuk mempelajari melalui pendekatan agama dan kebudayaan guna mengalahkan bangsa Atjèh yang tak mampu dikalahkan melalui pertempuran dengan senjata, agar tunduk kepada pemerintah Belanda. 
Melalui pendekatan keagamaan dan bahasa Atjèh agar mudah dan dapat menulis dan berkomunikasi dengan benar serta untuk memperjelas bunyi bacaan kata dalam bahasa Atjèh diterapkan tanda ” diakritik “,  sehingga penulisan dan pengucapan bahasa Aceh menjadi seragam dan tidak menimbulkan salah tafsir. 
Pada awalnya penerapan tanda diakritik dalam bahasa Atjèh dilakukan oleh Snouck Hurgronje, untuk kepentingan politik pecah-belah yang dimainkan pihak Belanda (Devide et impera). Namun apa yang telah dirumuskan oleh Snouck Hourgronjo, ternyata dapat berguna bagi masyarakat Atjèh dalam memudahkan mempelajari dan menggiatkan penggunaan Bahasa Atjèh. 
Dengan penerapan tanda diakritik dapat mempermudah bagi Snouck Hurgronje berkomunikasi dengan rakyat Atjèh dengan sangat fasih, sehingga membuat masyarakat dengan mudah bergaul dan sekaligus menjadi lebih akrab secara psikologis, karena kesamaan dialeg bahasa.
Sejumlah tanda diakritik yang dipakai dalam memperjelas dan mempertegas penulisan dan pengucapan kata dalam bahasa Atjèh adalah sebagai berikut:
1. aigu /é/, 
2. grave /è/, 
3. Diaeresis /ë/
4. makron /ô/,
5. trema /ö/, dan
6. apostrof / ’/.
Contoh :
1. Aigu /é/
– ék = naik
– kéh = kantong
– padé = padi.
2. Grave /è/
– èk = kotoran 
– kèh = korek api
– lalè = lalai.
3. Diaeresis /ë/
Tanda diaeresis agak 
jarang dipakai secara 
umum dalam 
penulisan kata bahasa 
Aceh, lebih sering 
dipakai hanya di 
kabupaten Pidië.
– ië = air,
– biëng = (kepiting),
– sië=daging, sembelih.
4. Makron /ô/
– ôn = daun
– lhôh = sorot
– peurahô = perahu.
5. Trema /ö/
– öt = mengecil
– lhöh = bongkar
– seungkö = ikan lele.
6. Apostrof / ‘/
– ‘ap = makan
– h’iem = teka-teki
– ch’o = sengau.
Sangat mudah dan simpel bukan? Jadi, agar komunikasi menggunakan bahasa Atjèh dalam masyarakat kita dapat berlangsung dengan jelas dan tegas, jangan salah interpretadi maka bahasa itu mesti memiliki tata bahasa dan aturan yang baku. jika bahasa tersebut digunakan dalam komunikasi antara dua orang, dimana pesan yang disampaikan oleh seseorang telah mampu diterima oleh orang lain sebagai mitra komunikasi secara jelas dan benar sesuai yang diinginkan oleh penyampai pesan, baik secara lisan maupun dalam bentuk tulisan. 
Jadi, pesan yang disampaikan oleh seseorang harus mampu diterima oleh mitra komunikasi, baik bagi sesama orang dalam bangsa Atjèh, antara bangsa Atjèh dengan non Atjèh, maupun sesama orang di luar bangsa Atjèh. 
Seterusnya, agar eksistensi bahasa Atjèh di dalam masyarakat dapat terus dipertahankan penggunaannya, maka mari mulai sekarang kita sama-sama lebih sering menggunakan bahasa Atjèh dalam setiap kesempatan yang ada. 
Sedangkan untuk menjaga dan memberi rambu-rambu yang jelas dan tegas dalam penulisan dan pengucapan yang benar sesuai maksud, dan agar jangan menimbulkan pergeseran arti dan makna sebuah kata antara orang yang penyampai pesan dengan penerima pesan, maka perlu di terapkan rambu-rambu yang jelas dan tegas sesuai konteks dan maksud sebuah pesan. Aturan dan rambu-rambu yang kami maksudkan di sini adalah konsisten dalam menerapkan aturan penggunaan tanda diakritik tulis-baca dalam bahasa Atjèh.
Dari mana asal-usul penggunaan tanda diakritik dan sejak kapan diterapkan ? Menurut catatan sejarah, tanda diakritik pertama sekali digunakan dalam penulisan bahasa Atjèh oleh Snouck Hurgronje (orientalis Belanda) ketika menuliskan kata-kata dalam bahasa Atjèh. Atas dasar itu, ejaan bahasa Atjèh yang menggunakan aksen-aksen seperti yang telah disebutkan di atas selanjutnya disebut ejaan Snouck. Hingga hari ini ejaan ini masih digunakan oleh sebagian masyarakat Aceh ketika menulis dalam bahasa Aceh, lebih-lebih para akademisi. 
Yang menggembiran hati kita adalah saat ini sudah banyak kamus bahasa Atjèh yang menerapkan tanda diakritik dalam penulisan kata. Tanda diakritik dalam bahasa Aceh merupakan peninggalan Belanda (Snouck Hurgronje) namun sangat membantu penulisan dan pelafalan fonem dan kata dalam bahasa Atjèh, baik bagi generasi penerus Aceh, lebih-lebih untuk orang di luar suku Atjèh.
Wallahu’a’alam bish-shawab !

Share2SendShareScanShare
Redaksi

Redaksi

Majalah Perempuan Aceh

Postingan Selanjutnya

BATU CINCIN BERKHASIAT

PERAN KELUARGA DALAM PENGEMBANGAN ANAK BERBAKAT

Menulis Itu Seperti Buang Air Besar

MENGENAL AKSARA JAWI (ARAB-MELAYU)

Monitoring Data Covid dan Zonasi, Kecamatan Meuraxa Bentuk Posko PPKM

HABA MANGAT

Haba Mangat

Tema Lomba Menulis Edisi Mei

Oleh Redaksi
May 10, 2025
0
388

27 tahun yang lalu (1998) nilai tukar rupiah terhadap dolar, dari Rp 2,575.00 berangsur turun menjadi Rp 16.000 pada Maret...

Baca SelengkapnyaDetails
Majalah POTRET pun Penting dan Perlu Untuk Melihat Wajah Batin dan Spiritualitas Diri Kita

Tema Lomba Menulis Maret 2025

March 22, 2025
355

Responden Terpilih

March 14, 2025
129
Majalah POTRET pun Penting dan Perlu Untuk Melihat Wajah Batin dan Spiritualitas Diri Kita

Pemenang Lomba Menulis Februari 2025

March 2, 2025
375

Jajak Pendapat #KaburAjaDulu

February 22, 2025
237

SELAKSA

  • All
  • Tabrani Yunis
BENGKEL OPINI RAKyat

Sengketa Terpelihara

Oleh Tabrani Yunis
2025/06/05
0
127

Oleh Tabrani Yunis  Pulau Panjang, Mangkir Ketek, Mangkir Gadang dan Lipan Tidak seperti Pulau Sipadan dan Ligitan Yang durebut Malaysia  karena...

Eleği Negeriku  Yang Gelap Gulita

Eleği Negeriku  Yang Gelap Gulita

Oleh Tabrani Yunis
2025/06/03
0
81

Oleh Tabrani Yunis Negeri mutu manikam berkabut gelap Yang terbentang di garis Khatulistiwa  Apakah ada matahari yang disadap  Hingga seluruh...

Kegalauan Bapak

Kegalauan Bapak

Oleh Tabrani Yunis
2025/05/29
0
104

Oleh Tabrani Yunis  Nak, Kemarilah duduk sejenak Kuharap kau dapat menyimak Setiap kata dan kalimat Bapak Walau usiamu masih anak-anak...

Senja Merah

Senja Merah

Oleh Tabrani Yunis
2025/05/28
0
91

Oleh Tabrani Yunis Senja merah Merekah Bagaikan darah Tumpah Ruah  Senja merah darah Mengalir menjarah lembah Di ufuk barat tampak...

Populer

  • Ali Hasyimi Tokoh Multitalenta

    Ali Hasyimi Tokoh Multitalenta

    8 shares
    Share 3 Tweet 2
  • Mengenal Tito Karnavian yang Memutasi Empat Pulau ke Sumut

    14 shares
    Share 6 Tweet 4
  • Aceh Selatan: Negeri Kutukan bagi Orang-Orang Hebat?

    23 shares
    Share 9 Tweet 6
  • Dana Desa dan Qurban yang Hilang. Tragedi Ketimpangan di Serambi Mekkah

    16 shares
    Share 6 Tweet 4
  • Kopdes Merah Putih Perusak Kemandirian Bangsa

    5 shares
    Share 2 Tweet 1
POTRET Online

Copyright@potret2025

Media Perempuan Aceh

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Program 1000 Sepeda dan Kursi roda
  • Kirim Tulisan
  • Saat Plastik Bertemu AI

Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
  • Saat Plastik Bertemu AI

Copyright@potret2025

-
00:00
00:00

Queue

Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00