Lihatlah di wajahnya
Tatap sebaik mungkin
Tatap sampai kau menyadari satu hal
Satu hal tentang…
Hilangnya cahaya dari wajahnya
Meskipun ada senyuman
Meskipun ada tawa
Tapi sebenarnya
Bekas luka trauma
Masih terpampang secara tersirat di setiap ukiran wajahnya
Yang mencoba menjadi baik-baik saja
Berbagai lika-liku dilalui
Banyak rintangan yang membuatnya merasa…
Merasa seolah-olah hidup ini terlalu berat
Merasa bagaikan hidup ini sedikit pun tak adil
Namun
Dia tidak bercerita
Bukan karena terlalu suka memendamnya
Bukan karena dia terlalu percaya diri bahwa ia sanggup menghadapinya
Tapi karena sebagian orang menganggap sepele terhadap apa yang sedang ia alami
Dia tidak bercerita
Karena mereka sama sekali tidak peduli
Dan dia mulai berhenti bercerita
Karena merasa tak ada seorang pun yang ‘kan mendengar
Tentang semua jebakan di dalam kehidupannya
Berjalan terseok-seok
Bahkan sampai merangkak
Dia berjuang untuk hidup
Di balik luka batin
Semakin menusuk hatinya
Semakin terpuruk jiwanya
Dia berharap ketidakpastian
Dia berharap dengan segala kehampaan
Hingga sampai dirinya beranjak dewasa
Ia tahu bahwa ada sesuatu yang hilang
Sesuatu yang lenyap
Sesuatu yang takkan pernah bisa ia dapatkan kembali
Itulah kebahagiaan
Maka
Segala cerita tawa di masa lalu
Segala senyumannya di waktu itu
Semuanya takkan datang untuk memberi secuil hiburan
Dia hanya memaksa diri bahagia
Dengan memalsukan semua kepedihan
Karna
Di balik dirinya yang tertawa itu
Ada suara jeritan yang tak terdengar
Kau takkan mendengarnya
Kecuali jika menyimak bahasa tersirat dari wajahnya
Sebab
Di balik keceriannya hari ini
Ada bekas luka batin
Kau takkan bisa menyadarinya
Kecuali jika kau membaca gelagatnya saat sedang sendirian
Dia yang merasa kesepian di tengah keramaian
Dia yang terus mencoba baik-baik saja di tengah bekas luka dan rasa trauma
Kau mungkin takkan mengerti bagaimana perasaannya
Yang terus berjuang melawan rasa sakit
Tak kunjung pulih
Tak kunjung hilang
Dari kecil hanya sebatang kara
Sebab kedua orang tua yang terlalu egois memikirkan urusan pribadi
Dia tidak terurus dan diabaikan
Dia tidak terarah dan tersesat
Kemudian, lingkungan mengubah segala persepsi
Dia mendapat sesuatu yang belum pernah ia dapatkan
Ejekan, pukulan, pelecehan dan bahkan sampai ancaman pembunuhan
Semua itu membuatnya mati dari dalam
Jiwanya bagaikan debu yang terbang melayang tak bertujuan
Lantas
Apa lagi yang tertinggal?
Bahkan Kisah-kisahnya di dalam buku harian hanya berupa cerita yang sudah kusam
Auranya sebagai seorang manusia kini hanya berupa angan-angan yang tak pernah bersambut
Sampai pada akhirnya
Dia mulai berpuisi
Melampiaskan semua keresahan
Menulis sajak-sajak luka nan kepiluan
Lalu, semua orang terkesima karna kehebatannya dalam meracik kata-kata
Tanpa mereka ketahui bahwa
Bahwa dia hanyalah seorang yang sudah tidak berjiwa
Rapuh dan berada di ambang kematian
Puisi membawanya menjadi sosok terkenal
Banyak dari mereka yang bernasib sama sepertinya berhasil pulih
Pulih dari mimpi buruk
Pulih dari luka batin
Pulih juga dari niat bunuh diri
Tapi… bagaimana dengan dirinya sendiri?
Dia… tak kunjung sembuh
Sama sekali tidak
Karna
Semakin dia berpuisi
Semakin membawanya merasa pengalaman yang menyedihkan di masa lalu
Tapi
Jika pun tidak ia lampiaskan
Itu juga sama saja
Dia tetap terjebak di dalam lingkaran yang telah membunuh jiwanya
Pada akhirnya
Bersama harapan yang terus lenyap
Bersama cahaya batin yang padam
Dia… sudah semakin tidak tertahankan
Dan… pada esok harinya
Sepucuk berita menggema
“Sang Penyair Menyerah Pada Dunia”
Dia menutup mata dengan keterpaksaan
Dia mengembuskan napas terakhir meski tak ingin
Dia meninggalkan sejuta mimpi yang takkan pernah bisa terwujud secara nyata
Dan… dia juga meninggalkan kebahagiaan di depan sana yang sebenarnya sudah menyapanya
Saat ia masih tak tahu caranya bangkit
***
“Maka, sebelum semuanya terlambat… sebelum semuanya membuatmu lebih mati dari dalam… coba bertahanlah sedikit saja. Karna… memang dunia terasa tak adil bagi sebagian orang. Tapi, bukan berarti keberadaanmu hanya tentang kesia-siaan. Bertahanlah sedikit saja sebab mengakhiri kehidupan secara terpaksa tidak pernah menyelesaikan semua rasa sakit di masa lalu.”
Hiduplah meski jiwamu telah mati
Tapi bagiku, kau tidak mati
Hanya cahayamu saja yang redup
Dan, jika kau ingin kembali seperti sedia kala
Memang terasa sangat mustahil
Namun, bukan berarti kehidupanmu akan tetap sama
Mereka yang dulu tak pernah ada saat kau terpuruk dan terluka
Sebenarnya sudah digantikan dengan mereka yang selama ini selalu bersamamu
Sosok-sosok itulah yang menerima segala bentuk kekuranganmu
Tanpa pernah mengusik masa lalumu
Lihatlah lebih dalam
Karna kesendirian yang dulu menjadi mimpi burukmu
Sudah berakhir
Kau… memiliki sosok yang sangat peduli
Dan untuk menyadarinya
Jangan hanya sekedar melihatnya dari mata
Tapi rasakan juga dari hatimu
Kau… ada untuk menghadapi segala luka
Karna… kau adalah seseorang yang sudah dipilih
Maka, bertahanlah
Walau hanya sedikit
Kau tak boleh mati sia-sia