https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
Wednesday, July 16, 2025
No Result
View All Result
POTRET Online
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
POTRET Online
No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
Pariwara
Beranda Aceh Selatan

SEANDAINYA AKU TAK MENJADI GURU

Redaksi Oleh Redaksi
3 years ago
in Aceh Selatan, Artikel, Biografi, Edukasi, Pendidikan
Reading Time: 2 mins read
A A
0
5
Bagikan
51
Melihat

Bagian 4

Bussairi D. Nyak Diwa 

Ada kesan tersendiri saat kami -anak-anak kampung pedalaman- menjadi siswa satu-satunya SMP di ibukota kecamatan itu. Kami sering dibully oleh teman-teman yang berdomisili di kota. Mereka sering mengejek kami dengan kata-kata yang menyinggung perasaan, bahkan menyakitkan. Misalnya mereka sering mengatakan kami dengan sebutan ‘awak tunong’ alias ‘orang udik’. Atau kadang-kadang mereka menyebut kami dengan sebutan ‘anak pinggiran’. Tapi bagi kami itu semua tidak menjadi hambatan untuk tetap sabar dan rajin ke sekolah. Namun ada juga di antara kami yang merasa tak tahan diejek terus menerus, lalu melawan dengan kepalan tinju atau pukulan tangan. Hal ini sering terjadi di saat pulang sekolah. Salah seorang di antara kami menunggu anak yang sering mengejek itu di jalan dan menghadangnya dengan cara satu lawan satu. Dan setelah kejadian ini anak-anak ‘kota’ menjadi segan dan tak berani lagi membully kami. Mereka akhirnya segan dan takut juga karena sebagian dari kami berbadan kekar dan kuat-kuat.  

Setiap pagi, sebelum pelajaran dimulai, kami selalu melaksanakan senam pagi, kurang lebih selama 15 menit. Biasanya senam pagi dimulai pukul 07.40. Usai senam pagi kami berbenah dan bersiap-siap masuk kelas untuk memulai pelajaran.

Meskipun kami harus bangun pagi-pagi sekali untuk berangkat ke sekolah, kami jarang sekali datang terlambat ke sekolah. Kami selalu masuk bersamaan ke halaman sekolah untuk melaksanakan kewajiban senam pagi. Kenapa demikian? Karena kami berangkat ke sekolah selalu bersama-sama, kecuali jika ada yang berhalangan atau sakit. Jika ada yang berhalangan atau sakit, kami akan mengabarkannya kepada guru secara lisan,tanpa harus ada surat dari yang bersangkutan.

Di samping kompleks SMP yang dikelilingi kawat berduri, di sebelah timur, ada sebuah gubuk yang didirikan di bawah pohon-pohon kelapa. Gubuknya tidak terlalu besar, tapi cukup untuk tempat kami beristirahat dan ganti pakaian. Gubuk itu milik seorang petani warga kampung kami. Di sanalah setiap hari kami berbenah, baik saat kami sampai maupun saat kami pulang sekolah. Biasanya di situ kami bertukar pakaian, dari pakiaan biasa ke pakaian seragam atau sebaliknya, dari pakaian seragam ke pakaian biasa.

Kami mempunyai guru-guru muda yang energik. Rata-rata mereka memang masih sangat muda dan beberapa tahun menyelesaikan D-1 (Diploma Satu), istilah waktu itu. Ada Pak Maisarah (Guru Olahraga), Pak Nasir (Guru Bahasa Indonesia), Pak Dewansyah (Guru Bahasa Inggris), Pak Tumberi (Guru Matematika), Pak Bakhtiar (Guru IPS), Pak Jamaluddin (Guru Bahasa Inggris), Bu Darsiah Darun (Guru Biologi), Bu Ratna Juita (Guru Fisika), Pak Fauzi (Guru Bahasa Inggris), dan lain-lain yang sebagian aku lupa namanya. Semua guru kami itu memiliki keistimewaannya masing-masing. Misalnya Pak Bakhtiar, seingatku setiap Beliau masuk mengajar selalu diawali dengan mendikte isi buku hingga berbab-bab banyaknya. Jarang sekali Beliau menjelaskan. Meskipun demikian kami tidak pernah protes. Apa yang diberikan guru seolah-olah butiran-butiran mutiara yang sangat berharga bagi kami. Salah satu yang sangat kurasakan manfaatnya hasil dari ‘dikte’ Pak Bakhtiar asal kota dingin Takengon itu adalah; pengakuan dari anak-anakku bahwa aku memiliki tulisan tangan yang ‘cantik’ hingga saat ini.

Banyak hal lucu, unik, menarik, menyedihkan, dan bahkan mendebarkan yang kami alami saat-saat kami berinteraksi di ruang-ruang kelas dengan guru-guru kami saat itu. Salah satu di antaranya adalah ‘kisah surat cinta’ yang kedapatan dalam tas siswa oleh Pak Jamal, guru Bahasa Inggris asal Meulaboh yang tampan, energik, dan romantis itu.

(Bersambung)

Share2SendShareScanShare
Redaksi

Redaksi

Majalah Perempuan Aceh

Postingan Selanjutnya
NAFAR TSANI

NAFAR TSANI

Hujan Cinta

Hujan Cinta

STORY OF GALAPAGOS

JANGAN PERGI LARA

Masyarakat Desa Kulam Syamtalira Aron Kurban Empat Ekor Lembu

Masyarakat Desa Kulam Syamtalira Aron Kurban Empat Ekor Lembu

BUKU ITU AKU SIMPAN

Puisi-Puisi Delia Rawanita

HABA MANGAT

Haba Mangat

Tema Lomba Menulis Edisi Mei

Oleh Redaksi
May 10, 2025
0
435

27 tahun yang lalu (1998) nilai tukar rupiah terhadap dolar, dari Rp 2,575.00 berangsur turun menjadi Rp 16.000 pada Maret...

Baca SelengkapnyaDetails
Majalah POTRET pun Penting dan Perlu Untuk Melihat Wajah Batin dan Spiritualitas Diri Kita

Tema Lomba Menulis Maret 2025

March 22, 2025
383

Responden Terpilih

March 14, 2025
138
Majalah POTRET pun Penting dan Perlu Untuk Melihat Wajah Batin dan Spiritualitas Diri Kita

Pemenang Lomba Menulis Februari 2025

March 2, 2025
395

Jajak Pendapat #KaburAjaDulu

February 22, 2025
244

SELAKSA

  • All
  • Tabrani Yunis
Diamuk Rindu

Tak Sempat Menulis

Oleh Tabrani Yunis
2025/07/12
0
118

Oleh Tabrani Yunis  Tak sempat menulis, atau belum ada waktu menulis. Itulah dua ungkapan yang sangat sering kita dengar, keluar...

BENGKEL OPINI RAKyat

Sengketa Terpelihara

Oleh Tabrani Yunis
2025/06/05
0
142

Oleh Tabrani Yunis  Pulau Panjang, Mangkir Ketek, Mangkir Gadang dan Lipan Tidak seperti Pulau Sipadan dan Ligitan Yang durebut Malaysia  karena...

Eleği Negeriku  Yang Gelap Gulita

Eleği Negeriku  Yang Gelap Gulita

Oleh Tabrani Yunis
2025/06/03
0
93

Oleh Tabrani Yunis Negeri mutu manikam berkabut gelap Yang terbentang di garis Khatulistiwa  Apakah ada matahari yang disadap  Hingga seluruh...

Kegalauan Bapak

Kegalauan Bapak

Oleh Tabrani Yunis
2025/05/29
0
123

Oleh Tabrani Yunis  Nak, Kemarilah duduk sejenak Kuharap kau dapat menyimak Setiap kata dan kalimat Bapak Walau usiamu masih anak-anak...

Populer

  • Salem’s City Seal Controversy: Between Historical Legacy and Modern Sensitivities

    Aceh dan Salem: Jejak Sejarah Dagang yang Terancam Terhapus

    8 shares
    Share 3 Tweet 2
  • Melihat Sejarah Aceh Dalam Perspektif Temuan Keramik Kuno

    8 shares
    Share 3 Tweet 2
  • Salem’s City Seal Controversy: Between Historical Legacy and Modern Sensitivities

    7 shares
    Share 3 Tweet 2
  • Kemampuan Memahami Bacaan – Ulasan

    7 shares
    Share 3 Tweet 2
  • Mengenal Prinsip Pareto di Tengah Ketidakseimbangan Hidup

    15 shares
    Share 6 Tweet 4
POTRET Online

Copyright@potret2025

Media Perempuan Aceh

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Program 1000 Sepeda dan Kursi roda
  • Kirim Tulisan
  • Saat Plastik Bertemu AI

Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini

Copyright@potret2025

-
00:00
00:00

Queue

Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00