https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
Wednesday, May 14, 2025
No Result
View All Result
POTRET Online
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
POTRET Online
No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
Pariwara
Beranda Artikel

Menggali Sejarah Banda Aceh di Gampong Pande

Redaksi Oleh Redaksi
7 years ago
in Artikel, Banda Aceh, Sejarah
Reading Time: 4 mins read
A A
0
5
Bagikan
50
Melihat
 
 
Oleh: Iqbal Perdana
Staff di Center for Community Development and Education
 
Pastikan anda pernah mengunjungi Gampong Pande. Sebuah desa di ujung kota Banda Aceh, ibukota Provinsi Aceh. Gampong (Desa) ini telah menjadi tujuan pelayaran sejak berabad-abad sebelum masehi silam oleh pelaut Paoenisia atau lebih dikenal dengan Samal-Bajao, merujuk pada bait-bait literal perpustakan Alexandria (Iskandariyah) dan Injil (Thomas Braddel, “The Ancient Trede of The Indian Archipelago”, Jil II No: 3, 1857).

King of Solomon (Nabi Sulaiman a.s) menyarankan Pelaut Paoenisia agar berlayar ke arah timur, mencari gunung Ophir, yaitu wilayah yang banyak menyimpan emas, Gampong Pande sekarang. Setelah tiga tahun berlayar, mereka berhasil kembali beserta harta (emas) yang melimpah.

Sejak saat itu, pelayaran ke timur dunia semakin marak, khususnya Aceh, Gampong Pande. ”Geograpike Uplehesis” (301SM), sebuah buku yang ditulis oleh seorang Menteri dari Maharaja Iskandar Zulkarnaen, Ptolemaeus, memperkenalkan Aureachersoneseus (Pulau Emas) kepada dunia lengkap dengan peta sebuah pulau bernama Jabadiou (Sumatera).

Setelah ± 400 SM, Aceh dijuluki oleh orang arab sebagai Al Ramni, sedang orang Tionghoa menyebut Aceh sebagai Lan-Li, Lam-Wuli, Nan-Wuli, Nan-Poli. Sebenarnya Lamuri.

Namun istilah-istilah itu berganti dengan Achem (Acheh) sejak kedatangan Bangsa Portugis yang dipimpin oleh Marcopolo dan berganti menjadi Kuta Raja (Kota para raja) oleh Belanda. Memang, letak geografis Aceh merupakan pintu masuk pelayaran barat menuju timur, begitu sebaliknya.

Sehingga Aceh menjadi kota transit para pedagang dunia. Hal ini turut membantu peningkatan perekonomian kerajaan islam di Aceh pada masa itu. Bahkan emas Aceh dijual sampai ke benua Eropa. Selain terkenal dengan emas beserta lokasi pengrajin emas yang saat ini dijadikan nama sebuah lorong Desa Gampong Pande, “Kuta Diblang”.

Desa wisata ini juga terkenal dengan sejarah Islamnya. Sebelum kerajaan Pasai, Kerajaan Islam telah lahir di desa ini, dipimpin oleh Sultan Johan Syah setelah berhasil menaklukkan kerajaan Hindu/ Budha Indra Purba dengan ibu kota Bandar Lamuri kala itu.

Banda Aceh pun kemudian dinisbatkan sebagai kota Islam tertua di Asia Tenggara. Kota ini pernah menjadi sangat terkenal sebagai Bandar Aceh Darussalam ketika masa gemilangnya kerajaan Aceh, Sultan Ali Mughayat Syah yang memimpin Kesultanan Aceh Darussalam selama sepuluh tahun berhasil membangun Banda Aceh sebagai pusat peradaban Islam di Asia Tenggara.

Diikuti oleh Sultan Iskandar Muda yang membangun Banda Aceh sebagai pusat perdagangan maritim, khususnya untuk komoditas lada yang pada saat itu sangat diminati pedagang Eropa. Sultan Alaidin Johan Syah dinisbatkan sebagai pendiri Kota Banda Aceh, namun beliau dimakamkan di Gunong Drien (Glee Drien), Lambirah Sibreh, Kecamatan Suka Makmur, Aceh Besar.

Anda akan menemukan singgahsana terakhir para Sultan Aceh di Desa Gampong Pande. Komplek makam itu merupakan cagar budaya di bawah naungan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala, Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata.

Si Gampong Pande

Setelah mengetahui sejarah Gampong Pandee, tak lengkap rasanya jika tidak mengunjungi salah satu lokasi wisata kota Banda Aceh itu. Estetika dari pahatan nisan para makam sultan begitu unik, aksara arab memenuhi permukaan batu yang berumur ribuan tahun itu.

Tinggi nisan kira-kira sepinggang orang dewasa, diantaranya hanya selutut. Penemuan koin emas (dirham) dan pedang emas yang mengejutkan warga tahun lalu juga berada di Gampong Pande. Tepatnya di Krueng Doy. Siapa sangka, Fatimah (45), menemukan koin emas itu.

Pengunjung desa Gampong Pande saat ini terbilang sedikit, jika hari kerja, hampir tidak ada pengunjung. “Biasa anak muda jalan-jalan disini (Gampong Pande) sore, itu pun banyak yang Cuma lewat aja ke pinggir laut,” ujar pemuda yang sedang nongkrong di warung kopi pinggiran tugu nol Banda Aceh.

Peta makam beserta nama-nama sultan yang dimakamkan di Gampong Pande tidak ada, hal ini membuat pengunjung menebak-nebak si empunya makam. Juga rumput yang meninggi turut mencondongkan anggapan bahwa situs purbakala ini kurang terawat. Namun kebersihan akan sampah patut diacungi jempol.

Tidak ada sampah yang berserakan turut menambah rasa nyaman saat membayangkan di tanah ini pernah hidup sosok-sosok mulia nan perkasa, seakan membawa kita kembali ke masa lalu.

Ke Gampong Pande

Tanpa pemandu, anda dapat dengan mudah menemukan situs sejarah ini. Banyak sekali papan penunjuk arah komplek pemakaman, hampir di setiap tikungan. Papan itu dicat coklat dan dituliskan jarak, tentu saja moncong papan mengarah ke komplek pemakaman, ikuti papan itu sampai anda menemukan papan yang berikutnya.

Dari Mesjid Raya Baiturrahman menuju Gampong Pande kira-kira lima menit jika menggunakan kendaraan bermotor. Alangkah baiknya jika anda membawa kamera untuk mengabadikan situs-situs purbakala itu.

Saya menyarankan anda untuk menggunakan sepatu sport, sebab setelah sampai di Gampong, melanglang dengan berjalan kaki lebih menyenangkan.sepatu sport cukup memberi kenyamanan pada kaki, karena kelenturan sol dan kelembutan dinding sepatu.

Anda tidak perlu membawa makanan atau minuman jika itu merepotkan dan hanya menambunkan tas. Ada sedikitnya lima kedai kecil tersebar di Gampong Pande, menjual minuman dingin dan makanan ringan untuk menenangkan perut selama melanglang.

Bagi anda yang berpergian sendiri, pastikan membawa tripod. Tripod cukup membantu ketika anda hendak masuk kedalam frame. Juga ketika hendak mengambil video.

Tidak ada pemungutan apapun di Gampong Pande, anda bebas masuk ke komplek pemakaman. Namun tentu saja harus berbusana sopan dan tidak diperkenankan masuk bagi wanita yang sedang kedatangan bulan. Jagalah kebersihan Gampong dengan membuang sampah pada tempatnya.

Warga Gampong Pande yang ramah mewajibkan anda mengikuti keramahannya. Ajak mereka berbincang untuk menambah wawasan mengenai Gampong Pande saat ini. Sudah tidak sabar ingin mengunjungi Gampong Pande?

 

Share2SendShareScanShare
Redaksi

Redaksi

Majalah Perempuan Aceh

Postingan Selanjutnya

Jurus Berkelit Ala Perusahaan Kelapa Sawit

BACK TO IQRA

Yuk Mengenal 8 Teknologi Terbaru Saat Ini

Tak Ada Manusia, Masih Ada Allah

Nurmiaty: Buku Adalah Jendela Dunia

HABA MANGAT

Haba Mangat

Tema Lomba Menulis Edisi Mei

Oleh Redaksi
May 10, 2025
0
271

27 tahun yang lalu (1998) nilai tukar rupiah terhadap dolar, dari Rp 2,575.00 berangsur turun menjadi Rp 16.000 pada Maret...

Baca SelengkapnyaDetails
Majalah POTRET pun Penting dan Perlu Untuk Melihat Wajah Batin dan Spiritualitas Diri Kita

Tema Lomba Menulis Maret 2025

March 22, 2025
323

Responden Terpilih

March 14, 2025
120
Majalah POTRET pun Penting dan Perlu Untuk Melihat Wajah Batin dan Spiritualitas Diri Kita

Pemenang Lomba Menulis Februari 2025

March 2, 2025
348

Jajak Pendapat #KaburAjaDulu

February 22, 2025
228

SELAKSA

  • All
  • Tabrani Yunis

Gerimis Pagi ini

Oleh Tabrani Yunis
2025/05/13
0
88

Oleh Tabrani Yunis Gerimis pagi ini turun berembun pagi  Membasahi jalan dan lorong-lorong sunyi Burung-burung diam bersembunyi  Senyap tanpa ada...

Elegi Negeri Nan Gelap Padam

Elegi Negeri Nan Gelap Padam

Oleh Tabrani Yunis
2025/05/12
0
60

Oleh Tabrani Yunis Kelam  menyeruak malam terasa semakin gelap padam Anak -anak negeri terdiam dipeluk malam Ditelan gelap  pekat nan tak mampu...

Digitalisasi Fakta dan Situs Sejarah Aceh di Era Digital

Digitalisasi Fakta dan Situs Sejarah Aceh di Era Digital

Oleh Tabrani Yunis
2025/05/05
0
118

Oleh Tabrani Yunis Seperti biasa,malam Minggu, kala ada waktu senggang, mengajak anak dan istri ke warung kopi atau cafe. Maka,...

Revitalisasi Pelajaran Sejarah dan Geografi Dalam Pendidikan kita

Revitalisasi Pelajaran Sejarah dan Geografi Dalam Pendidikan kita

Oleh Tabrani Yunis
2025/05/02
0
79

Oleh Tabrani Yunis Ketika melintasi jalan Teuku Umar bersama anak yang paling kecil, Arisya Anum Tabrani Yunis, ia melihat sebuah...

Populer

  • Untaian Puisi Hajriah RE

    10 shares
    Share 4 Tweet 3
  • Akankah Kisah Cintaku Sama  Tragisnya Seperti Seorang Tan Malaka?

    10 shares
    Share 4 Tweet 3
  • Tema Lomba Menulis Edisi Mei

    27 shares
    Share 11 Tweet 7
  • Apakah Sudah Seharusnya Aceh Merdeka?

    19 shares
    Share 8 Tweet 5
  • Puisi Rosli K. Matari Untuk Zab Bransah dan Mustiar Ar

    15 shares
    Share 6 Tweet 4
POTRET Online

Copyright@potret2025

Media Perempuan Aceh

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Program 1000 Sepeda dan Kursi roda
  • Kirim Tulisan

Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini

Copyright@potret2025