• Terbaru

Proyek Berkelanjutan dan Mentalitas Pembangunan Kita

February 2, 2025

Memaknai Hari Pahlawan: Moral dalam Kebebasan Digital yang Harus Dikawal

November 18, 2025

Kafka dan Trio RRT Di Depan Hukum

November 17, 2025

🚩🚩SELAMAT PAGI MERAH PUTIH

November 17, 2025

Penjor vs Kabel PLN

November 17, 2025

Kebugaran dan Kebersamaan di Bawah Langit Paya Kareung

November 17, 2025

Otsus Aceh di Persimpangan Jalan

November 16, 2025

Pendapat Prof Jimly Soal Ijazah Jokowi

November 16, 2025

Korupsi di Sektor Kesehatan: Dari Nasionalisme STOVIA hingga Penjara KPK

November 16, 2025

Malam Layar Puisi Anak Muda 2025

November 16, 2025

Prasasti Kebon Kopi

November 15, 2025

Bullying, Feodalisme, dan Ekstremisme

November 16, 2025

Dari Sumber Daya ke Sumber Daya Damai

November 15, 2025
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat
Tuesday, November 18, 2025
POTRET Online
  • Login
  • Register
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat
No Result
View All Result
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat
No Result
View All Result
POTRET Online
No Result
View All Result
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat

Proyek Berkelanjutan dan Mentalitas Pembangunan Kita

Tabrani YunisOleh Tabrani Yunis
November 18, 2016
0
Reading Time: 5 mins read
🔊

Dengarkan Artikel

Oleh Tabrani Yunis
Direktur Center for Community Development and Education
Ada rasa bahagia di hati, kala menyaksikan geliat pembangunan yang pesat sedang berlangsung di beberapa tempat di Aceh. Di kampong-kampung, geliat pembangunan itu juga sangat kelihatan.Ada yang bangun jalan, memperluas jalan. Ya. Pokoknya geliat proyek memang sangat terasa. Apalagi di kota Banda Aceh sebagai ibu kota Provinsi Aceh ini. Deru mesin pembangunan tersebut terdengar di berbagai sudut kota. Berbagai macam proyek, besar dan kecil seakan saling berpacu. Ada proyek perluasan jalan, pembangunan jembatan, proyek fly over di Simpang Surabaya, hingga bongkar pasang taman kota dan trotoar. Ada pula pembangunan pedestrian track di daerah Lamteh-Ille dan Pango Raya, kecamatan Ule kareng. Ya pokoknya, mesin pembangunan memang sedang bekerja keras untuk menyediakan sarana dan prasarana kota, agar masyarakat bisa menikmati pembangunan. Kita sebagai warga kota, dan juga warga bangsa memang patut bersyukur.
Ya, selayaknya memang kita bersyukur dan memberikan apresiasi kepada pemerintah, baik kota, Provinsi maupun pusat. Sekali lagi, terima kasih banyak. Namun di balik derasnya geliat pembangunan di Aceh dan khususnya di kota Banda Aceh, sebagai warga kota dan warga Negara yang mungkin sebagai penikmat pembangunan saat ini pasti punya ide dan gagasan, punya penilaian dan punya uneg-uneg dalam menyaksikan perjalanan mesin pembangunan tersebut. Di balik kebahagiaan karena mendapat banyak kemajuan dalam penyediaan fasilitas umum dan social di kota ini, semua kita memiliki catatan-catatan tentang pembangunan kota dan daerah yang sedang berlangsung hingga kini. Kita coba lihat saja apa yang terjadi dengan beberapa hal berikut ini.
Trotoar
Kota Banda Aceh, di sepanjang jalan kota ini, kita menemukan trotoar yang dihiasi dengan berbagai tanaman, besar dan kecil. Trotoar yang membelah jalan menjadi dua jalur itu menjadi jalur hijau kota. Ya, karena di trotoar tersebut dijadikan taman dengan berbagai tanaman bunga yang menambah indahnya kota. Kita membutuhkan trotoar tersebut untuk kepentingan kenyamanan dalam berlalu lintas dan keindahan kota. Tentu saja trotoar itu dibutuhkan, walau sebenarnya keberadaan trotoar mempersempit badan jalan.
Nah, apa yang kita saksikan dengan trotoar di kota Banda Aceh selama ini? Jujur saja, ada banyak catatan penting tentang trotoar di kota Banda Aceh. Mungkin anda pernah dan sering melewati wilayah jembatan Pango, hingga ke kantor Gubernur Aceh. Trotoar di atas jembatan yang ditanami dengan bunga dan sejumlah pohon itu menjadi potret buram pembangunan dan perawatan sarana public di kota Banda Aceh. Seharusnya, tanaman yang ada di trotoar itu tumbuh subur dan segar. Namun, faktanya, tanaman bunga dan pohon-pohon kecil itu seakan bercerita bahwa nasib mereka selama ini memang mengenaskan. Tanaman-tanaman yang ada di trotoar jembatan hingga ke perbatasan Lamteh ini tampak seperti memeng dipelihara kematiannya. Rumput yang dahulu ditanam, menguning bahkan memerah. Ada indikasi rumput di trotoar itu jarang atau bahkan memang tidak disiram untuk sekian lama. Walau di kota Banda Aceh sebenarnya ada banyak armada atau mobil penyiram tanaman. Untung Allah Maha Pemurah yang mendatangkan hujan.
Kalau pun ada mobil penyiram taman, ada hal yang aneh kita saksikan. Penyiraman, tampak seperti sesuai pesanan. Entah mengapa selama ini mobil penyiram taman dan trotoar itu hanya menyiram tanaman-tanaman yang baru ditanam saja. Sementara tanaman yang sudah tumbuh termasuk rumput, tidak pernah pernah disiram lagi. Petugas penyiram, tidak menyirami rumput dan tumbuhan atau pohon yang kelihatan menjerit minta air. Kita pun merasa heran menyaksikan perilaku penyiram tanaman di trotoar kota ini. Entah ini memang perintah atasan, entah pula karena petugas penyiram yang tidak mau capek menyiran taman. Apakah mungkin takut kehabisan bahan bakar?. Mungkin juga karena tidak ada anggaran kota Banda Aceh untuk mengoporasikan mobil-mobil tersebut. Tapi itu tidak mungkin ya? Mana mungkin Wali kota Banda Aceh tidak menyediakan anggaran untuk itu. Bukankah kota Banda Aceh dirancang sebagai kota Madani dan kota masa depan? Ya, terserahlah. Yang penting saat ini kita menyaksikan rumput-rumput di trotoar itu sedang menyongsong kematian dalam lumatan kekeringan. Bisa jadi pohon-pohon yang sengaja ditanam di atas trotoar itu juga sengaja untuk dimatikan. Karena kalau rumput-rumput dan pohon-pohon itu cepat mati, ya akan cepat dicari ganti dengan rumput dan pohon yang baru. Sebab kalau sudah mati, ya akan ada lagi proyek baru, yang bisa mendatangkan keuntungan.
Kita masih harus melihat pada trotoar itu. Seringkali, ya karena sudah berkali-kali kita menyaksikan pembangunan trotoar di jalan itu berjalan bongkar pasang. Tidak ubahnya seperti permainan edukatif yang dimainkan anak-anak kita di rumah. Anak-anak kita bisa membongkar kapan saja dan mau seperti apa saja. Begitu pula kelihatannya pembangun trotoar di kota ini. Entah seperti apa ya pembangun di kota lain, entah sama seperti yang kita lihat di kota Banda Aceh ini. Kalau yang di kota Banda Aceh, kelihatannya pembangunan trotoar itu sering dilakukan. Seperti sengaja diatur sedemikian rupa. Membangun trotoar itu tidak seirama dengan proses pengaspalan jalan. Misalnya, pengaspalan jalan dilakukan sekarang, lalu dalam waktu tidak lama diikuti pula dengan pembongkaran trotoar, untuk diganti dengan block baru yang lebih tinggi. Lalu, sekitar setahun kemudian, jalan diaspal lagi, dan trotoar dibongkar lagi.
Nah, sekarang ini ada trotoar yang sedang dalam pengerjaan lagi. Beberapa hari yang lalu, sekitar hampir dua minggu lalu, trotoar yang ditumbuhi rumput dan pohon, orang Aceh mengatakan itu pohon hasan tampak tanahnya dibongkar dan diambil, dimasukan ke truk. Entah kemana tanah itu dibawa, ya itu urusan merekalah. Tapi yang membuat kita bertanya, mengapa tanah yang sudah ditumbuhi rumput dan pohon itu dikeruk lagi dan kemudian ditimbun lagi dengan tanah baru. Walau tampak ada campuran tanah humus dibawa atau ditumpahkan di trotoar itu. Itu kan sama saja pembangunan trotoar yang tambal sulam? Padahal, kalau memang mau dirawat dengan baik dan sungguh-sungguh, pengerukan dan penambahan tanah berhumus itu tidak perlu, karena rumput dan pohon mendapat asupan gizi dari proses penyiraman yang seharusnya rutin. Ya, sudahlah, Mungkin memang urusan pembanguna trotoar itu dirancang dengan model tambal sulam. Agaknya pola bongkar pasang dan tambal sulam itu, tidak hanya berlaku pada paradigma pembangunan trotoar di kota ini.
Kita juga sering disuguhkan dengan pemandangan lain dalam membangun fasiltas umum. Para pelaku pembangunan itu tampaknya memang tidak mau bersinergi. Artinya membangun bersama, sehingga tidak ada yang satu mulai membangun dan selesai, lalu datang lagi pihak lain yang membangun fasilitas umum yang lain, lalu fasilitas yang dibangun oleh pihak sebelumnya ada yang dibongkar. Sehingga yang sudah dibangun orang lain, rusak lagi karena ada pembangunan fasilitas lainnya. Kita ambil saja contoh misalnya, pihak telkom yang membangun jaringan lewat jalur menanam kabel di tanah, pengerjaannya selesai. Lalu pihak PU membangun pula saluran drainase. Tanpa koordinasi dengan Telkom sehingga saat pengerjaan kabel telkom terputus dan merugikan konsumen telkom. Begitu pula halnya dengan perusahaan PDAM yang memasang pipa air. Mereka menggali pinggiran dan bahkan memotong badan jalan, saat kondisi jalan bagus, lalu kemudian menjadi berlubang dan sangat mengganggu dan merusak. Pembangunan model ini bisa saja terjadi kapan saja dan sangat mengganggu pelayanan umum masyarakat. Seakan-akan ini memang disengaja, karena kalau cepat rusak, ya cepat dapat proyek lagi tahun depan. Apakah memang begini mentalitas pembangunan di negeri kita ini? Entahlah. Kita hanya bisa menyampaikan apa yang kita lihat dan rasakan. Beberapa kasus atau contoh di atas hanyalah contoh kecil saja. Karena sesungguhnya kebobrokan dan keanehan itu terjadi dalam banyak kegiatan pembangunan yang berlangsung selama ini. Tentu saja bukan hanya di kota Banda Aceh yang ber-icon- kota Madani ini, tetapi praktek serupa memang terjadi dimana-mana di Aceh dan bahkan juga di Indonesia. Jadi apa yang diungkapkan di atas, hanyalah sebuah contoh saja yang bisa kita saksikan saat ini.

🔥 5 Artikel Terbanyak Dibaca Minggu Ini

Pria Yang Merindukan Prostatnya
Pria Yang Merindukan Prostatnya
28 Feb 2025 • 114x dibaca (7 hari)
Oposisi Itu Terhormat
Oposisi Itu Terhormat
3 Mar 2025 • 103x dibaca (7 hari)
Keriuhan Media Sosial atas Kasus Keracunan Program Makan Bergizi Gratis (MBG)
Keriuhan Media Sosial atas Kasus Keracunan Program Makan Bergizi Gratis (MBG)
2 Oct 2025 • 87x dibaca (7 hari)
Hancurnya Sebuah Kemewahan
Hancurnya Sebuah Kemewahan
28 Feb 2025 • 86x dibaca (7 hari)
Hari Ampunan
Hari Ampunan
1 Mar 2025 • 76x dibaca (7 hari)

📚 Artikel Terkait

Jangan Pukuli Anakmu

Ijazah Jokowi Melebar, UGM pun Digugat

SURAT DARI BLORA

BENGKEL OPINI RAKyat

📝
Tanggung Jawab Konten
Seluruh isi dan opini dalam artikel ini merupakan tanggung jawab penulis. Redaksi bertugas menyunting tulisan tanpa mengubah subtansi dan maksud yang ingin disampaikan.
Tabrani Yunis

Tabrani Yunis

Bio Narasi Tabrani Yunis, kelahiran Manggeng, Aceh Barat Daya, Aceh berlatarbelakang profesi seorang guru bahasa Inggris, mulai  aktif menulis di media sejak pada medio Juni 1989. Aktif mengisi ruang atau rubrik opini di sejumlah media lokal dan hingga nasional. Menulis artikel, opini, essay dan puisi pilihan hidup yang  kebutuhan hidup sehari-hari. Telah menulis, lebih 1000 tulisan berupa opini, esası dan puisi yang telah publikasikan di berbagai media.Menerbitkan 2 buku, yang merupakan kumpupan tulisan dalam buku Membumikan Literasi dan buku antologi puisi “ Kulukis Namamu di Awan” Aktif terlibat dalam  membangun gerakan literasi anak negeri sejak tahun 1990 terutama di kalangan perempuan dan anak. Bersama mendirikan LP2SM ( Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Sumber daya Manusia) dan di tahun 1993 mendirikan Center for Community Development and Education (CCDE). Lalu, sebagai Direktur CCDE membidani terbitnya Majalah POTRET (2003) dan majalah Anak Cerdas (2013). Kini aktif mengelola Potretonline.com dan majalahanakcerdas.com, sambil mempraktikkan kemampuan entreneurship di POTRET Gallery, Banda Aceh

Artikel

Menulis Dengan Jujur

Oleh Tabrani YunisSeptember 9, 2025
#Gerakan Menulis

Tak Sempat Menulis

Oleh Tabrani YunisJuly 12, 2025
#Sumatera Utara

Sengketa Terpelihara

Oleh Tabrani YunisJune 5, 2025
Puisi

Eleği Negeriku  Yang Gelap Gulita

Oleh Tabrani YunisJune 3, 2025
Puisi

Kegalauan Bapak

Oleh Tabrani YunisMay 29, 2025

Populer

  • Gemerlap Aceh, Menelusuri Emperom dan Menyibak Goheng

    Gemerlap Aceh, Menelusuri Emperom dan Menyibak Goheng

    162 shares
    Share 65 Tweet 41
  • Inilah Situs Menulis Artikel dibayar

    153 shares
    Share 61 Tweet 38
  • Peran Coaching Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan

    145 shares
    Share 58 Tweet 36
  • Korupsi Sebagai Jalur Karier di Konoha?

    57 shares
    Share 23 Tweet 14
  • Lomba Menulis Agustus 2025

    51 shares
    Share 20 Tweet 13

HABA MANGAT

Haba Mangat

Tema Lomba Menulis November 2025

Oleh Redaksi
November 10, 2025
Haba Mangat

Tema Lomba Menulis Bulan Oktober 2025

Oleh Redaksi
October 7, 2025
Haba Mangat

Pemenang Lomba Menulis – Edisi Agustus 2025

Oleh Redaksi
September 10, 2025
Postingan Selanjutnya

Sindiran Terhadap Nabi Umat Islam

  • Kirim Tulisan
  • Program 1000 Sepeda dan Kursi roda
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Tentang Kami
  • Kirim Tulisan
  • Program 1000 Sepeda dan Kursi roda
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Tentang Kami

INFO REDAKSI

Tema Lomba Menulis November 2025

November 10, 2025

Tema Lomba Menulis Bulan Oktober 2025

October 7, 2025

Pemenang Lomba Menulis – Edisi Agustus 2025

September 10, 2025

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat

© 2025 Potret Online - Semua Hak Cipta Dilindungi

-
00:00
00:00

Queue

Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00
Go to mobile version