https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
Sunday, May 25, 2025
No Result
View All Result
POTRET Online
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
POTRET Online
No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
Pariwara
Beranda Aceh

Proyek Berkelanjutan dan Mentalitas Pembangunan Kita

Tabrani Yunis Oleh Tabrani Yunis
9 years ago
in Aceh, Artikel, Banda Aceh, Edukasi, Pendidikan
Reading Time: 5 mins read
A A
0
5
Bagikan
52
Melihat
Oleh Tabrani Yunis
Direktur Center for Community Development and Education
Ada rasa bahagia di hati, kala menyaksikan geliat pembangunan yang pesat sedang berlangsung di beberapa tempat di Aceh. Di kampong-kampung, geliat pembangunan itu juga sangat kelihatan.Ada yang bangun jalan, memperluas jalan. Ya. Pokoknya geliat proyek memang sangat terasa. Apalagi di kota Banda Aceh sebagai ibu kota Provinsi Aceh ini. Deru mesin pembangunan tersebut terdengar di berbagai sudut kota. Berbagai macam proyek, besar dan kecil seakan saling berpacu. Ada proyek perluasan jalan, pembangunan jembatan, proyek fly over di Simpang Surabaya, hingga bongkar pasang taman kota dan trotoar. Ada pula pembangunan pedestrian track di daerah Lamteh-Ille dan Pango Raya, kecamatan Ule kareng. Ya pokoknya, mesin pembangunan memang sedang bekerja keras untuk menyediakan sarana dan prasarana kota, agar masyarakat bisa menikmati pembangunan. Kita sebagai warga kota, dan juga warga bangsa memang patut bersyukur.
Ya, selayaknya memang kita bersyukur dan memberikan apresiasi kepada pemerintah, baik kota, Provinsi maupun pusat. Sekali lagi, terima kasih banyak. Namun di balik derasnya geliat pembangunan di Aceh dan khususnya di kota Banda Aceh, sebagai warga kota dan warga Negara yang mungkin sebagai penikmat pembangunan saat ini pasti punya ide dan gagasan, punya penilaian dan punya uneg-uneg dalam menyaksikan perjalanan mesin pembangunan tersebut. Di balik kebahagiaan karena mendapat banyak kemajuan dalam penyediaan fasilitas umum dan social di kota ini, semua kita memiliki catatan-catatan tentang pembangunan kota dan daerah yang sedang berlangsung hingga kini. Kita coba lihat saja apa yang terjadi dengan beberapa hal berikut ini.
Trotoar
Kota Banda Aceh, di sepanjang jalan kota ini, kita menemukan trotoar yang dihiasi dengan berbagai tanaman, besar dan kecil. Trotoar yang membelah jalan menjadi dua jalur itu menjadi jalur hijau kota. Ya, karena di trotoar tersebut dijadikan taman dengan berbagai tanaman bunga yang menambah indahnya kota. Kita membutuhkan trotoar tersebut untuk kepentingan kenyamanan dalam berlalu lintas dan keindahan kota. Tentu saja trotoar itu dibutuhkan, walau sebenarnya keberadaan trotoar mempersempit badan jalan.
Nah, apa yang kita saksikan dengan trotoar di kota Banda Aceh selama ini? Jujur saja, ada banyak catatan penting tentang trotoar di kota Banda Aceh. Mungkin anda pernah dan sering melewati wilayah jembatan Pango, hingga ke kantor Gubernur Aceh. Trotoar di atas jembatan yang ditanami dengan bunga dan sejumlah pohon itu menjadi potret buram pembangunan dan perawatan sarana public di kota Banda Aceh. Seharusnya, tanaman yang ada di trotoar itu tumbuh subur dan segar. Namun, faktanya, tanaman bunga dan pohon-pohon kecil itu seakan bercerita bahwa nasib mereka selama ini memang mengenaskan. Tanaman-tanaman yang ada di trotoar jembatan hingga ke perbatasan Lamteh ini tampak seperti memeng dipelihara kematiannya. Rumput yang dahulu ditanam, menguning bahkan memerah. Ada indikasi rumput di trotoar itu jarang atau bahkan memang tidak disiram untuk sekian lama. Walau di kota Banda Aceh sebenarnya ada banyak armada atau mobil penyiram tanaman. Untung Allah Maha Pemurah yang mendatangkan hujan.
Kalau pun ada mobil penyiram taman, ada hal yang aneh kita saksikan. Penyiraman, tampak seperti sesuai pesanan. Entah mengapa selama ini mobil penyiram taman dan trotoar itu hanya menyiram tanaman-tanaman yang baru ditanam saja. Sementara tanaman yang sudah tumbuh termasuk rumput, tidak pernah pernah disiram lagi. Petugas penyiram, tidak menyirami rumput dan tumbuhan atau pohon yang kelihatan menjerit minta air. Kita pun merasa heran menyaksikan perilaku penyiram tanaman di trotoar kota ini. Entah ini memang perintah atasan, entah pula karena petugas penyiram yang tidak mau capek menyiran taman. Apakah mungkin takut kehabisan bahan bakar?. Mungkin juga karena tidak ada anggaran kota Banda Aceh untuk mengoporasikan mobil-mobil tersebut. Tapi itu tidak mungkin ya? Mana mungkin Wali kota Banda Aceh tidak menyediakan anggaran untuk itu. Bukankah kota Banda Aceh dirancang sebagai kota Madani dan kota masa depan? Ya, terserahlah. Yang penting saat ini kita menyaksikan rumput-rumput di trotoar itu sedang menyongsong kematian dalam lumatan kekeringan. Bisa jadi pohon-pohon yang sengaja ditanam di atas trotoar itu juga sengaja untuk dimatikan. Karena kalau rumput-rumput dan pohon-pohon itu cepat mati, ya akan cepat dicari ganti dengan rumput dan pohon yang baru. Sebab kalau sudah mati, ya akan ada lagi proyek baru, yang bisa mendatangkan keuntungan.
Kita masih harus melihat pada trotoar itu. Seringkali, ya karena sudah berkali-kali kita menyaksikan pembangunan trotoar di jalan itu berjalan bongkar pasang. Tidak ubahnya seperti permainan edukatif yang dimainkan anak-anak kita di rumah. Anak-anak kita bisa membongkar kapan saja dan mau seperti apa saja. Begitu pula kelihatannya pembangun trotoar di kota ini. Entah seperti apa ya pembangun di kota lain, entah sama seperti yang kita lihat di kota Banda Aceh ini. Kalau yang di kota Banda Aceh, kelihatannya pembangunan trotoar itu sering dilakukan. Seperti sengaja diatur sedemikian rupa. Membangun trotoar itu tidak seirama dengan proses pengaspalan jalan. Misalnya, pengaspalan jalan dilakukan sekarang, lalu dalam waktu tidak lama diikuti pula dengan pembongkaran trotoar, untuk diganti dengan block baru yang lebih tinggi. Lalu, sekitar setahun kemudian, jalan diaspal lagi, dan trotoar dibongkar lagi.
Nah, sekarang ini ada trotoar yang sedang dalam pengerjaan lagi. Beberapa hari yang lalu, sekitar hampir dua minggu lalu, trotoar yang ditumbuhi rumput dan pohon, orang Aceh mengatakan itu pohon hasan tampak tanahnya dibongkar dan diambil, dimasukan ke truk. Entah kemana tanah itu dibawa, ya itu urusan merekalah. Tapi yang membuat kita bertanya, mengapa tanah yang sudah ditumbuhi rumput dan pohon itu dikeruk lagi dan kemudian ditimbun lagi dengan tanah baru. Walau tampak ada campuran tanah humus dibawa atau ditumpahkan di trotoar itu. Itu kan sama saja pembangunan trotoar yang tambal sulam? Padahal, kalau memang mau dirawat dengan baik dan sungguh-sungguh, pengerukan dan penambahan tanah berhumus itu tidak perlu, karena rumput dan pohon mendapat asupan gizi dari proses penyiraman yang seharusnya rutin. Ya, sudahlah, Mungkin memang urusan pembanguna trotoar itu dirancang dengan model tambal sulam. Agaknya pola bongkar pasang dan tambal sulam itu, tidak hanya berlaku pada paradigma pembangunan trotoar di kota ini.
Kita juga sering disuguhkan dengan pemandangan lain dalam membangun fasiltas umum. Para pelaku pembangunan itu tampaknya memang tidak mau bersinergi. Artinya membangun bersama, sehingga tidak ada yang satu mulai membangun dan selesai, lalu datang lagi pihak lain yang membangun fasilitas umum yang lain, lalu fasilitas yang dibangun oleh pihak sebelumnya ada yang dibongkar. Sehingga yang sudah dibangun orang lain, rusak lagi karena ada pembangunan fasilitas lainnya. Kita ambil saja contoh misalnya, pihak telkom yang membangun jaringan lewat jalur menanam kabel di tanah, pengerjaannya selesai. Lalu pihak PU membangun pula saluran drainase. Tanpa koordinasi dengan Telkom sehingga saat pengerjaan kabel telkom terputus dan merugikan konsumen telkom. Begitu pula halnya dengan perusahaan PDAM yang memasang pipa air. Mereka menggali pinggiran dan bahkan memotong badan jalan, saat kondisi jalan bagus, lalu kemudian menjadi berlubang dan sangat mengganggu dan merusak. Pembangunan model ini bisa saja terjadi kapan saja dan sangat mengganggu pelayanan umum masyarakat. Seakan-akan ini memang disengaja, karena kalau cepat rusak, ya cepat dapat proyek lagi tahun depan. Apakah memang begini mentalitas pembangunan di negeri kita ini? Entahlah. Kita hanya bisa menyampaikan apa yang kita lihat dan rasakan. Beberapa kasus atau contoh di atas hanyalah contoh kecil saja. Karena sesungguhnya kebobrokan dan keanehan itu terjadi dalam banyak kegiatan pembangunan yang berlangsung selama ini. Tentu saja bukan hanya di kota Banda Aceh yang ber-icon- kota Madani ini, tetapi praktek serupa memang terjadi dimana-mana di Aceh dan bahkan juga di Indonesia. Jadi apa yang diungkapkan di atas, hanyalah sebuah contoh saja yang bisa kita saksikan saat ini.
Share2SendShareScanShare
Tabrani Yunis

Tabrani Yunis

Bio Narasi Tabrani Yunis, kelahiran Manggeng, Aceh Barat Daya, Aceh berlatarbelakang profesi seorang guru bahasa Inggris, mulaiย  aktif menulis di media sejak pada medio Juni 1989. Aktif mengisi ruang atau rubrik opini di sejumlah media lokal dan hingga nasional. Menulis artikel, opini, essay dan puisi pilihan hidup yangย  kebutuhan hidup sehari-hari. Telah menulis, lebih 1000 tulisan berupa opini, esasฤฑ dan puisi yang telah publikasikan di berbagai media.Menerbitkan 2 buku, yang merupakan kumpupan tulisan dalam buku Membumikan Literasi dan buku antologi puisi โ€œ Kulukis Namamu di Awanโ€ Aktif terlibat dalamย  membangun gerakan literasi anak negeri sejak tahun 1990 terutama di kalangan perempuan dan anak. Bersama mendirikan LP2SM ( Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Sumber daya Manusia) dan di tahun 1993 mendirikan Center for Community Development and Education (CCDE). Lalu, sebagai Direktur CCDE membidani terbitnya Majalah POTRET (2003) dan majalah Anak Cerdas (2013). Kini aktif mengelola Potretonline.com dan majalahanakcerdas.com, sambil mempraktikkan kemampuan entreneurship di POTRET Gallery, Banda Aceh

Postingan Selanjutnya

Sindiran Terhadap Nabi Umat Islam

Menelisik Psikososial Aceh Melalui Buku Blak-Blakan

Perempuan yang Terperangkap Cengkeraman KDRT

Belajar Mensyukuri Hidup dari Kang Saptho

Minder Menghambat Kreatifitas

HABA MANGAT

Haba Mangat

Tema Lomba Menulis Edisi Mei

Oleh Redaksi
May 10, 2025
0
346

27 tahun yang lalu (1998) nilai tukar rupiah terhadap dolar, dari Rp 2,575.00 berangsur turun menjadi Rp 16.000 pada Maret...

Baca SelengkapnyaDetails
Majalah POTRET pun Penting dan Perlu Untuk Melihat Wajah Batin dan Spiritualitas Diri Kita

Tema Lomba Menulis Maret 2025

March 22, 2025
342

Responden Terpilih

March 14, 2025
124
Majalah POTRET pun Penting dan Perlu Untuk Melihat Wajah Batin dan Spiritualitas Diri Kita

Pemenang Lomba Menulis Februari 2025

March 2, 2025
360

Jajak Pendapat #KaburAjaDulu

February 22, 2025
232

SELAKSA

  • All
  • Tabrani Yunis
Jejak Kelelawar

Jejak Kelelawar

Oleh Tabrani Yunis
2025/05/24
0
69

Oleh Tabrani Yunis  Burung-burung kelelawar datang berkunjung Berkerumun -kerumun saling sambung Terbang tinggi jauh melambung Langit terang kelihatan mendung Burung-burung...

Gerimis Turun Menjelang Petang

Gerimis Turun Menjelang Petang

Oleh Tabrani Yunis
2025/05/18
0
71

Oleh Tabrani Yunis Mendung berarak menjelang petang Kala mentari bergegas pulang Berbalut pelangi jingga luas membentang Diguyur gerimis bergoyang kencangย ...

Merevitalisasi PDIA, Merawat Ingatan Membangun Ketangguhan

Merevitalisasi PDIA, Merawat Ingatan Membangun Ketangguhan

Oleh Tabrani Yunis
2025/05/17
0
91

Oleh Tabrani Yunis Perasaan hati bercampur aduk, kala masuk ke ruang pertemuan di gedung  BAST -ANRI atawa gedung Balai Arsip Statis...

Bhoi Morica: Inovasi Kue Tradisional Acehย Oleh 3 Mahasiswi USKย Sebagai Solusi Anti-Stunting dan Anti-Cacingan

Bhoi Morica: Inovasi Kue Tradisional Acehย Oleh 3 Mahasiswi USKย Sebagai Solusi Anti-Stunting dan Anti-Cacingan

Oleh Tabrani Yunis
2025/05/16
0
182

Oleh: Tabrani Yunis Bhoi Morica merupakan inovasi pangan fungsional berbasis kue tradisional Aceh yang dikembangkan sebagai solusi lokal untuk mengatasi...

Populer

  • Memaknai Kekhususan Hari Jumโ€™at

    Abu Syech Mud; Syekhul Masyayikh Ulama Dayah Aceh Periode Awal.ย 

    10 shares
    Share 4 Tweet 3
  • Bunda Literasi di Era Artificial Intelligence

    10 shares
    Share 4 Tweet 3
  • Nol Saldo di Masjid Jogokariyan; Literasi Keuangan

    9 shares
    Share 4 Tweet 2
  • Jejak Kelelawar

    7 shares
    Share 3 Tweet 2
  • The Rise of IIUM as a Leading Choice for Indonesian Students

    14 shares
    Share 6 Tweet 4
POTRET Online

Copyright@potret2025

Media Perempuan Aceh

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Program 1000 Sepeda dan Kursi roda
  • Kirim Tulisan

Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini

Copyright@potret2025

-
00:00
00:00

Queue

Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00