https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
Friday, October 31, 2025
No Result
View All Result
POTRET Online
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
POTRET Online
No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
Pariwara
Beranda Artikel

Nyawa di Bursa Global

Redaksi Oleh Redaksi
2 months ago
in Artikel
Reading Time: 3 mins read
A A
0
8
Bagikan
81
Melihat
🔊

Dengarkan Artikel

Oleh Rosadi Jamani

Ketika saya menulis kematian Charlie Kirk, pasti ada komen gimana dengan anak-anak Gaza. Ketika menulis bencana di Amerika, gimana dengan serangan Israel di Gaza. Selalu ada komen demikian. Mungkin maksudnya, harus adil. Baiklah, saya coba narasikan fakta dan data korban penembakan warga Amerika maupun Palestina. Simak narasinya sambil seruput kopi tanpa gula, wak!

Ketika Charlie Kirk, tokoh konservatif AS, ditembak saat pidato di University of Utah, dunia sontak histeris. Media berebut kamera, breaking news 24 jam non-stop, presiden buru-buru angkat telepon, dan hashtag #PrayForCharlieKirk langsung melesat bak roket Elon Musk. Rasanya satu peluru yang mengenai warga Amerika bisa mengguncang sumbu bumi. CNN, BBC, bahkan netizen +62 yang biasanya sibuk debat kopi susu pun mendadak jadi komentator tragedi global.

Namun mari kita geser layar, dari Utah ke Gaza. Di sana, anak-anak Palestina ditembak, sekolah rata dengan tanah, rumah sakit jadi puing, dan dunia? Sunyi. Tidak ada trending, tidak ada konser amal, bahkan kadang sekadar doa di Instagram pun malu-malu. Ironisnya, sebagian besar peluru yang menghantam tubuh mungil itu dibeli dengan dolar yang disumbangkan Washington. Jadi, Amerika tidak hanya hadir sebagai wasit, tapi juga sebagai pemasok bola, peluit, bahkan tribun sorak.

Mari kita bongkar statistik, karena angka lebih kejam dari kata-kata.

Di Amerika, negeri yang katanya kiblat demokrasi:

  • Sejak 1970 sampai 2022, ada 2.056 penembakan di sekolah, melahirkan 3.083 korban—terdiri dari 2.033 anak usia 5-17 tahun dan 1.050 dewasa.
  • Tahun ajaran 2021-22 saja, catatannya ngeri: 327 insiden penembakan, dengan 188 korban luka atau mati.
  • Di gereja, sejak 1999, sedikitnya 51 penembakan terjadi. Bayangkan, tempat yang harusnya rumah doa malah jadi arena Russian roulette.

Setiap kali tragedi itu meletus, dunia bereaksi cepat. Lilin dinyalakan, musisi dunia bikin lagu penggalangan dana, bahkan para politisi berpidato dengan suara bergetar. Nyawa Amerika adalah saham blue chip dalam bursa empati internasional.

📚 Artikel Terkait

Mengungkap Sisi Gelap Pengemis di Banda Aceh

Kawasan Wisata Ulee Lheue Kembali Ditutup di Akhir Pekan

Melawan Politik Uang dengan Elegan

Dinsos Aceh Pulangkan Warga Punge Setelah 2 Tahun Ditahan di Malaysia

Sekarang, buka catatan Gaza dan Tepi Barat.

  • Sejak 7 Oktober 2023 hingga Januari 2025: 47.161 warga Palestina tewas, termasuk 13.319 anak-anak.
  • Luka-luka? 111.166 orang—cukup untuk memenuhi seluruh bangku stadion Gelora Bung Karno dua kali lipat.
  • Di Tepi Barat, sejak 2023, 224 anak ditembak mati; jumlah ini hampir separuh dari total 468 anak yang dibunuh sejak 2005.
  • PBB mencatat untuk tahun 2024: 1.259 anak Palestina tewas di Gaza, plus 90 anak di Tepi Barat.

Tetapi di sini dunia mendadak buta dan bisu. Tidak ada #PrayForAisha, tidak ada bintang Hollywood menangis di Oscar, tidak ada perusahaan raksasa ganti logo dengan bendera Palestina. Bahkan, ketika ada yang mencoba bersuara, label “antisemit” langsung menempel, secepat stempel parkir mal.

Beginilah hukum tak tertulis dunia modern. Peluru ternyata punya paspor, punya visa simpati. Kalau mengenai tubuh warga Amerika, dunia ikut berduka. Kalau menembus dada anak Palestina, dunia sibuk update skor Liga Champions.

Mungkin inilah komedi tragis abad ke-21. Nyawa manusia diukur bukan dari darah, melainkan dari paspor. Barangkali besok, sebelum mati ditembak, kita harus daftar naturalisasi jadi warga Amerika dulu. Biar kematian kita trending global, masuk Netflix documentary, dan dijadikan bahan pidato presiden di Gedung Putih.

Sampai hari itu tiba, anak-anak Palestina akan terus jadi angka di laporan PBB, statistik kering yang dibaca segelintir orang, sementara dunia menutup telinga. Inilah ironi, bumi ini tidak pernah kekurangan peluru, hanya kekurangan empati.

“Bang, coba cermati, ketika ada penembakkan warga Palestina oleh Israel, biasanya akan ada penembakkan warga Amerika juga.”

“Ah, ente itu namanya cocokologi. Bagus kita ngopi habis Jumat, yok!”

camanewak

Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar

🔥 5 Artikel Terbanyak Dibaca Minggu Ini

The Never- Ending Shuffle: Indonesia’s Education Curriculum Can’t Catch a Break
The Never- Ending Shuffle: Indonesia’s Education Curriculum Can’t Catch a Break
26 Oct 2025 • 106x dibaca (7 hari)
Garis Waktu yang Hilang
Garis Waktu yang Hilang
2 Oct 2025 • 62x dibaca (7 hari)
Spirit Nyi Eroh dan Terowongan Geureutee
Spirit Nyi Eroh dan Terowongan Geureutee
24 Oct 2025 • 53x dibaca (7 hari)
The Hidden Crisis: Sexual Violence in Pesantren Is Three Times Higher Than in Regular Schools
The Hidden Crisis: Sexual Violence in Pesantren Is Three Times Higher Than in Regular Schools
21 Oct 2025 • 52x dibaca (7 hari)
Ketika Kemampuan Memahami Bacaan Masih Rendah
Ketika Kemampuan Memahami Bacaan Masih Rendah
27 Feb 2025 • 49x dibaca (7 hari)
📝
Tanggung Jawab Konten
Seluruh isi dan opini dalam artikel ini merupakan tanggung jawab penulis. Redaksi bertugas menyunting tulisan tanpa mengubah subtansi dan maksud yang ingin disampaikan.
Share3SendShareScanShare
Redaksi

Redaksi

Majalah Perempuan Aceh

Related Postingan

Untaian Puisi Mustiar Ar
Artikel

Untaian Puisi Mustiar Ar

Oleh Redaksi
2025/06/05
0
61

Mustiar Ar :TANAH AIRKU Jangan rampas pulau kamiTanah air muliaTanah kelahirankuDi mana aku tumbuh dan besar. Pulau yang suci, tanah...

Baca SelengkapnyaDetails

Pelukan Terakhir Ibu dan Anak Sebelum Keduanya Meninggal

Drama Sepeda Motor Rusmiati

Postingan Selanjutnya

Kekecewaan Peserta Warnai Ajang Lomba Video Konten Literasi Dispusip Pidie Jaya

Sejauh Mata Memandang, Sedekat Hati dengan NKRI

Kajian Seni Jalanan

Nepal Dalam Transisi: Darurat Militer, Pembentukan Pemerintahan Sementara dan Tantangan Geopolitik

Kekuatan Rakyat Menenggelamkan Gaya Hidup Pejabat

POTRET Online

Copyright@potret2025

Media Perempuan Aceh

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Program 1000 Sepeda dan Kursi roda
  • Kirim Tulisan

Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini

Copyright@potret2025

-
00:00
00:00

Queue

Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00