Oleh Heri Iskandar
Cara Mudah Merawat Logika
Edisi Rabu, 13/3/2025 (Edisi 1330)
“PDIP nunggu apa lagi Bib?”
“Tidak tau!”
“Yang kau tau saja apa kira-kira?”
“Pertanyaannya tolong diperjelas dulu!”
“O kupikir kau sudah bisa menebak apa yang aku maksud. He he..!”
“Kebiasaan!”
“Maksudku kok posisi Hasto Kris selaku Sekjen tidak di Plt-kan? Apa Bu Mega masih berharap ada kesempatan Praperadilan ke tiga?”
“Kalau itu ada beberapa jawaban yang sudah lalulalang di kepalaku. Maunya Bang JAGo bagaimana? Kusebut semua apa beberapa saja?”
“Asal logis apa yang ada di kepala kau tumpahkan saja. Soalnya banyak yang bingung Partai Politik kok seperti arisan keluarga bisa diatur-atur seolah kadernya bodoh semua?”
“Salah satu yang mau kujawab juga itu. Atau mungkin sesuai dengan sifat Kebo yang dipakai sebagai lambang mereka.”
“Sesuai bagaimana..?”
“Kalau hidungnya sudah ditindik maka akan nurut ke mana pun tanpa sikap dan harga diri.”
“Alasan lainnya apa?”
“Mereka sengaja diam untuk menjaga perasaan Ibu Suri yang sedang luka.”
“Karena gertakannya agar KPK tidak menciduk Sekjen kesayangannya hanya dianggap angin lalu oleh penyidik Gedung Merah Putih?”
“Juga karena mereka ingin pamer kesombongan kepada publik.”
“Mau bersombong apa lagi..?”
“Bahwa penahanan Pak Sekjen tidak membuat mereka goyah.”
“Buktinya ramai-ramai mereka menuduh hukum tidak adil dan pemerintah melakukan kriminalisasi terhadap Hasto Kris. Itu kan sikap orang yang sedang goyang Bib!”
“Itu supaya mereka tidak dituduh Partai Wong Licik aja kukira.”
“Alasan yang lain lagi apa?”
“Itu bukti bahwa Bu Mega lebih menghargai pelaku kejahatan dari pada kader yang membangkang seperti Efendi Simbolon, Budiman Sujatmiko atau Maruarar Sirait.”
“Bagaimana itu..?”
“Bang JAGo lihat saja bagaimana sikap Bu Suri yang langsung main pecat terhadap orang-orang tadi. Padahal kritikan mereka karena PDIP sudah lari dari misi membela wong cilik.”
“Terus..?”
“Sedang terhadap yang melakukan pelanggaran hukum seperti Hasto malah dipeliharanya..!”
————————————————
🙏Heri Iskandar