Dengarkan Artikel
Kumpulan Puisi (PPIPM-Indonesia, Poetry-Pen IC, Satu Pena, Kreator Era AI, FSM, ACC SHILA)
Editor: Leni Marlina
/1/
DI TEPI RAMADHAN
Puisi oleh Leni Marlina
[PPIPM-Indonesia, Poetry-Pen IC, Satu Pena Sumbar, Kreator Era AI, FSM, ACC SHILA]
Di tepi Ramadhan,
seseorang berusaha mengingat.
Sebuah kota yang pernah berwajah cinta,
sekarang memeluk bayangan yang tak lagi utuh.
Seorang ibu mengubur sebutir kurma
di tempat suaminya dulu berdiri.
Tubuh bergerak ke depan,
tetapi bayangannya tetap tertawan di belakang.
Ia berbicara,
tetapi suaranya berasal dari abad lain,
dari reruntuhan yang tak sempat menghafal ayat terakhir.
Namun—
mereka yang terusir membangun rumah dari matahari yang dipinjam.
Komunitas menggambar peta kepulangan
dengan garam yang mengering di pipi anak-anak.
Seorang ilmuwan berlutut di tepi sungai,
menyebut namanya dengan nada seorang muadzin,
bersumpah menghidupkannya kembali.
Padang, Sumatera Barat
Ramadhan, 2022
/2/
Bersimpuh di Depan Keindahan-Mu
Puisi oleh
Anies Septivirawan
[PPIPM-Indonesia, Poetry-Pen IC, Satu Pena Jawa Timur, Kreator Era AI]
——————————————-
Aku bersimpuh di depan keindahan-Mu
ya Allah
kudirikan mesjid nan agung di hatiku
di tiap hela napasku
kugelar sajadah rindu
di atas batu senja
Tak usah Engkau tunggu
ia setia selalu menjemputmu
sembari berbisik lirih:
selamat tinggal jejak napas
yang tertanam bersama akar
pepohonan masa depan
Kutepis reranting cemas tentang
wajah ayu itu
adalah air sungai mengalir menuju muara batinku yang telah menghampar samudera kasih menunggu-Mu.
Situbondo, Jawa Timur
Ramadhan, 2025
Anies Septivirawan merupakan seorang penulis dan juga penikmat seni dan budaya yang lahir pada 5 September 1969, dan tinggal di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Ia menulis sejak SMP hingga saat ini dan sudah menulis 3 buku antologi puisi tunggal, serta antologi bersama.
/3/
Bulan Ramadhan Seolah Menggantung
Puisi oleh Leni Marlina
Tak ada kata pertama,
hanya hembusan napas yang tersenggal,
terlalu berat untuk menjadi suara.
Di langit yang retak,
bulan Ramadhan seolah menggantung,
cahaya yang seharusnya penuh berkah,
tetapi di tanah yang terlipat perang,
puasa adalah perut kosong yang tak dijanjikan sahur.
Hutan terbakar sebelum ia tahu dirinya api.
Sungai mengering sebelum ia sempat berdoa.
Seorang anak lahir ke dunia yang sudah resah,
dalam adzan yang menggema dari reruntuhan.
Namun di sini—
sepasang tangan menggali tanah yang hangus,
menekan sebutir benih harapan ke jantung bumi.
Seorang ibu mengajarkan anaknya bahasa hujan,
doa yang berembun di bibirnya,
sama sunyinya dengan langit yang enggan menangis.
Tak ada gulungan wahyu yang terbakar.
Tak ada tinta yang memudar di halaman sejarah.
Kata-kata bertahan dalam luka yang tak dibiarkan membusuk.
Padang, Sumatera Barat
Ramadhan, 2022
/4/
Gurindam Ramadhan
Puisi oleh Saunir Saun
[PPIPM – Indonesia; Poetry-Pen IC, Satu Pena Sumbar, Kreator Era AI Sumbar]
Kalau kau seorang penganut Islam,
Pasti tahu ada kewajiban di bulan Ramadan
Kalau kau seorang penganut Islam,
Pasti tahu makna puasa Ramadan
Kalau kau seorang penganut Islam,
Pasti sudah sering dengar ayat yang mewajibkan puasa Ramadan
Kalau kau seorang penganut Islam,
Mungkin tahu di surat mana terdapat ayat puasa Ramadan
Kalau kau sering mendengarkan uraian puasa Ramadan,
Pasti tahu ayat yang mulai dengan “Kutiba alaikumush-shiyaam”
Kalau kau sering dengar ayat “Kutiba alaikumush-shiyaam”,
Pasti tahu artinya “diwajibkan kepadamu berpuasa (Ramadan)”
Kalau kau sudah tahu makna “diwajibkan”,
Pasti kau takut meninggalkan
Kalau kau tahu tujuan diwajibkan puasa Ramadan,
Pasti kau senang mengerjakan satu bulan, tanpa paksaan
Kalau kau tahu puasa Ramadan untuk mencapai ketakwaan,
Pasti kau mengerjakannya dengan penuh kesungguhan
Kalau kau tahu takwa itu derajat paling tinggi di sisi Tuhan Yang Maha Esa
Pasti kau bersungguh-sungguh mengejarnya
Kalau kau tahu puasa juga diwajibkan kepada umat terdahulu
Pasti kau tidak ada ragu terhadap Tuhan-mu
Kalau kau masih mau meninggalkan puasa
Berarti kau telah melawan ketentuan Alloh Subhaanahu wa Taala
Kalau kau tahu tujuan puasa Ramadan,
Pasti kau takut meninggalkan
Kalau kau tahu bulan Ramadan itu adalah bulan penuh berkah
Tentu kau tidak mau berlengah-lengah
Kalau kau tahu di dalamnya ada malam istimewa
Tentu kau akan ikut mengejarnya dengan gembira
Kalau kau tahu amalan fardhu diganjar sama seperti 70 amalan fardhu pada hari lainnya,
Pasti kau gunakan bulan Ramadan ini untuk beramal sepenuhnya
Kalau kau tahu bulan Ramadan adalah bulan kesabaran berbalas surga,
Tentu kau akan melatih dirimu bersabar sebaik-baiknya
Kalau kau tahu bulan Ramadan itu penuh rahmat, ampunan, dan bebas dari api neraka
Pastilah kau tak ingin menyia-nyiakannya
Kalau kau sadari bulan istimewa seperti Ramadan hanya satu tahun sekali
Tentu kau ingin memanfaatkannya baik sekali karena kau tak ingin rugi
Kalau kau mengerti apa yang telah kau baca,
Tentu kau akan senang dan bahagia melakukan puasa.
Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadan bagi yang menjalankannya.
Mohon maaf lahir dan batin.
Rumahku, Sumatera Barat,
27 Februari 2025
Saunir Saun merupakan seorang penulis dan juga pensiunan Dosen Departemen Bahasa dan Sastra Inggris, FBS, Universitas Negeri Padang dan Universitas Muhammad Yamin Solok. Penulis dianugerahi penghargaan Penyair Prolifik Tahun 2023 dari Satu Pena Sumbar. Penulis juga dikenal dengan salah satu bukunya yang berjudul “Goresan Puisi di Hari Tua” dan novel “Lelaki yang Berhijrah”. Selain itu ia sudah menulis
7 buku kumpulan puisi berjudul “55 Puisi-Puisi Berhikmah’ (jilid 1-7) dan masih ada ratusan judul puisi yang belum dibukukan.
/5/
Mihrabku di Tanah Banjir
Puisi oleh Leni Marlina
[PPIPM-Indonesia, Poetry-Pen IC, Satu Pena Sumbar, Kreator Era AI, FSM, ACC SHILA]
Di bawah langit yang tak henti menangis,
kusujudkan tubuhku di pangkuan sunyi,
mihrabku bukan marmer bercahaya,
melainkan rumah reyot yang terendam,
dindingnya lusuh menampung luka,
atapnya bocor membaca langit—
seperti ayat-ayat yang pecah
di atas lantai yang hanyut bersama doa.
Kugelar sajadah dari lumpur,
di antara ranjang yang mengapung hampa,
di antara cangkir puasa yang terbalik,
di antara nyala lilin yang gemetar
menahan dingin dan lapar.
Ramadhan mengetuk pintu kota
yang jendelanya gemerlap cahaya,
tapi di rumah kami yang tenggelam setengah,
hanya bayangan bulan yang menemani sahur.
Air naik bersama kesabaran,
mengunyah perabotan yang tak seberapa,
menghapus jejak kaki ayah
yang pergi mencari rezeki
di lorong-lorong yang tak mengenal namanya.
Anak-anak menggigil di pelukanku,
mata mereka cawan yang retak,
menggenggam harapan serapuh nyala
di lampu jalan yang digenangi nasib.
Waktu tak lagi punya batas,
antara siang dan malam hanya kehampaan,
antara lapar dan kenyang hanya angan.
Tapi doa tetap melayang,
menjulang lebih tinggi dari atap kami,
melampaui banjir, melampaui duka,
melampaui batas-batas dunia—
sebab Tuhan tetap terang
di tengah gulita yang melanda.
Maka biarlah kami tetap tegak,
sebab setiap kesedihan yang menyusup di dada
telah tumbuh menjadi akar langit,
dan setiap langkah menuju hari esok
adalah titian cahaya yang tak bertepi.
Padang, Sumatera Barat
Ramadhan, 2022
/6/
RAMADHANKU, 1979
Puisi oleh Muslimin
[PPIPM-Indonesia, Poetry-Pen IC, Satu Pena Jatim, Kreator Era AI]
teduh rimbun bambu pinggir kali
semilir angin pulas berselimut sarung melintir
menunggu maghrib buka puasa
kenang masa kanak kala itu
kolak pisang es serbat menu jitu
bedug bertalu luap gemuruh jiwa trenyuh
hari raya kaos celana olahraga baru
murah semampu bapak tukang becak
kadang celana baju paman bekas berterima
tiada nelangsa tawa gempita
malam tadarus masjid kayu
secangkir kopi menyimak luruh larut sungguh
masjid zahrotunnur, laki-laki bocah merenda mimpi
tidur beralas ubin berbantal kayu
lalar keliling blusukan kampung
bedug tong kosong ditabuh rancak gemuruh
sahur sayur kangkung ikan asin nikmat terlalu
ramadhanku memutih papan rumahku
menyuci segala khilaf salah langkahku
Lamongan, Jawa Timur
19 Februari 2025
Muslimin, panggilan Cak Mus. Lahir di Lamongan, Jatim, 20 Mei 1969. Setamat dari SMAN 2 Lamongan, kuliah di IKIP Negeri Surabaya jurusan Bahasa Indonesia. Mengajar sejak 1991 di MTs A. Wahid Hasyim Tikung, SMP-SMA Tashwirul Afkar Sarirejo, SMP Islam Tikung, PKBM Mahayana dan PKBM Mizan Lamongan. Aktif di PERGUNU Lamongan dan Lembaga Bahtsul Masail MWC NU Tikung Lamongan.
/7/
Tangan-Tangan yang Berpuasa
Puisi oleh Leni Marlina
[PPIPM-Indonesia, Poetry-Pen IC, Satu Pena Sumbar, Kreator Era AI, FSM, ACC SHILA]
Sungai tak pernah tahu bahwa ia adalah air.
Laut tak pernah tahu bahwa ia sedang tenggelam.
Peta dunia digambar ulang dengan ketidakhadiran—
jarak antara dua masjid yang runtuh,
ruang tempat doa pernah bertaut sebelum dindingnya dirobohkan.
Namun tangan-tangan yang berpuasa tidak diam.
Mereka melukis kembali batas-batas harapan.
Generasi baru menghafal nama-nama burung
yang dulu terbang di atas tanah yang kini tandus.
Para aktivis mencatatkan sketsa kota-kota
di mana akar tumbuh menembus aspal,
di mana udara tak lagi tersedak oleh keserakahan.
Paru-paru bumi runtuh—
tetapi napas Ramadan tetap suci.
Lebah-lebah kehilangan jalan pulang—
tetapi kita menanam peta mereka di bunga-bunga doa.
Udara berubah menjadi kaca—tetapi seseorang sedang belajar membuatnya segar dalam sujud.
Padang, Sumatera Barat
Ramadhan, 2022
/9/
Dari Kilomoter Nol Menuju Fitrah
Puisi oleh Zulkifli Abdy
[PPIPM-Indonesia, Poetry-Pen IC, Satu Pena Aceh, Kreator Era AI]
Dari kilometer nol
Kita nol kan kelalaian
Kita nol kan kesalahan
Kita nol kan kemunafikan
Kita nol kan perbuatan dosa
Dari kilometer nol
Kita menjalankan ibadah puasa
Kita selalu berbuat kebajikan
Kita biasakan bersedekah
Kita berzikir dan berdoa
Dari kilometer nol
Kita perteguh iman dan taqwa
Kita jadikan diri insan kamil
Kita mohon ampun dosa
Kita pun menuju fitrah.
Lamteumen Timur, Aceh
6 Maret 2025
Zulkifli merupakan penulis/penyair kelahiran Jambi dan berdomisili di Aceh sejak 1970. Ia seorang Sarjana Ilmu Komunikasi; menekuni dunia kepenulisan secara otodidak sejak remaja; menghasilkan artikel dan menulis puisi dengan semangat sastra yang kuat. Menulis baginya bukan sekadar aktivitas, tetapi juga cara menuangkan perasaan dan menggantikan catatan harian.
/9/
Mohoh Kesembuhan Dari Penyakit Zaman
Puisi oleh Leni Marlina
[PPIPM-Indonesia, Poetry-Pen IC, Satu Pena Sumbar, Kreator Era AI, FSM, ACC SHILA]
Di Ramadhan ini,
Jika dirimu sakit,
Jika namamu disebut terbalik,
akankah kau kembali sebelum duka melekat padamu?
Jika waktu dihentikan saat sujud,
akankah sejarah dapat diulang dari ayat yang benar?
Di suatu tempat,
jam pertama masih berdetak,
tetapi jarumnya bergerak berlawanan arah,
seperti Ramadhan yang datang
untuk menghapus jejak luka,
tetapi menemukan bumi yang tetap berdarah.
Di suatu tempat,
kota tenggelam ke laut,
sementara anak-anaknya bermimpi tentang sayap.
Di suatu tempat,
seorang ilmuwan menggenggam obat
untuk penyakit yang tak kunjung sembuh.
Namun di sini—
para inovator membalik gelombang dengan dinding-dinding hijau.
Para dokter menulis ulang aturan tentang siapa yang berhak hidup.
Masa lalu tak menghapus kita—
kita membentuknya kembali menjadi sesuatu yang layak dihuni,
dengan tangan yang masih berdoa,
dengan hati yang tetap beriman,
karena hanya kepada Tuhan kita memohon kesembuhan,
dari berbagai penyakit zaman.
Di Ramadhan ini,
kita berjuang untuk kebersihan dan kesehatan fisik dan hati.
Padang, Sumatera Barat
Ramadhan, 2022
Kumpulan puisi Leni Marlina di atas (puisi no.1, 3, 5, 7, 9) di atas awalnya ditulis oleh Leni Marlina hanya sebagai hobi dan koleksi puisi pribadi tahun 2022. Setelah beberapa tahun kemudian, puisi tersebut direvisi kembali serta dipublikasikan pertama kalinya melalui media digital tahun 2025.
Leni Marlina merupakan anggota aktif Komunitas Penulis Indonesia, SATU PENA cabang Sumatera Barat. Ia juga merupakan anggota aktif Komunitas Penyair & Penulis Sastra Internasional ACC di Shanghai, serta dipercaya sebagai Duta Puisi Indonesia untuk ACC SHILA (Shanghai Huifeng International Literary Association). Selain itu, Leni terlibat dalam Victoria’s Writer Association di Australia. Sejak tahun 2006, ia telah mengabdikan diri sebagai dosen di Program Studi Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang.
Leni juga merupakan pendiri dan pemimpin sejumlah komunitas digital yang berfokus pada sastra, pendidikan, dan sosial-digital, di antaranya:
- World Children’s Literature Community (WCLC): https://shorturl.at/acFv1
- Poetry-Pen International Community
- PPIPM-Indonesia (Pondok Puisi Inspirasi Pemikiran Masyarakat), the Poetry Community of Indonesian Society’s Inspirations: https://shorturl.at/2eTSB; https://shorturl.at/tHjRI
- Starcom Indonesia Community (Starmoonsun Edupreneur Community Indonesia):
https://rb.gy/5c1b02 - Linguistic Talk Community
- Literature Talk Community
- Translation Practice Community
- English Languange Learning, Literacy, Literary Community (EL4C)