Dengarkan Artikel
“Mas, ini kopimu”
Aku tak gubris dia. Sekilas kuperhatikan wajahnya nampak kuyu. Mungkin mengurusku merepotkan dia. Ya itu pasti. Tapi wajahnya munafik dengan senyum seolah tulus.
Sumpah aku mulai dikasihani seperti orang cacat. Nyatanya harus kuakui memang benar adanya. Aku yang duduk terpekur hanya meringis dan sesekali mengejan merasakan ngilu yang begitu sangat di area selangkangan.
Zubaidah, istriku yang sedari tadi berdiri lantas menghadapku. Dia berjongkok. Kedua tangannya menempel di dengkulku. Matanya berkaca peduli. Sedikit tangis singgah di sana. Akh!!! Dalam situasi ini pria mana yang bakal percaya dengan tangisan perempuan?
“Mas, ada kabar gembira. Kuharap hal ini membuatmu kuat dan bersemangat saat menghadapi operasi nanti.”
📚 Artikel Terkait
Aku menepis pandang.
“Aku hamil 10 minggu, Mas?” tukasnya sumringah penuh harap.
“Hamil?!!” Aku tercekat. Dia mengangguk gemas.
Perubahan mimik sekejap memusat pada wajahku yang kini terasa merah terbakar. Melalui mata membelalak aku menyambung “Aku penderita prostat, Zubaidah!!!!! Kau kira aku tolol, hah!!!!” bentakku sambil menyibak kopi. Gelas terlempar menghantam lantai lalu pecah. Zubaidah tentu terperanjat dan mundur sejenak. Tapi cepat dia memberanikan diri dengan mendekat dan memegang tanganku.
🔥 5 Artikel Terbanyak Dibaca Minggu Ini

















