Dengarkan Artikel
Oleh Norma Rifizal Cahya
Mahasiswa Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, UIN Ar-Raniry, Banda Aceh
Rasa sedih, prihatin muncul di hati kala para lansia datang dan mengelilingi meja-meja para pengunjung warung kopi di sebuah sudut kota Banda Aceh. Perasaan itu diikuti oleh sejumlah pertanyaan dalam pikiran. Mengapa ya, orangtua setia mereka harus bekerja keras, berjuang mencari nafkah sendiri? Ke mana anak-anak mereka? Mengapa mereka biarkan orangtua mereka yang sudah tua renta itu, harus menghabiskan sisa umur mereka meminta-minta di tempat umum? Tidakkah anak-anak mereka merasa malu? Masih banyak pertanyaan lain yang mengisi ruang benak dan hati.
Kehadiran pengemis lansia yang bergerilya di setiap sudut kota Banda Aceh, tampaknya semakin hari, semakin sering kita temui. Sebagai contoh saja, pada tanggal 29 September 2024, penulis sempat mencoba mengamati, melakukan observasi terhadap para pengemis di Banda Aceh.
Ada banyak pengemis yang terlihat di tengah keramaian pasar dan juga dalam keramaian di warung – warung kopi dan rumah makan-rumah makan di kita Banda Aceh. Kehadiran mereka adalah sebuah gambaran kondisi sosial masyarakat yang mencerminkan berbagai tantangan yang dihadapi oleh kelompok rentan ini. Dalam pengamatan tersebut, penulis menemukan seorang perempuan tua yang berusia 70 tahun. Perempuan.renta ini mengalami cacat fisik pada kakinya menjadi hal yang menyulitkan hidupnya.Sehingga, ia terpaksa mengandalkan tongkat untuk berjalan. Ia. menggunakan tas yang digantung di lehernya untukmengumpulkan sumbangan dari pengunjung pasar.
Dalam pengakuan ya, ia berasal dari Pulau Jawa dan mengaku terpaksa mengemis karena tidak mampu bekerja lagi. Ia menceritakan lagi bahwa suaminya menghilang selama konflik Gerakan Aceh Merdeka (GAM), meninggalkan dia dengan dua anak. Satu anaknya telah menikah dan tinggal bersama suaminya, sementara anak lainnya menderita penyakit yang membuatnya tidak bisa berfungsi secara mandiri. Dalam kondisi seperti ini, mengemis menjadi satu-satunya cara baginya untukmemenuhi kebutuhan sehari-hari.
Itulah salah satu potret kehidupan para pengemis, terutama yang lansia di kota Banda Aceh saat ini. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, menunjukkan bahwa pengemis di Banda Aceh memiliki latar belakang dan alasan yang bervariasi untuk terlibat dalam aktivitas ini. Banyak dari mereka terpaksa mengemis demi bertahan hidup. Dalam kasus ibu tersebut, situasi yang dihadapinya sangat menyentuh, mencerminkan kesulitan hidup yang dialami oleh banyak lansia di daerah tersebut. Tidak selayaknya mereka terus hidup dengan mengemis, apalagi di usia senja begitu. Harus ada upaya yang serius untuk membantu mereka keluar dari kesulitan hidup dan beralih profesi dari pengemis ke profesi lain.
Oleh sebab itu, semua pihak harus peduli dan mau membantu mereka. Ada beberapa langkah yang perlu diambil oleh pemerintah daerah untuk membantu para pengemis, terutama lansia, keluar dari lingkaran kesulitan hidup menjadi pengemis itu. Di antaranya adalah dengan mengorganisir mereka, lalu dibangun kembali kesadaran untuk bangkit dan keluar dari belenggu kemiskinan.
Kemudian, mereka bisa diberikan pelatihan keterampilan yang bisa mendorong mereka membuka usaha kecil, hingga mereka bisa mandiri. Lalu, fasilitas mereka untuk mengakses modal usaha.Nah, memberikan bantuan modal dimaksudkan untuk memulai usaha kecil mereka, sehingga mereka dapat memilikisumber penghasilan yang lebih stabil.
Selain itu, karena mereka banyak yang mengalami masalah kesehatan, pemerintah juga bisa membantu pelayanan kesehatan, khususnya yang sangat rentan dan lansia.
Bukan hanya itu, akan lebih baik lagi bila pemerintah melakukan kegiatan berupa program rehabilitasi terhadap pengemis yang sudah adiktif atau ketergantungan dengan cara mengemis.
Tentu ada banyak lagi cara dan kegiatan yang bisa dilakukan untuk membantu mereka. Sangat ditentukan oleh komitmen dan kemauan kita untuk membantu. Sebab, bila tidak ada upaya untuk membantu mereka secara lebih baik, jumlah pengemis akan terus meningkat sejalan dengan semakin sulitnya kondisi ekonomi masyarakat sekarang.
Dari pengamatan ini, dapat disimpulkan bahwa pengemis semua umur, termasuk lansia di Banda Aceh adalah bagian dari fenomena sosial yang kompleks. Mereka tidak hanya sekadar meminta-minta, tetapi juga mewakili kisah hidup yang penuh perjuangan. Dengan perhatian dan intervensi yang tepat dari pemerintah daerah, diharapkan kesejahteraan mereka dapat meningkat dan jumlahpengemis dapat berkurang. Upaya ini tidak hanya akan membantu individu-individu tersebut, tetapi juga akan menciptakan lingkungan sosial yang lebih baik bagi masyarakat secara keseluruhan.