Oleh Tabrani Yunis
Kawan, sedang di manakah kita
Apakah mungkin kita tlah lupa
Suatu ketika negeri kita dilanda duka nestapa
Dihantam sengketa angkara murka
bumi bagai terbelah mengurai sengketa
Tak ada yang mampu berbicara
Kala salak senjata meronta-ronta
Kita hanya bisa menatap luka
dengan mulut terbata
Meratapi tubuh-tubuh tersayat luka
Yang tersibak ruak menganga
dan darah pun mengalir dengan air mata
Tak ada nan bisa membela kita
Kecuali takdir yang Maha Kuasa
Kawan, masihkah ada linang air mata
Yang mengalir dari pedih dan nyerinya derita
Apakah mungkin kita tlah kehilangan rasa
Hingga hilang nurani kita sebagai manusia
Tega menghempas selaksa beban derita
Kala mereka didera cambuk aniaya
Setelah berjuang membelah samudra
Di manakah rasa iba kita sebagai manusia
Kawan, begitu cepatlah kita lupa
Seperti kacang nan lupa kulit usai dibuka
Memupuskan segala rasa iba
Hingga tergerus segala goresan luka
Kala sengsara kita tlah mereda
Sementara hidup bukanlah segalanya
Karena hidup seperti roda
Sekali menghentak bumi, sekali menukik ke udara
Dahulu kita, kini mereka
Mungkin nanti juga kembali pada kita
Kini mereka tergores luka
Mungkin kelak luka kita pun akan menganga pula