• Terbaru

Penjor vs Kabel PLN

November 17, 2025

Kebugaran dan Kebersamaan di Bawah Langit Paya Kareung

November 17, 2025

Otsus Aceh di Persimpangan Jalan

November 16, 2025

Pendapat Prof Jimly Soal Ijazah Jokowi

November 16, 2025

Korupsi di Sektor Kesehatan: Dari Nasionalisme STOVIA hingga Penjara KPK

November 16, 2025

Malam Layar Puisi Anak Muda 2025

November 16, 2025

Prasasti Kebon Kopi

November 15, 2025

Bullying, Feodalisme, dan Ekstremisme

November 16, 2025

Dari Sumber Daya ke Sumber Daya Damai

November 15, 2025

Catatan Ringkas Sejarawan dan Fiksiwan Dari NDC Manado

November 15, 2025

Ketika Tsunami Aceh

November 14, 2025

‎Lukisan Sepasang Bangau, Cerita Pendek dan Puisi Dua Larik di Warung Kopi

November 14, 2025

Menangguh Politik Hukum Ijazah Palsu

November 14, 2025
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat
Monday, November 17, 2025
POTRET Online
  • Login
  • Register
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat
No Result
View All Result
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat
No Result
View All Result
POTRET Online
No Result
View All Result
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat

Penjor vs Kabel PLN

RedaksiOleh Redaksi
November 17, 2025
0
Reading Time: 3 mins read
🔊

Dengarkan Artikel

Catatan Paradoks; Wayan Suyadnya

Setiap Galungan, Bali kembali memancarkan cahaya tuanya: penjor-penjor melengkung di pintu gerbang rumah, bagaikan doa yang menjulur ke langit. 

Bagi umat Hindu, penjor bukan sekadar hiasan musiman. Ia adalah tanda kemenangan dharma melawan adharma, pengingat bahwa hidup selalu bergerak di antara terang dan gelap. Ia bagian dari upakara, satu tarikan napas dengan banten, satu tubuh dengan lebuh tempat persembahan.

Penjor tak bisa dipindah-pindah semaunya, karena posisinya bukan barang teknis—ia sakral, ia simbol jalan pulang.

Namun di dunia paradoks Bali hari ini, bahkan sesuatu yang sesakral itu pun bisa berjumpa dengan logika kabel dan tiang listrik. 

PLN, melalui seorang pejabatnya, mengimbau agar penjor dipasang 2,5 meter dari kabel listrik. Maksudnya jelas: keselamatan, keamanan, dan kelancaran aliran listrik.

Tetapi kebaikan, bila tak diantar dengan bahasa yang tepat, bisa tiba sebagai tamu yang salah kamar. Imbauan itu sontak menjadi riuh, bukan karena umat menolak keselamatan, melainkan karena letak penjor bukanlah keputusan teknis yang bisa digeser demi jarak aman. 

Seolah PLN mengira penjor adalah layangan yang bisa dilarang terbang di zona tertentu, padahal penjor justru adalah akar yang ditancapkan pada pemeson rumah—tempat yang tak bisa dipindahkan hanya karena kabel melintas di atasnya.

Di sinilah paradoks itu menari: antara sakral dan teknis, antara upakara dan utilitas, antara tradisi yang mengakar ribuan tahun dan kabel yang baru beberapa dekade membentang di langit Bali.

Memang, umat Hindu selama ini bukan tak tahu risiko. Bila penjor kebetulan berada dekat dengan kabel, mereka menyesuaikan dengan cara mereka sendiri—tingginya ditakar, ronce janurnya dirapikan—tanpa menggeser makna dan tanpa menodai tata letak.

📚 Artikel Terkait

Hidupkan Sarana Publik Dengan Kegiatan Literasi Kreatif

Terkikisnya Etika Pelajar

Sejarah Adalah Guru Kehidupan

Dari Kelas Biasa ke Kelas Luar Biasa

Tradisi punya cara bertahan tanpa perlu diceramahi, asal didekati dengan bahasa yang mengerti roh zaman dan roh keyakinan.

Yang disayangkan adalah mereka yang memanfaatkan imbauan ini menjadi panggung politik murahan. Mereka yang dengan gesit menunggangi isu sensitif, seolah keberingasan itu adalah tugas sucinya. 

Padahal, tak semua perselisihan layak dijadikan komoditas emosional. Tidak semua kabar perlu dibakar agar tampak menyala.

Kadang-kadang, yang dibutuhkan hanya satu hal: jeda untuk memahami sebelum menghakimi.

Saya yakin PLN punya niat baik. Hampir setiap Galungan, imbauan sejenis selalu muncul. Yang kurang hanyalah komunikasi yang mampu menembus nalar sekaligus nurani. Karena Bali bukan hanya soal efisiensi teknis, tetapi juga tentang rasa, tata, dan adat yang sudah lama mengisi ruang hidup warganya.

Mungkin yang lebih mendesak untuk dipikirkan adalah ini: Bali tanpa kabel semrawut. Kabel PLN, kabel Telkom, kabel dari berbagai operator yang bersilangan seperti jaring raksasa—menangkap langit bukan untuk kebaikan, melainkan untuk menghalangi. 

Berapa kali ngaben harus berhenti di tengah jalan agar wadah bisa lewat? Berapa kali mapepada tertahan oleh kabel yang menggantung rendah? Berapa banyak layang-layang yang putus karena tersangkut, berapa kali petugas harus memotong sementara jaringan demi memberi jalan bagi upacara adat?

Paradoksnya: Bali yang menjunjung langit justru dihalangi oleh kabel-kabel yang menjerat horizon.

Sudah saatnya Bali membayangkan ruang udara yang bersih, bukan hanya demi estetika, tetapi demi keharmonisan antara tradisi dan modernitas.

Teknologi bisa berbaikan dengan adat bila keduanya mau saling merunduk, saling memberi tempat.

Dan semua itu bermula dari satu hal yang sederhana: bahasa yang mengerti tempatnya, bahasa yang tahu kapan harus lembut, kapan harus tegas, dan kapan harus berhenti sebelum melukai.

Di Bali, kata-kata pun adalah upakara. Dan seperti penjor, ia tak boleh dipasang sembarangan.

Denpasar, 16 Nopember 2025

🔥 5 Artikel Terbanyak Dibaca Minggu Ini

Pria Yang Merindukan Prostatnya
Pria Yang Merindukan Prostatnya
28 Feb 2025 • 153x dibaca (7 hari)
Oposisi Itu Terhormat
Oposisi Itu Terhormat
3 Mar 2025 • 134x dibaca (7 hari)
Keriuhan Media Sosial atas Kasus Keracunan Program Makan Bergizi Gratis (MBG)
Keriuhan Media Sosial atas Kasus Keracunan Program Makan Bergizi Gratis (MBG)
2 Oct 2025 • 117x dibaca (7 hari)
Hancurnya Sebuah Kemewahan
Hancurnya Sebuah Kemewahan
28 Feb 2025 • 114x dibaca (7 hari)
Hari Ampunan
Hari Ampunan
1 Mar 2025 • 99x dibaca (7 hari)
📝
Tanggung Jawab Konten
Seluruh isi dan opini dalam artikel ini merupakan tanggung jawab penulis. Redaksi bertugas menyunting tulisan tanpa mengubah subtansi dan maksud yang ingin disampaikan.
Redaksi

Redaksi

Majalah Perempuan Aceh

Artikel

Menulis Dengan Jujur

Oleh Tabrani YunisSeptember 9, 2025
#Gerakan Menulis

Tak Sempat Menulis

Oleh Tabrani YunisJuly 12, 2025
#Sumatera Utara

Sengketa Terpelihara

Oleh Tabrani YunisJune 5, 2025
Puisi

Eleği Negeriku  Yang Gelap Gulita

Oleh Tabrani YunisJune 3, 2025
Puisi

Kegalauan Bapak

Oleh Tabrani YunisMay 29, 2025

Populer

  • Gemerlap Aceh, Menelusuri Emperom dan Menyibak Goheng

    Gemerlap Aceh, Menelusuri Emperom dan Menyibak Goheng

    162 shares
    Share 65 Tweet 41
  • Inilah Situs Menulis Artikel dibayar

    153 shares
    Share 61 Tweet 38
  • Peran Coaching Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan

    145 shares
    Share 58 Tweet 36
  • Korupsi Sebagai Jalur Karier di Konoha?

    57 shares
    Share 23 Tweet 14
  • Lomba Menulis Agustus 2025

    51 shares
    Share 20 Tweet 13

HABA MANGAT

Haba Mangat

Tema Lomba Menulis November 2025

Oleh Redaksi
November 10, 2025
Haba Mangat

Tema Lomba Menulis Bulan Oktober 2025

Oleh Redaksi
October 7, 2025
Haba Mangat

Pemenang Lomba Menulis – Edisi Agustus 2025

Oleh Redaksi
September 10, 2025
  • Kirim Tulisan
  • Program 1000 Sepeda dan Kursi roda
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Tentang Kami
  • Kirim Tulisan
  • Program 1000 Sepeda dan Kursi roda
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Tentang Kami

INFO REDAKSI

Tema Lomba Menulis November 2025

November 10, 2025

Tema Lomba Menulis Bulan Oktober 2025

October 7, 2025

Pemenang Lomba Menulis – Edisi Agustus 2025

September 10, 2025

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat

© 2025 Potret Online - Semua Hak Cipta Dilindungi

-
00:00
00:00

Queue

Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00