Dengarkan Artikel
Oleh Endah wr
Sepotong kain batik usang alas setrika punya cerita
Sepotong kain yang sebelumnya selalu tersampir di pundak seorang perempuan muda hadiah dari ibu mertuanya
menggendong banyak cerita warna warni sang ibu dan anak-anaknya
Kain seledang batik yang dulu terlipat rapi di meja kamar, bersanding bersama popok dan minyak telon menjadi saksi perempuan itu selama selama 9 bulan
bagaimana dia tak pernah bosan menghitung hari, memintal sabar dan kekuatan agar kelak jabang bayi pertama dalam kandungannya terlahir sehat
Di setiap senja berganti fajar tendangan dan geliat mahluk mungil dalam rahim perempuan itu makin nakal
Tangan kirinya mengusap lembut perut agar mahluk mungil di dalamnya tenang, tangan kanannya sibuk menggulirkan butiran tasbih hingga selesai maghrib
menunggu datang waktu Isya adalah waktu yang di nikmatinya untuk melupakan letihnya hari
Selesai Isya perempuan yang kelak di panggil ibu ini memejamkan mata berharap
Allah menghadirkan mimpi indah
… tentang hadirnya anak soleh dan solehah yang akan memecah hening dan sunyi rumah mungilnya
Anak kedua, ketiga, ke empat ……menyusul hadir, kerja paling sibuk si selendang batik
Meredakan tangisan, meninak bobokan bocah-bocah yang menangis dan gelisah tanpa sebab di tengah malam
Menghangatkan dinginnya pagi, meneduhkan terik siang hari dan heningnya malam bulat menyatu saat kain batik ini menjadi selimut wajah mungil yang terlelap
Kain batik di temani tangan ibu muda yang menepuk-nepuk bokong mungil agar tidak terjaga dalam lelapnya
Jejak2 mungil, jeritan, tingkah polah polos dan centang perenangnya perabot mengisi tiap sudut rumah menjadi keseharian si ibu
Harinya penuh tawa kecil, tersenyum geli adalah juga hiburan di kala kerjanya seharian tak di hargai
Letihnya ternyata tidak selalu di anggap berharga oleh bapak si bocil
Menegaskan bahwa menjadi seorang ibu adalah tanggung jawab bukan pilihan
Dan pernikahan berjalan tidak melulu tentang asmara
Seiring rambut perempuan itu mulai memutih,dari meja setrika, selendang batik melihat sesekali perempuan ini meneteskan air mata
keras kepala anak-anak yang tidak lagi bocah ini melawan patuh
… mengusik istiqomahnya, membuat giginya menyatu rapat, geram menahan amarah
Bocah-bocah mungil itu dan ibu kini adalah manusia dewasa yang punya banyak pandangan berbeda
Perempuan itu hanya mampu kembali khusuk pada doanya, agar amarahnya tak terlontar keluar dari mulutnya
Agar ALLAH tidak murka pada buah hatinya
Mereka adalah harta terbesar ibu untuk bisa masuk syurga dari pintu mana saja yang dia pilih
Maafkan anak-anakku ya ALLAH, karena aku yang salah mendidik, kepalanya sujud khusuk dalam sejadah
Seorang Ibu yakin, bahwa dia tak selalu benar, ALLAH maha pengampun dan doa selalu mampu membuat jalan menembus langit untuk melembutkan sekeras-kerasnya hati yang kilaf
Kain batik yang hanya tinggal sebagian, kini tertata rapi sebagai alas setrika bertindihan dengan selimut usang
Merasakan kesepian si ibu
Rumah yang dulu hiruk pikuk dengan lalu lalang buah hatinya di dapur dengan pertanyaan berkali-kali
“makan apa hari ini”
“masak apa ibu hari ini”
“ ada cemilan apa hari ini”
Kini tidak ada lagi
Pertanyaan yang dulu membuat kepala seorang ibu berdenyut-denyut ketika hidangan harus selalu siap di meja sementara gaji bulanan dari bapak mereka sudah habis
Kini bocah-bocah mungil itu sudah mandiri
Rumah ibu kembali sunyi dan hening seperti saat kain batik masih terlipat rapi di meja kamar besama lipatan popok dan botol minyak telon
Selendang batik itu kini menyaksikan ibu dengan langkah perlahan menuju teras menyapa mentari pagi
Ke dapur menghangatkan makanan, membuat kopi dan ke kamar mandi berkali-kali
Sesekali kini, perempuan itu duduk diam lama, meski matanya menatap layar kaca televisi
Seledang itu tahu, dalam diam hatinya pasti sedang gundah memedam rindu
Rindu hp nya berbunyi, dan mendengar suara di seberang sana
“Assalamualaikum bu, ibu sehat ?”
“ waalaikum salam, bagaimana keadaanmu nak, sehat kan?”
Kain selendang batik itu memang sudah waktunya usang karena memang tugasnya sudah selesai
Tetapi ibu masih ada
Kain batik hanya saksi bahwa seorang ibu tidak pernah purna tugas sebelum ALLAH memanggil
Meski tak pernah di minta, ibu tak pernah berhenti mendoakan anak-anaknya
Doa yang membuat urusan dunia dan akherat buah hatinya di beri kemudahan oleh ALLAH
Doa seorang ibu mampu membuat hal mustahil menjadi kenyataan
doa yang membuat ALLAH bersedia membuat keajaiban dan mengabulkan keberuntungan untuk buah hatinya
Doa ibu seperti doa rasulullah untuk umatnya, langsung menembus langit
Selendang batik mengirimkan pesan pada anak-anak yang masih memiliki ibu
Luangkan waktu untuk menyapa jangan menunggu waktu luang, karena waktu tak akan bisa terulang
Endah wr
Revisi, Bandung 30 Mei 2020-
14-Oktober 2025
Catatan di antara kopi dan jajanan pasar
🔥 5 Artikel Terbanyak Dibaca Minggu Ini





Silahkan Komentar