https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
Wednesday, October 1, 2025
No Result
View All Result
POTRET Online
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
POTRET Online
No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
Pariwara
Beranda #Cerpen

Merajut Aksara Mimpi

Redaksi Oleh Redaksi
1 month ago
in #Cerpen, Cerpen Remaja
Reading Time: 4 mins read
A A
0
7
Bagikan
65
Melihat
🔊

Dengarkan Artikel

Oleh Syaqhira Camyla

Siswa SMAN Unggul Pidie Jaya

Di ujung teras yang terbentang luas, menghadap ke arah jalan, keringat bercucuran mengalir membasahi baju yang gadis itu kenakan. Matanya menerawang ke masa depan,  seolah-olah itu semua ada dalam rangkulannya. Namun, satu hal yang semua orang tidak tahu tentang apa yang ia lamunkan. 

Namanya Nirmala, terselubung dalam benaknya tekad yang keras untuk menjadi seorang pesepak bola.

“Ayolah, kamu hanya duduk seharian.  Apakah kamu tidak punya kegiatan lain?” Ucap seseorang dari kejauhan. “Apakah kamu masih memikirkan soal keinginanmu yang tidak masuk akal itu? Ingat kamu itu perempuan,  bukan laki-laki, tidak sewajar kamu menjadi seorang pesepak bola. 

Sudah kodrat seorang wanita seperti itu, jangan kamu berbuat sesuka hatimu! Timpa seseorang itu lagi.

Bosan dengan ocehan ibunya yang selalu menentang keras keinginannya itu, Nirmala pun masuk ke kamar. Ia menangis sesenggukan meratapi nasib yang ia terima. 

Namun, dalam hati kecilnya, ia bersorak “ Akan ku usahakan karena itu mauku.”

***

Burung-burung berkicau dengan merdu, seolah-olah membawa siapa yang mendengarnya seakan terbang di antara mereka. Ratusan siswa keluar berbandong-bondong saat bel sekolah dibunyikan. Nirmala pulang sendiri mengunakan sepeda motor. “Awww.” Ia terjatuh dari motor yang ia kendarai dengan muka yang masam ia bangun dan mencari siapa yang berani membuatnya jatuh. “Maaf ya kakak cantik, Rio nggaksengaja  nendang bola ke arah kakak.” Tutur seorang anak kecil dengan raut wajah yang memelas. 

Mata Nirmala berbinar, seolah terhipnotis dengan kata bola yang baru saja anak itu ucapkan, “Boleh, kakak maafkan. Tapi dengan satu syarat, kamu harus ngajarin kakak main bola, gimana setuju nggak?” tawar Nirmala yang langsung diangguki oleh bocah itu.

***

Di hamparan padang rumput yang luas, Nirmala sekarang sedang berusaha belajar menggiring bola yang sedikit lagi akan kuasai. “Gol….” Sorak anak-anak itu membuat hati Nirmala begitu senang. 

Saat ini sedang membayangkan ia saat di stadion dan mencetak gol pertamanya sepertinya akan sanagat menyenangkan. Hal ini membuat ia makin bertekad untuk menjadi pemain bola professional.

Dengan napas terengah-engah ia memasuki rumah, ia berjalan dengat terinjit-injit agar ibunya tidak tahu kalau dia baru saja pulang dari latihan sepak bola. Kalau ibunya tahu bisa habis ia diomelin sepanjang malam. Namun, semuanya tidak sesuai yang ia rencanakan. Ekor mata Nirmala tidak sengaja menangkap dari seseorang kejauhan sedang bersandar pada kursi yang menjadi penopang tubuhnya. 

Ibunya menatapnya tajam seolah ingin mengintimidasi Nirmala seakan ia seorang  buronan. Seluruh badan Nirmala bergetaran, ia takut ditudingpuluhan pertanyaan yang tak mampu ia jawab sedikit pun, bahkan menurutnya jika hal ini ketahuan akan lebih mengerikan dari pada pergi jalan-jalan dengan pacar.

📚 Artikel Terkait

Bunga Yang Baru Mekar

T.A. Sakti, PRIA DI TUMPUKAN HIKAYAT

Hujan di Meulaboh

Kontibusi Pemuda Melestarikan Bahasa Indonesia

Tujuh tahun yang lalu adalah hari dimana sejarah kelam di keluarga Nirmala dimulai.  Ayahnya Nirmala, meninggal karena mengalami cedera parah pada bagian saraf otak akibat terbentur dengan kepala pemain dari lawan, saat itu, adalah pertandingan Indoneisa melawan China  yang menjadi pertandingan terakhir ayahnya Nirmala. Semenjak kejadian itu, ibunya melarang anak semata wayangnya itu Nirmala untuk menyentuh bola.

***

Sebuah mading dikerumuni oleh banyak siswa, membuat Nirmala ingin sekali melihatnya. “ Dibuka pendaftaran Akademi sepak bola SMAN 1 unggulan!” Baca Anastasia yang spontan membuat Nirmala langsung antusias ingin masuk ke akademi itu. 

Namun, hal yang pertama ia pikirkan adalah bagaimana caranya ia minta izin pada  ibunya, kalau untuk ikut akademi sepak bola pasti ibunya akan menolak mentah-mentah tawaran itu. “bagaimana kalau aku bilang ikut KIR aja, kan nilai Bahasa Indonesiaku pun bagus. Jadi nggak akan diragukan lagi kalau alasannya itu.” Monolognya senang saat mendapat ide.

***

Di ruang tamu yang minimalis, ada Nirmala yang sedang kebingungan mencari sepatu bolanya. Seluruh sepatu yang semula tersusun rapi kini berserakan di lantai, Nirmala bingung akan memakai sepatu apa saat ia latihan nanti. “Akhirnya ada juga ini sepatu bola.” Ucapnya sambil mengelap sepatu bola yang sempat ia beli satu tahun yang lalu. Semoga ke depannya sepatu ini dapat mengharumkan nama Indonesia.

***

Kaki jenjangnya semakin mantap saat mengiring bola, semakin hari ia semakin percaya  bahwa ia pasti bisa, meskipun ia harus melawan kodrat seorang wanita yang seharusnya bersifat anggun. 

Satu hal lagi yang ia ragukan sekarang yaitu tentang izin dari ibunya. Menurutnya ibunya akan sangat tidak setuju jika ia tau apa yang anaknya lakukan sekarang.

   “Halo semuanya, apa kabar? Bagaimana kondisi fisik kalian, apakah sudah kalian persiapkan dengan matang? Minggu depan adalah pertandingan pertama kalian, apakah kalian siap?”Ucap coach ke semua  peserta didiknya.

“Apa yang kamu lakukan, tega sekali kamu membohongiku. Apa yang kamu katakan tentang KIR itu?”Ucap wanita paruh baya yang dipanggil ibu oleh Nirmala. Mata Nirmala tertegun sejenak. Pikirannya menangkap apa yang baru saja ibunya katakan kepadanya, rasa waspada masih melekat pada benaknya. Mungkinkah ibunya sudah tau tentang akademi sepak bola itu. Pikirannya berkeliaran ke mana-mana seolah ia ingin kabur segera agar tidak dapat memikirkan apa jawaban atas pertanyaan mendadak tersebut.

“Jawab, apa itu KIR?” lanjut ibunya saat mendapati anaknya masih berdiri di posisi semula tanpa bergerak sedikit pun. “KIR itu Karya Ilmiah Remaja.” Jawab Nirmala yang langsung di angguki oleh ibunya.

***

Terdengar suara komentator menggelegar di seluruh penjuru stadion, mungumumkan hasil pertandingan yang juarai oleh SMAN 1 Unggulan. Pertandingan antara SMAN 1 unggulan dan SMK Terpadu adalah ajang yang menjadi perbincangan hangat  semua sekolah, hal ini dikarenakan di dalam tim SMANSA terdapat seorang striker perempuan yang bermain dengan taktik cepat, konsisten, dan gol. Bukan hanya soal taktik permainan, tapi ini soal keyakinan bahwa perbedaan bukan hal yang menjadi terhalangnya suatu bakat. 

***

 Setelah pertandingan itu selesai Nirmala langsung pulang ke rumah “Assalamu’alaikum, bu. misalnya besok dipanggil ke sekolah ibu datang ya!” tutur Nirmala pelan-pelan. “ Hm, buat masalah apalagi kamu?” ucap ibunya dingin. “Pokoknya ibu datang aja, Insya Allah nggak akan terjadi apa-apa kok bu.” Sahut nirmala lagi untuk meyakinkan ibunya jika besok tidak akan terjadi apa-apa.

***

Namanya dipanggil dengan bangga, ia maju ke depan untuk menerima penghargaan. Hari ini ia akan dipindahkan ke akademi sepak bola impiannya. Ibunya mengizinkan cita-cita anaknya itu, bagi Nirmala bakat yang kita miliki harus kita asah. Jangan kita pendam, kita harus yakin bahwa perbedaan bukanlah hal yang membuat kita terhalang untuk mewujudkan bakat yang kita miliki.  

Terhipnotis: hilang ingatan, dikendalikan 

Striker: seorang penyerang dalam pemainan sepak bola atau pencetak gol

Coach: pelatih

KIR: karya ilmiah remaja

📝
Tanggung Jawab Konten
Seluruh isi dan opini dalam artikel ini merupakan tanggung jawab penulis. Redaksi bertugas menyunting tulisan tanpa mengubah subtansi dan maksud yang ingin disampaikan.
Share3SendShareScanShare
Redaksi

Redaksi

Majalah Perempuan Aceh

Related Postingan

Akhir Perjuangan
#Cerpen

Akhir Perjuangan

Oleh Redaksi
2025/07/02
0
184

Faisal. Lulusan S2 dari Studi Pengembangan SDM, Universitas Airlangga Surabaya tahun 2009. Menyukai menulis, terutama fiksi. Beberapa tulisan telah dimuat...

Baca SelengkapnyaDetails

Meraih Mimpi

Sepatu Kiri di Kali Condet

Postingan Selanjutnya

Rumah Sahroni pun Jadi Amukan Rakyat

Arsip, Memori Bangsa yang Terancam Bara

Gelombang Riba di Era Finansialisasi Global

Mendidik Anak di Tengah Rusaknya Sistem

RUU Perampasan Aset Tak Kunjung Dibahas, Rakyat Sendiri Merampasnya

Negara Gagal Ketika Anak Muda Turun ke Jalan dan Mati di Jalanan

POTRET Online

Copyright@potret2025

Media Perempuan Aceh

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Program 1000 Sepeda dan Kursi roda
  • Kirim Tulisan

Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

🔥 Artikel Paling Banyak Dibaca

Kabar Redaksi
Kabar Redaksi
👁️ 1,649 pembaca 📅 2 Feb 2025
Mengelabui Kata Mulia Untuk Senantiasa Istiqamah
Mengelabui Kata Mulia Untuk Senantiasa Istiqamah
👁️ 1,874 pembaca 📅 7 Sep 2025
Menanti Buah Hati di Negeri Orang
Menanti Buah Hati di Negeri Orang
👁️ 1,782 pembaca 📅 11 Sep 2025
Mengintegrasikan Pendidikan Kebangsaan Indonesia dalam Pelatihan Beauty Queen yang Berbudaya dan Berkepribadian Indonesia
Mengintegrasikan Pendidikan Kebangsaan Indonesia dalam Pelatihan Beauty Queen yang Berbudaya dan Berkepribadian Indonesia
👁️ 1,374 pembaca 📅 7 Sep 2025
No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini

Copyright@potret2025

-
00:00
00:00

Queue

Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00