https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
Wednesday, September 24, 2025
No Result
View All Result
POTRET Online
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
POTRET Online
No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
Pariwara
Beranda Artikel

Pameran Tunggal Sketsa Batu Nisan Aceh: Menguak Jejak Sejarah Lewat Batee Jeurat

Redaksi Oleh Redaksi
2 months ago
in Artikel
Reading Time: 3 mins read
A A
0
6
Bagikan
61
Melihat
🔊

Dengarkan Artikel

Oleh Dr Al Chaidar Abdurrahman Puteh

Pameran seni sering kali menjadi jendela untuk melihat perspektif baru terhadap suatu hal yang akrab di mata, namun terabaikan dalam makna. Di antara hiruk-pikuk kehidupan modern di Banda Aceh, sebuah acara seni yang intim dan penuh makna akan segera digelar, menawarkan sebuah perjalanan ke masa lalu yang terukir di atas batu.

Pameran Tunggal Sketsa Batu Nisan Aceh karya seniman Salaudin, yang akan berlangsung di Taman Budaya Aceh dari tanggal 5 hingga 10 Agustus 2025, bukan sekadar pameran biasa. Ini adalah upaya mulia untuk “mengarsip masa lalu lewat batee jeurat”—sebuah frasa yang menawan, yang berarti mendokumentasikan sejarah melalui ukiran batu nisan.


Di balik setiap tarikan garis dan goresan pensil dalam karya-karya Salaudin, terkandung narasi panjang peradaban Aceh. Batu nisan, atau batee jeurat dalam bahasa setempat, adalah artefak budaya yang tak ternilai. Selama ini, benda-benda bersejarah ini mungkin hanya dianggap sebagai penanda kubur, padahal ia adalah ensiklopedia visual yang merekam identitas, status sosial, bahkan nilai-nilai spiritual masyarakat Aceh di masa lampau.

Melalui pameran ini, Salaudin berusaha menarik perhatian publik dari sekadar melihat objek fisik menjadi memahami kedalaman makna yang terkandung di dalamnya. Kurator pameran, Dr. Dedy Afriadi, M.Sn, memuji visi seniman ini, yang berani mengangkat tema yang jarang disentuh dan mengubahnya menjadi sebuah medium seni yang kontemplatif.


Pekerjaan Salaudin melampaui sekadar menyalin bentuk-bentuk fisik. Ia melakukan riset mendalam, mengunjungi situs-situs pemakaman kuno, dan merenungkan setiap ukiran. Setiap sketsa adalah hasil dari dialog antara seniman dengan objeknya, di mana Salaudin mencoba menangkap esensi dari simbol-simbol yang terpahat di batee jeurat.

Ada motif sulur-suluran yang melambangkan kehidupan abadi, kaligrafi Arab yang memuji nama-nama Tuhan, hingga pola-pola geometris yang mencerminkan pandangan kosmologi Islam. Karya-karyanya adalah jembatan yang menghubungkan masa lalu yang terdiam dengan masa kini yang bergerak cepat, memastikan bahwa warisan visual ini tidak hilang ditelan zaman.


Secara historis, batee jeurat di Aceh memiliki kekhasan yang membuatnya istimewa. Dari zaman Kesultanan Aceh Darussalam, batee jeurat dibuat dengan detail yang luar biasa, sering kali mencerminkan status dan kekayaan orang yang dimakamkan.

📚 Artikel Terkait

Oplos-Mengoplos Beras

BNN Kota Lhokseumawe Menggandeng Wartawan Kampanye Anti Narkoba

Melacak Tata Kelola Pendidikan Aceh

Dia

Nisan para bangsawan atau ulama besar memiliki ornamen yang jauh lebih rumit dan material yang lebih berkualitas dibandingkan dengan masyarakat biasa. Di satu sisi, ini menunjukkan hierarki sosial, namun di sisi lain, ini juga menandakan tingginya apresiasi terhadap seni ukir. Pameran Salaudin adalah penghargaan terhadap para seniman ukir anonim di masa lalu yang telah meninggalkan warisan seni yang tak ternilai harganya.

Melalui goresan pensilnya, Salaudin memberikan mereka “suara” kembali, memvisualisasikan keahlian luar biasa yang telah lama tersembunyi.
Pameran ini tidak hanya menawarkan pengalaman visual, tetapi juga edukatif.

Dengan tema yang diusung, para pengunjung diajak untuk merenungkan kembali pentingnya melestarikan peninggalan budaya. Pameran ini seolah menjadi sebuah peringatan bahwa sejarah tidak hanya ada di buku-buku tebal, tetapi juga tersebar di sekeliling kita, menunggu untuk dibaca dan dimaknai. Selain itu, pameran ini juga menjadi bukti bahwa medium sketsa, yang sering kali dianggap sebagai tahapan awal dalam proses artistik, dapat berdiri sendiri sebagai karya seni yang kuat dan berkarakter.

Garis-garis tegas, arsiran yang halus, dan kontras yang dihasilkan oleh pensil di atas kertas memiliki daya tarik yang unik, mampu menyampaikan tekstur dan kedalaman sejarah dengan cara yang personal dan intim.


Taman Budaya Aceh, sebagai tuan rumah, adalah tempat yang sangat tepat untuk pameran semacam ini. Dikenal sebagai pusat kegiatan seni dan budaya di Banda Aceh, Taman Budaya telah lama menjadi etalase bagi berbagai ekspresi kreatif.

Pameran ini akan semakin mengukuhkan peran Taman Budaya sebagai “laboratorium” kreatif yang mewadahi interaksi antara seniman, akademisi, dan masyarakat. Lokasinya yang strategis di kawasan cagar budaya turut menambah kekhidmatan pameran ini, seolah pameran ini adalah bagian tak terpisahkan dari lanskap sejarah Aceh itu sendiri.


Untuk melengkapi pameran, Salaudin juga akan mengadakan workshop sketsa dari tanggal 7 hingga 9 Agustus 2025. Workshop ini adalah inisiatif yang brilian, karena memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk tidak hanya menjadi penikmat, tetapi juga pelaku. Dalam workshop ini, peserta akan diajarkan teknik dasar sketsa serta cara mengamati dan menginterpretasi objek-objek bersejarah seperti batee jeurat. Ini adalah cara praktis untuk menumbuhkan kepedulian terhadap warisan budaya dan melahirkan generasi baru yang tidak hanya menghargai seni, tetapi juga sejarah di baliknya. Peserta diharapkan dapat pulang dengan tidak hanya membawa karya sketsa mereka, tetapi juga pemahaman yang lebih dalam tentang batee jeurat sebagai identitas budaya.


Pameran Tunggal Sketsa Batu Nisan Aceh karya Salaudin adalah contoh nyata bagaimana seni dapat berfungsi sebagai alat untuk melestarikan dan memperkenalkan kembali warisan budaya kepada publik. Di tengah derasnya arus globalisasi yang sering kali mengikis identitas lokal, pameran ini tampil sebagai pengingat penting bahwa kekuatan sebuah peradaban terletak pada kemampuannya untuk menghargai dan merawat jejak-jejak masa lalunya. Ini adalah undangan terbuka bagi setiap warga Aceh dan para pencinta seni untuk datang, menyaksikan, dan merenungkan kembali keagungan sejarah yang terukir di atas batu. Melalui sketsa-sketsa Salaudin, kita belajar bahwa batee jeurat bukanlah akhir dari sebuah cerita, melainkan awal dari sebuah narasi yang tak pernah usai.

📝
Tanggung Jawab Konten
Seluruh isi dan opini dalam artikel ini merupakan tanggung jawab penulis. Redaksi bertugas menyunting tulisan tanpa mengubah subtansi dan maksud yang ingin disampaikan.
Share2SendShareScanShare
Redaksi

Redaksi

Majalah Perempuan Aceh

Related Postingan

Artikel

Ibu, Aku Ingin Memelukmu

Oleh Redaksi
2016/12/08
0
51

Oleh Rahmida Sari Pagan Mahasiswi Jurusan Perbankan Syariah, Semester I, FEBI UIN Ar-Raniry, Darusaalam, Banda Aceh Keluarga. Keluarga adalah tempat...

Baca SelengkapnyaDetails

KONSEP DASAR PENELITIAN TINDAKAN KELAS(Classroom Action Research)

Perempuan Sebagai Inspirator

Postingan Selanjutnya
Inspirasi Festival Kitiran Sriharjo 2025: Harmoni Budaya dan Kreativitas Masyarakat

Inspirasi Festival Kitiran Sriharjo 2025: Harmoni Budaya dan Kreativitas Masyarakat

Ada KKN Kolaborasi 2025 di sanggar Wahana Puspa Budaya, Hosnatun: "Ilmu Akan Saya Berikan Sebelum Saya Mati"‎

Mengenal Salaudin, Seniman Lukis dari Aceh

Literasi di Jalanan Blora

Kami Hanya Ingin Didengar

POTRET Online

Copyright@potret2025

Media Perempuan Aceh

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Program 1000 Sepeda dan Kursi roda
  • Kirim Tulisan

Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

🔥 Artikel Paling Banyak Dibaca

Kabar Redaksi
Kabar Redaksi
👁️ 1,167 pembaca 📅 2 Feb 2025
Mengelabui Kata Mulia Untuk Senantiasa Istiqamah
Mengelabui Kata Mulia Untuk Senantiasa Istiqamah
👁️ 1,455 pembaca 📅 7 Sep 2025
Menanti Buah Hati di Negeri Orang
Menanti Buah Hati di Negeri Orang
👁️ 1,341 pembaca 📅 11 Sep 2025
Mengintegrasikan Pendidikan Kebangsaan Indonesia dalam Pelatihan Beauty Queen yang Berbudaya dan Berkepribadian Indonesia
Mengintegrasikan Pendidikan Kebangsaan Indonesia dalam Pelatihan Beauty Queen yang Berbudaya dan Berkepribadian Indonesia
👁️ 1,047 pembaca 📅 7 Sep 2025
No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini

Copyright@potret2025

-
00:00
00:00

Queue

Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00