Dengarkan Artikel
Oleh SYAQHIRA CAMYLA
Siswa kelas X SMAN Unggul Pidie Jaya.
Suasana tenteram terasa di pagi hari. Burung-burung berkicau seolah bersenandung ria di altar angkasa,membuat siapa saja yang mendengarnya seakan terbang dibuatnya.
Pagi itu, sehabis saya melakukan rutinitas pagi yang menjadi hal wajib untuk dikerjakan. Pandangan saya tanpa sengaja teralih ke handphone saat mendengar suara notifikasi WhatsApp yang menjadi tempat silaturahmi secara daring bagi semua orang. “Assalamu’alaikum, Syaqhira.” Bacaku dalam hati saat membuka aplikasi itu, melihat nama siapa yang mengirimkan pesan tersebut membuat saya langsung membalasnya.
“Wa’alaikumsalam, Ustadz.” Tanpa berselang lama beliau langsung mulai mengetik kembali. “Jadi begini Syaqhira, kamu mau tidak untuk menjadi utusan dari SMAN Unggul untuk mengikuti acara pelatihan Bedah buku di perpustakaan dan arsip daerah Pidie Jaya .” ? Saat membacanya saya lumayan tersentak mendengar tawaran yang sungguh luar biasa ini.
Tanpa pikir panjang, saya langsung mengiyakan ajakan yang membuat saya tidak sabar untuk mengikuti pelatihan tersebut, padahal saat itu saya tidak tahu kapan pelatihannya akan dimulai dan siapa narasumbernya, sangking antusiasnya saya kayaknya melebihi anak TK yang diajak untuk membeli coklat oleh orang tuanya.
Malam harinya saya kembali terlarut pada ajakan tadi pagi. “Wih, nggak sabar nih buat tanggal 1 Juli, pasti seru banget itu. Ada banyak buku jadi aku bisa baca banyak-banyak, untuk nambah pengalaman buat mengarang cerpen. Siapa tahu nanti kalau sudah pengumuman hasil FLS3N kemarin, aku yang maju di provinsi buat mewakili kabupaten Pidie Jaya.” Ocehku sambil berkhayal tentang hari yang akan datang.
Allahu-akbar Allahu-akbar, La ilahaillah. Begitulah azan berkumandang membuat saya terbangun dan beranjak dari kasur hendak menuju ke kamar mandi untuk mandi serta wudhu. “Assalamu’alaikum warahmatullah.” Setelah melaksanakan shalat subuh saya langsung mengerjakan hal yang selalu saya kerjakan, sehingga menjadi ritual yang wajib dilakukan saat pagi hari seperti beres-beres rumah.
Namun, di sela-sela kesibukan pagi hari yang sedang saya kerjakan, tiba-tiba saja lintas dalam pikiran kalau hari ini ada pelatihan yang harus saya hadiri.
Sebuah gedung bercorak modern berdiri megah di sisi komplek perkantoran Cot Trieng. Di dalamnya mulai terisi oleh peserta bedah buku hari ini. Acara pun dibuka dengan sederhana. Namun, pandangan saya hanya tertuju pada seorang laki-laki berkacamata di kepalanya. Seorang moderator mulai berbicara dengan gagah. “Pada hari ini, kita kedatangan seorang narasumber hebat dengan berbagai prestasinya dan kerja kerasnya. Sejak tahun 90 an, beliau sudah aktif dalam bidang sastra. Sehingga, sekarang beliau sudah menulis ribuan tulisan artikel. Sungguh luar biasa beliau ini.” Kata pak Mashadi dengan bangganya.
Seorang pria bernama Tabrani Yunis berdiri di hadapan semua peserta. Tanpa disangka, sejak tahun 2003, beliaulah yang telah mendirikan perusahaan majalah POTRET. Majalah yang menjadi majalah kesukaan saya, saya adalah seorang siswa SMAN Unggul Pidie Jaya yang selalu menanti kabar dari seorang wali kelas saya tentang usulan permintaan majalah POTRET dari Banda Aceh diterima. Namun, usaha tidak mengkhianati hasil, akhirnya usulan itu diterima oleh pihak majalah POTRET saat itu, membuat saya sungguh bahagia.
Tanpa saya sadari, pria yang menjadi cikal bakal terbitnya majalah POTRET hadir di hadapan saya. Dengan gagah beliau berseru. “ Tanpa kita sadari, ketika kita menulis, kita menciptaka kebahagiaan buat kita dan orang lain. Tunjukkan bahwa kamu layak dikenal luas! jangan takut terkenal,kalau kalian terkenal semua gratis kayak saya.” Ucap beliau sehingga membuat semua orang tertawa.
Sebuah motivasi yang sangat berbekas sampai sekarang.Jiwa saya seperti terpanggil oleh setiap ucapan yang beliau katakan seakan-akan ucapan beliau berkata lembut pada rohani ini -pulang nak, pulang ini rumah kamu!- .
Saat sesi tanya jawab dibuka, suara ibu-ibu berhasil menyuri perhatian saya. Dari sisi belakang saya mendongak berharap dapat melihat wajah ibu itu. Suara itu membuat saya terlempar kembali ke acara MPLS 2024 di SMAN Unggul Pidie Jaya.
Sepertinya saya begitu mengenal suara itu, alangkah terkejutnya saya kala mengetahui suara itu berasal dari ibu Wina. Beliau adalah motivator saat MPLS itu, beliau berhasil membuat batin kami yang rindu akan rumah seketika fokus kepada tujuan utama kami. “ Jika kalian fokus akan tujuan kita insya Allah pasti akan tercapai. Ingat Nak, kIta tidak butuh validasi yang kita butuh adalah aksi.” Ucapnya lembut membuat seluruh jiwa raga angkatan 16 SMAN Unggul tertumpu pada satu tujuan yaitu belajar.
Acara Bedah buku ini bukan sekadar tempat sharing, melainkan tempat silaturahmi dan juga tempat para penulis yang andal di masa depan berkumpul untuk menggali kembali jati diri mereka yang masih terkubur.
🔥 5 Artikel Terbanyak Dibaca Minggu Ini





