Oleh Diro Aritonang
Kutulis puisi yang bukan puisi
tak ada metafora tak ada imaji
apa kata hati kutulis penuh emosi
kutulis puisi yang bukan puisi
tak ada irama tak ada metonymi
puisi transparan ungkap kata hati
hanya ingin kusebut yang berempati
nama-nama penyair di dunia
yang tersentuh hati
pada kebesaran nama Krakatau
yang telah menunjukkan kemurkaan
sekaligus menunjukan keindahan
nilai kemanaan hidup
kutulis puisi yang bukan puisi
pada mereka, semua penyair
tersentuh ilmu pengetahuan
tersentuh langit yang memerah
tersentuh matahari terbenam
tersentuh perasaan cinta
tersugesti fenomena krakatau
memori letusan yang mempesona
sekaligus mematikan
seperti sugesti Alfred Lord Tennyson
memindahkan Krakatau dalam St Telemachus,
tentang terbenamnya seratus matahari
surat puitik โNatureโ Gerard Manley Hopkins
matahari terbenam di Krakatau
Ravi Panamanna dari India
letusan Krakatau ada dalam diri manusia
manisnya puisi Aimรฉ Cรฉsaire
dalam โLost Bodyโ menjadi Krakatau
Lisa Arnold yang melihat
warna Transient Krakatau
keterpesonaan tak terhingga
efek global Krakatau mendunia
hingga dalam citraan dan pikiran
banyak lagi penyair dunia
tersentuh dan tergugah
diungkap penuh perasaan mendalam
seperti Robert Guerrero
dalam puisinya “Krakatoa All Over Again”
mengangkat perasaan Australia
juga Jennifer Willoughby
puisi yang menggugah “Your Wife As Krakatoa, 1883”
tentang amukan Krakatau yang menghancurkan
tak kalah puisi Yoseph Michael Subekti
yang mengingatkan “Krakatoa Island of Volcano”
jika anda di sana, hidup akan hilang
mati oleh abu dan racun gas.
puisi “Krakatoa” David Rowbotham
penyair Queensland, mengungkap puitis
laut menagis seperti setan
dasar laut berderit, diam-diam
ikan mati mengambang, burung mengelam
coretan puitik Joan Colby “Burdock”
merubah perjalanan ke Krakatoa
dari fumeroles kecil orgiastic
dalam tekad untuk meledak
bahkan Sarah Lindsay
ungkap Krakatau berpisah dengan suara menyilaukan
dalam “Elegi for The Quangga” yang ironis
aku tulis puisi yang bukan puisi
walau aku tak habis bertanya dalam diri
tak menemui penyair bangsaku sendiri
apa hanya Muhammad Saleh
aku tak tahu dimana hati penyair bangsaku
dimana rasa empati puluhan ribu yang mati
yang disiksa penjajah dan tsunami
sementara dunia matanya berkaca-kaca
aku tulis puisi yang bukan puisi
atas hormatku pada penyair yang berempati
kagum pada dampak letusan Krakatau
seperti Alan Gould lewat “Krakatoa” yang mencekam
Silas mengungkap “It’s Krakatoa Tonight”
penuh kedalaman cinta
“Krakatoa” TheresaC dengan imaji tinggi
aroma mistik, ritual, ancaman nasib
makna abu dan debu
akan kecemasan dan kebencian
cerita puitis Neela Dolezal tentang kehidupan baru
hadirnya “Anak Krakatau” dari kisah menyedihkan
langit yang gelap, gelombang pasang menyapu desa
36.000 pergi selamanya
sampai “Sight” Wilfrid Wilson Gibson
yang mencari perumpamaan, dalam penglihatan
lebih merah dari api Krakatau.
kutulis puisi yang bukan puisi
tidak sebatas puisi
empati pun tumbuh di hati musisi
lirik-lirik musik agungkan Krakatau
John Curulewski dari band Styx
Krakatau menjadi sifat keangkaraan
sebagai sendawa api bumi
juga “Krakatau” Saxon
berkisah tentang Krakatau
bumi adalah Sunda dengan raungan mematikan
“Over Krakatoa” bersama Nektar
umpama aku lebih Krakatau dari pada microlite
lirik puitik yang panjang “Lava”
lagu The B-52 yang penuh emosi
hatiku bagai Krakatau
hidupkan lahar cinta
jangan lahar cinta berubah jadi batu
lahar panas
lahar panas
lahar merah panas
gairah
lahar gairah
lahar api merah
Kalianda, Bandung, 2013-2014