Oleh Reza Fahlevi
Setelah kau pergi jauh
Semua yang tertinggal hanyalah kenangan
Dan aku terpuruk
Aku terbenam
Karena kenangan bersamamu menghadirkan sejuta senyuman
Senyuman yang ingin kulupakan
Tapi tak kunjung bisa
Ya…
Aku terbenam
Layaknya langit biru yang menghitam di kala malam tak berbintang
Terasa sunyi
Terasa begitu sepi kehidupan ini
Hingga membuatku hancur dari dalam
Bahkan kepingan kehancurannya benar-benar menjadi abu
Nadi berdetak tak karuan
Karena aku berpikir seharusnya kau menjadi wanita yang terus hidup berdampingan denganku
Dan…
Kenyataan yang kuhadapi
Adalah sesuatu yang sangat mustahil dapat kulewati
Karena seharusnya
Ungkapan cinta ini pernah sampai padamu
Tapi malah tersangkut abadi di relung sukmaku
Aku pun hidup dalam penyesalan panjang
Sampai-sampai dunia ini terlihat sama sekali tidak bermasa depan
Aku mencoba segala cara untuk terpisah dari radar kenanganmu
Tidak mudah
Aku… memaksa diri menutup semua halaman diary tentangmu
Selalu saja gagal
Aku hancur
Aku mati
Meski masih bernapas
Tapi
Ada sesuatu yang berbisik
Bisikan itu seolah-olah berkata agar aku bertahan dalam situasi sekarat
Dan, bisikan itu… entah kenapa aku terus mendengarnya
Aku terus bertahan hidup meski terluka
Aku terombang ambing di tengah keramaian
Aku terus mencoba hidup meskipun telah mati
Tanpamu… rasanya duniaku telah berakhir
Tanpamu… rasanya aku sudah tak bisa hidup lagi
Sampai pada akhirnya aku mulai terbiasa dengan semua luka cinta ini
Kutulis sebuah puisi sebagai jejak
Jejak di mana diriku mencoba melepas semua kenangan masa lalu
Kenangan tentangmu
Lalu… kucoba bergumam pada diri sendiri
Tanpamu, aku memang mati
Tapi tanpamu juga aku kembali hidup
Aku mencoba berbisik pada batin yang hancur ini
Tanpamu, aku memang terbenam jauh ke dasar bumi
Tapi tanpamu juga aku kembali bangkit dari dalam kubur
Aku mencoba menerka-nerka
Tanpamu, aku menjadi lelaki paling tersiksa di dunia
Tapi, tanpa kehadiranmu juga aku masih merasa bagaikan seorang pria sejati
Yang sudah berdamai dengan segala luka
Entah apa ini
Aku seperti sudah mulai terbiasa dengan semua luka cinta yang terpendam ini
Aku tidak lagi sedih setiap saat melihat wajahmu di seberang sana
Dan aku juga tidak lagi peduli setiap saat melihatmu mesra bersamanya
Di depan mataku
Entah aku yang sudah pulih
Atau hatiku yang sudah hilang rasa
Kini, aku menatapmu sebagai wanita biasa
Yang mana kau dan aku tak pernah memiliki kenangan bersama
Baru kusadari
Tangisanku dulu saat melihat cincin melingkar di jari manismu
Kini benar-benar berubah menjadi wujud kebahagiaan untukku
Karna…
Aku ingin mengakhiri kisah kita dalam cerita yang penuh dengan senyuman
Kini kurasa akhir dari kisah kita benar-benar menjadi sebuah senyuman manis
Sepertinya
Tanpamu… kehidupanku masih tertata baik
Walaupun sempat terseok-seok
dan tersesat di sebuah dunia imajinasi yang menjebakku dalam mimpi terburuk
Ternyata
Tanpamu
Aku masih laki-laki yang tetap butuh cinta
Aku tidak mati rasa meski ada fobia yang menghantui cita-cita
Engkau yang sudah bahagia
Dan aku yang sudah kembali menemukan asa
Kita berdua… tak perlu merekayasa kenyataan untuk menghibur sisi kegelapan
Aku… tak perlu berandai-andai lagi untuk memaksa takdir berubah
Sebab kini, aku telah menyadari sebuah rahasia suci
Ujung kisah kita memang diawali dengan tangisan pilu di sisiku
Juga senyuman palsu yang kau tunjukkan khusus untukku
Akan tetapi, kau dan aku sudah berakhir
Maka, sudah saatnya menutup lembar kenangan kita di dalam sebuah buku harian
Buku kenangan ini
Biarkan saja berdebu dan terlupakan
Pada akhirnya
Pertemuan kita di hari-hari lain
Bukan untuk saling mencintai
Bukan juga untuk mengenang ingatan yang dulu pernah menjadi sesuatu yang sangat berkesan
Kini, kita saling bertemu sebagai dua orang asing
Kita adalah pelupa yang sudah tak perlu menyembunyikan keaslian
Aku tanpamu
Dan kau tanpaku
Kita masih baik-baik saja
Dengan cara masing-masing
Dan tanpamu di sisiku
Kini kusadari
Ternyata aku masih bisa merangkai puisi
Aku pun juga masih menulis novel