• Terbaru
Pengemis, Antara Profesi dan Kondisi Kemiskinan?

Pengemis, Antara Profesi dan Kondisi Kemiskinan?

December 14, 2024

‎Lukisan Sepasang Bangau, Cerita Pendek dan Puisi Dua Larik di Warung Kopi

November 14, 2025

Menangguh Politik Hukum Ijazah Palsu

November 14, 2025

Nyanyian Terakhir Cenderawasih

November 14, 2025

Menjaga Integritas dan Kesehatan Finalis Melalui Gerakan Self Love

November 13, 2025

Serangkai Puisi Alkhair Aljohore

November 13, 2025

Rumah Tuhan pun Dikorupsi, Kurang Brengsek Apa Korupsi di Negeri Ini

November 13, 2025

Puisi-Puisi S.Sigit Prasojo

November 13, 2025

Membaca Anugerah Fiksi Szalay dan Deem

November 13, 2025

Bali Istimewa (yang) bukan Daerah Istimewa

November 13, 2025
Pendekatan Parindra Terhadap Kaum Marhaen di Jambi: Nasionalisme dan Gerakan Ekonomi Rakyat

Pendekatan Parindra Terhadap Kaum Marhaen di Jambi: Nasionalisme dan Gerakan Ekonomi Rakyat

November 12, 2025

Hening, Diam dan Sunyi

November 12, 2025

BENGKEL OPINI RAKyat

November 12, 2025
Friday, November 14, 2025
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat
  • Login
  • Register
POTRET Online
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat
No Result
View All Result
POTRET Online
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat
No Result
View All Result
Plugin Install : Cart Icon need WooCommerce plugin to be installed.
POTRET Online
No Result
View All Result

Pengemis, Antara Profesi dan Kondisi Kemiskinan?

RedaksiOleh Redaksi
December 14, 2024
0
Reading Time: 4 mins read
Tags: #pengemis
Pengemis, Antara Profesi dan Kondisi Kemiskinan?
🔊

Dengarkan Artikel

Oleh: Faisal Ali Bahagia

Prodi Ekonomi Syariah, Pascasarjana UIN Ar-Raniry, Banda Aceh

Mengemis, sering kali memicu perdebatan tentang apakah aktivitas ini merupakan profesi atau hanya cerminan kondisi yang memaksa atau terpaksa mengemis. Dalam banyak kasus, mengemis adalah hasil dari keadaan sulit seperti kemiskinan ekstrem, kehilangan pekerjaan, kurangnya pendidikan, atau keterbatasan fisik. Kondisi ini membuat seseorang terpaksa meminta-minta demi bertahan hidup.

Dalam konteks seperti ini, mengemis bukanlah pilihan, melainkan refleksi dari kegagalan sistem sosial dalam menyediakan jaring pengaman yang memadai. Di Aceh, dengan nilai-nilai syariah yang kuat, kewajiban membantu kaum dhuafa melalui zakat, infak, dan sedekah menjadi solusi ideal untuk mengurangi fenomena ini. Namun, tidak dapat dimungkiri bahwa ada pula individu yang menjadikan mengemis sebagai aktivitas berulang atau bahkan profesi.

Beberapa orang sengaja memilih untuk mengemis, karena melihatnya sebagai cara mudah untuk mendapatkan uang tanpa harus bekerja keras. Hal ini terkadang melibatkan sindikat yang memperkerjakan pengemis secara terorganisir, sehingga menciptakan tantangan moral dan sosial.

Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk bersikap bijak, dengan memberikan bantuan kepada mereka yang benar-benar membutuhkan sambil mendorong upaya pemberdayaan ekonomi, seperti pelatihan keterampilan atau modal usaha mikro. Selain itu, pengawasan dan penegakan hukum yang tegas diperlukan untuk mencegah eksploitasi. Dengan pendekatan yang seimbang, fenomena mengemis dapat ditangani secara lebih manusiawi sekaligus mendorong kemandirian.

Ada juga fenomena saat ini pengemis yang berinovasi dalam mendapatkan pendapatan dengan menjual rasa iba dengan produk seperti “jambu biji” yang tidak memiliki kejelasan harga adalah sebuah fenomena yang terjadi saat ini di kota Banda Aceh. Pada satu sisi, pendekatan ini tampak seperti memanfaatkan empati konsumen sebagai daya tarik utama.

“Rasa iiba” di sini mungkin merujuk pada kisah emosional yang dikaitkan dengan produk tersebut. Hal ini terjadi beberapa tempat yang diobservasi, seperti warkop area Darussalam dan simpang lampu merah yang ada di kota Banda Aceh.

Seperti yang terjadi pada seorang anak yang berumur 9-14 tahun yang berjualan jambi biji di area tertentu,  pada saat jualan anak tersebut tidak menyebutkan harganya. Sehingga setiap pembelimempunyai harga yang relatif  berbeda. Ini adalah strategi yang sering digunakan untuk menumbuhkan rasa iba dan dukungan konsumen.

📚 Artikel Terkait

Menulis Dibayar

🚩SELAMAT PAGI MERAH PUTIH

Kita Butuh Sekolah Literat

Kapolresta Banda Aceh dan Aceh Besar Kerja Sama dengan Kacabdisdik Sosialisasikan Perilaku Negatif Pelajar

Fenomena pengemis yang menjual “rasa hiba” dengan menawarkan produk seperti jambu biji, tanpa kejelasan harga mengundang banyak pertanyaan menarik, baik dari sisi sosial maupun etis. Dalam konteks ini, “jualan” yang dilakukan bukan sekadar menjajakan barang, tetapi lebih banyak bermain pada emosi orang yang melintas rasa iba terhadap mereka yang terlihat membutuhkan.

Di satu sisi, langkah ini bisa dianggap sebagai bentuk kreatif dalam mencari rezeki. Dibandingkan hanya meminta-minta tanpa memberi imbalan apa pun, menawarkan barang, meskipun kecil seperti jambu biji menunjukkan usaha untuk memberi nilai tukar, meskipun harganya sering kali diabaikan oleh pembeli,karena didorong rasa iba. Model ini juga bisa dilihat sebagai upaya “pengemis modern” untuk tetap mempertahankan martabat mereka di tengah sulitnya kehidupan.

Namun, tanpa kejelasan harga, ada potensi manipulasi emosi. Rasa iba yang dibangun dapat dianggap sebagai cara eksploitasi psikologis. Apalagi jika barang yang dijual hanya menjadi simbolis, bukan nilai utama dari transaksi itu sendiri. Situasi ini memicu dilema: apakah kita benar-benar membantu atau justru mendukung budaya yang tidak transparan?

Jika dilihat dari sudut pandang sosial, penting bagi masyarakat untuk mendukung solusi yang lebih berkelanjutan, seperti pemberdayaan ekonomi dan edukasi, daripada hanya memberikan bantuan instan yang mungkin tidak menyelesaikan akar permasalahan. Memberi sedekah tentu baik, tapi memastikan bahwa bantuan tersebut memiliki dampak positif jangka panjang adalah tanggung jawab bersama.

Sebagai refleksi, pengemis dengan pendekatan ini seakan mengaburkan garis antara bekerja dan meminta-minta.

Masyarakat, sebagai bagian dari sistem sosial, perlu memikirkan cara agar bantuan yang diberikan lebih memberdayakan, bukan hanya mengobati rasa iba sesaat.

Pemerintah memiliki peran penting dalam menangani  fenomena pengemis yang menjual “rasa iba” dengan menawarkan produk simbolis seperti jambu biji, tanpa kejelasan harga. Langkah pertama yang perlu diambil adalah memberdayakan kelompok rentan melalui program pelatihan keterampilan dan bantuan modal usaha mikro.

Dengan memberikan peluang untuk berwirausaha, mereka dapat beralih dari meminta-minta menjadi pelaku ekonomi yang lebih mandiri. Selain itu, pemerintah juga harus mengatur dan mengawasi aktivitas pengemis melalui regulasi yang jelas, termasuk mencegah eksploitasi oleh pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan mereka untuk keuntungan pribadi.

Tidak kalah penting, bantuan sosial yang tepat sasaran harus terus diperkuat, seperti Program Keluarga Harapan (PKH) atau penyediaan rumah singgah yang tidak hanya memberikan tempat tinggal sementara, tetapi juga pembinaan dan dukungan psikologis. Di sisi lain, edukasi masyarakat juga menjadi kunci agar mereka lebih memilih mendukung program pemberdayaan dibandingkan sekadar memberikan uang kepada pengemis.

Melalui kampanye sosial dan kerja sama dengan lembaga swasta, serta organisasi non-pemerintah, pemerintah dapat menciptakan pendekatan terpadu untuk mengatasi masalah ini. Dengan langkah-langkah tersebut, fenomena ini tidak hanya dapat diminimalkan, tetapi juga dapat membuka jalan bagi kehidupan yang lebih bermartabat bagi para pengemis

 

🔥 5 Artikel Terbanyak Dibaca Minggu Ini

Pria Yang Merindukan Prostatnya
Pria Yang Merindukan Prostatnya
28 Feb 2025 • 227x dibaca (7 hari)
Oposisi Itu Terhormat
Oposisi Itu Terhormat
3 Mar 2025 • 209x dibaca (7 hari)
Keriuhan Media Sosial atas Kasus Keracunan Program Makan Bergizi Gratis (MBG)
Keriuhan Media Sosial atas Kasus Keracunan Program Makan Bergizi Gratis (MBG)
2 Oct 2025 • 180x dibaca (7 hari)
Hancurnya Sebuah Kemewahan
Hancurnya Sebuah Kemewahan
28 Feb 2025 • 168x dibaca (7 hari)
Hari Ampunan
Hari Ampunan
1 Mar 2025 • 159x dibaca (7 hari)
📝
Tanggung Jawab Konten
Seluruh isi dan opini dalam artikel ini merupakan tanggung jawab penulis. Redaksi bertugas menyunting tulisan tanpa mengubah subtansi dan maksud yang ingin disampaikan.
Tags: #pengemis
Redaksi

Redaksi

Majalah Perempuan Aceh

Artikel

Menulis Dengan Jujur

Oleh Tabrani YunisSeptember 9, 2025
#Gerakan Menulis

Tak Sempat Menulis

Oleh Tabrani YunisJuly 12, 2025
#Sumatera Utara

Sengketa Terpelihara

Oleh Tabrani YunisJune 5, 2025
Puisi

Eleği Negeriku  Yang Gelap Gulita

Oleh Tabrani YunisJune 3, 2025
Puisi

Kegalauan Bapak

Oleh Tabrani YunisMay 29, 2025

Populer

  • Gemerlap Aceh, Menelusuri Emperom dan Menyibak Goheng

    Gemerlap Aceh, Menelusuri Emperom dan Menyibak Goheng

    162 shares
    Share 65 Tweet 41
  • Inilah Situs Menulis Artikel dibayar

    153 shares
    Share 61 Tweet 38
  • Peran Coaching Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan

    145 shares
    Share 58 Tweet 36
  • Korupsi Sebagai Jalur Karier di Konoha?

    57 shares
    Share 23 Tweet 14
  • Lomba Menulis Agustus 2025

    51 shares
    Share 20 Tweet 13

HABA MANGAT

Haba Mangat

Tema Lomba Menulis November 2025

Oleh Redaksi
November 10, 2025
Haba Mangat

Tema Lomba Menulis Bulan Oktober 2025

Oleh Redaksi
October 7, 2025
Haba Mangat

Pemenang Lomba Menulis – Edisi Agustus 2025

Oleh Redaksi
September 10, 2025
Postingan Selanjutnya
Di Balik Senyum Murung

Di Balik Senyum Murung

  • Kirim Tulisan
  • Program 1000 Sepeda dan Kursi roda
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Tentang Kami
  • Kirim Tulisan
  • Program 1000 Sepeda dan Kursi roda
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Tentang Kami

INFO REDAKSI

Tema Lomba Menulis November 2025

November 10, 2025

Tema Lomba Menulis Bulan Oktober 2025

October 7, 2025

Pemenang Lomba Menulis – Edisi Agustus 2025

September 10, 2025

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat

© 2025 Potret Online - Semua Hak Cipta Dilindungi

-
00:00
00:00

Queue

Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00