https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
Wednesday, July 16, 2025
No Result
View All Result
POTRET Online
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
POTRET Online
No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
Pariwara
Beranda Essay

Seribu Senja di Blangpidie

Redaksi Oleh Redaksi
4 years ago
in Essay, Kenangan, nostalgia
Reading Time: 3 mins read
A A
0
5
Bagikan
52
Melihat

 

Oleh Syamsuarni Setia

Di Banda Aceh

       Foto ini mengingatkan semua peristiwa tanggal 23 Juli 2013 dalam perjalanan ke Bakongan. Berangkat dari Banda Aceh usai shalat subuh, lebih kurang pukul 5.30 wib. Nyetir sendiri dengan melafadkan: “Bismillahirrahmanirrahim”. 

       Kalau tidak salah ingat sekitar pukul 08.00 tiba di Calang untuk ngopi dan sarapan pagi keluarga. Ada sekitar 1 jam di Calang dan pukul 09.00 wib meninggalkan Calang dan tiba di Meulaboh  sekitar pukul 10 WIB atau 1 jam perjalanan dari Calang. Tidak lama di Meulaboh karena tidak ada acara makan minum, kecuali hanya untuk membeli “pisang brat” atau sering disebut di Banda Aceh pisang ambon. Beda dengan di Banda Aceh, di Meulaboh pisang brat bukan barang langka karena banyak dijual. 

      Dari Meulaboh perjalanan agak santai karena rencana menginap di Blangpidie. Lebih kurang pukul 11.30 wib tiba di persimpangan tugu Cot Mane mendekati Kota Blangpidie. Disini saya berhenti sejenak dipersimpangan antara dua jalan lewat Pulau Kayu Susoh atau melalui Guhang untuk tiba di Blangpidie. 

Perasaan ingin lewat Pulau Kayu, walaupun perjalanan agak lama berhubung dengan kilometer yang panjang. Tapi, akhirnya kenangan mengalahkan keinginan, karena waktu saya sekolah SMA di Blangpidie, Guhang punya kenangan tersendiri bagi saya, walaupun kini hanya tinggal kenangan. Maka saya tetapkan hati lewat Guhang dan tiba di Blangpidie pukul 11.30 wib. 

      Sudah menjadi konvensi yang tidak tertulis bahwa tiba di Blangpidie harus santap mie kocok. Mie kocok Blangpidie memang ada cita rasa agak lebih bagi selera. Ibaratnya seperti kata Rustam Efendi dalam “Bunda dan Anak” melihatnya saja bisa terpercik liur di bawah lidah, membangkitkan rasa bagi selera. 

       Usai menikmati cita rasa mie kocok putih atau lebih dikenal mie tiau, entah pengaruh apa, saran keluarga membatalkan menginap di Blangpidie mengganti menginap di Tapaktuan. Jelang berangkat menuju Tapaktuan mutar muter sebentar keliling Blangpidie dan Susoh, mungkin khusus bagi saya suasana memori yang terpateri dalam amigdala dan cortex di pikiran (otak) beda dengan orang-orang yang tidak pernah lama tinggal di “Kota Breuh Sigupai” ini (Blangpidie dulu dikenal dengan breuh/beras sigupai). Bagi saya banyak membawa ingatan ke masa lalu sehingga setiap tiba di sini ada saja yang diingat. Kalau ditulis bisa menjadi satu novel dengan judul: “Seribu Senja di Blangpidie” mengadopsi judul novel “1000 Senja di Roma” karya Motinggo Boesye. Coba bayangkan 3 tahun di Blangpidie, sama dengan 1000 hari (lebih dikit/95 hari). Mungkin teman-teman ada membaca novel tersebut, tak terkecuali Bung Wahidin Wahidin dan Tabrani Yunis sebagai pencinta susastra (sastra indah) ada membacanya. 

       Hmm … !, lama mutar muter di daerah breuh sigupai ini dan lebih kurang pukul 13.00 wib saya meninggalkan Blangpidie langsung menuju Kota Tapaktuan. Meskipun masih siang hari, tapi berketetapan hati menginap di Tapaktuan dan kami pilih di Hotel Metro, meskipun ada rumah famili dan teman-teman seperti Irfanullah Nullah. 

       Pagi hari usai sarapan,  terlihat di pekarangan samping hotel ada kura-kura Metro ditunggangi pemilik, muter-muter sambil ketawa ketiwi. Asyik juga melihatnya. Saat itulah saya abadikan even dalam foto tersebut. 

       Oke … , cukup memori ini saya padai dan simpan disini yang secara kebetulan terbersit saat melihat foto ini di album.

      (Dahlia11, Bna 23 Juli 2021)

Share2SendShareScanShare
Redaksi

Redaksi

Majalah Perempuan Aceh

Postingan Selanjutnya

Maradona, Italia dan Rektor

Konselor Punya Masa Depan Gemilang

Tiga Pesan Paling Berharga

ORANG-ORANG YANG KECEWA

Kader

HABA MANGAT

Haba Mangat

Tema Lomba Menulis Edisi Mei

Oleh Redaksi
May 10, 2025
0
435

27 tahun yang lalu (1998) nilai tukar rupiah terhadap dolar, dari Rp 2,575.00 berangsur turun menjadi Rp 16.000 pada Maret...

Baca SelengkapnyaDetails
Majalah POTRET pun Penting dan Perlu Untuk Melihat Wajah Batin dan Spiritualitas Diri Kita

Tema Lomba Menulis Maret 2025

March 22, 2025
383

Responden Terpilih

March 14, 2025
138
Majalah POTRET pun Penting dan Perlu Untuk Melihat Wajah Batin dan Spiritualitas Diri Kita

Pemenang Lomba Menulis Februari 2025

March 2, 2025
395

Jajak Pendapat #KaburAjaDulu

February 22, 2025
244

SELAKSA

  • All
  • Tabrani Yunis
Diamuk Rindu

Tak Sempat Menulis

Oleh Tabrani Yunis
2025/07/12
0
118

Oleh Tabrani Yunis  Tak sempat menulis, atau belum ada waktu menulis. Itulah dua ungkapan yang sangat sering kita dengar, keluar...

BENGKEL OPINI RAKyat

Sengketaย Terpelihara

Oleh Tabrani Yunis
2025/06/05
0
142

Oleh Tabrani Yunisย  Pulau Panjang, Mangkir Ketek, Mangkir Gadang dan Lipan Tidak seperti Pulau Sipadan dan Ligitan Yang durebut Malaysia  karena...

EleฤŸi Negerikuย ย Yang Gelap Gulita

EleฤŸi Negerikuย ย Yang Gelap Gulita

Oleh Tabrani Yunis
2025/06/03
0
93

Oleh Tabrani Yunis Negeri mutu manikam berkabut gelap Yang terbentang di garis Khatulistiwa  Apakah ada matahari yang disadap  Hingga seluruh...

Kegalauan Bapak

Kegalauan Bapak

Oleh Tabrani Yunis
2025/05/29
0
123

Oleh Tabrani Yunis  Nak, Kemarilah duduk sejenak Kuharap kau dapat menyimak Setiap kata dan kalimat Bapak Walau usiamu masih anak-anak...

Populer

  • Salemโ€™s City Seal Controversy: Between Historical Legacy and Modern Sensitivities

    Aceh dan Salem: Jejak Sejarah Dagang yang Terancam Terhapus

    8 shares
    Share 3 Tweet 2
  • Melihat Sejarah Aceh Dalam Perspektif Temuan Keramik Kuno

    8 shares
    Share 3 Tweet 2
  • Salemโ€™s City Seal Controversy: Between Historical Legacy and Modern Sensitivities

    7 shares
    Share 3 Tweet 2
  • Kemampuan Memahami Bacaan – Ulasan

    7 shares
    Share 3 Tweet 2
  • Mengenal Prinsip Pareto di Tengah Ketidakseimbangan Hidup

    15 shares
    Share 6 Tweet 4
POTRET Online

Copyright@potret2025

Media Perempuan Aceh

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Program 1000 Sepeda dan Kursi roda
  • Kirim Tulisan
  • Saat Plastik Bertemu AI

Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini

Copyright@potret2025

-
00:00
00:00

Queue

Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00