Dengarkan Artikel
Oleh Humayra
Siswi SMA Negeri 1 Jeunib, Bireun, Aceh
Namanya Humayra, siswi kelas XII yang baru saja bergabung di ekstrakurikuler Jurnalistik Sekolah. Ia memilih jurnalistik karena suka menulis, tetapi di pertemuan pertama, ia hanya duduk di pojok ruangan, memandangi suasana yang terasa begitu ramai dan asing. Anggota lain sudah saling mengenal, bercanda, dan berbagi cerita, sementara ia hanya menjadi pendengar.
Di sisi lain ada Ulfita, siswi kelas XII yang dikenal aktif dan sering menjadi pemimpin liputan. Suaranya lantang, penuh percaya diri, dan matanya selalu bersemangat saat berbicara soal berita. Saat melihat Humayra yang diam di belakang, Ulfita tersenyum dan menghampirinya.
“Kamu anggota baru, ya? Aku Ulfita. Mau bantu aku liputan minggu ini? Kita cari berita tentang lomba kebersihan sekolah.”
Humayra sempat gugup, tapi akhirnya mengangguk.
Pertemuan itu sederhana, tapi ternyata menjadi awal dari sesuatu yang berarti.
Hari-hari berikutnya di jurnalistik mempertemukan mereka lebih sering.
Ulfita yang ekspresif sering memberi semangat, sedangkan Humayra yang pendiam punya kemampuan menulis yang rapi dan tajam.
Mereka saling melengkapi —
Ulfita suka berbicara, Humayra suka mendengar.
Ulfita suka mencari berita, Humayra suka menuliskannya.
📚 Artikel Terkait
Namun, kerja sama mereka tak selalu berjalan mulus.
Suatu hari, artikel yang mereka tulis bersama dikritik pembina karena dianggap terlalu biasa. Ulfita merasa kecewa dan menyalahkan diri sendiri.
“Kayaknya aku gagal jadi pemimpin tim,” katanya pelan.
Humayra menatapnya, lalu berkata lembut,
“Nggak, Ulfita. Justru karena kamu, aku berani nulis dan tampil. Kalau gagal, berarti kita belajar. Bukankah itu yang diajarkan jurnalistik—mencari kebenaran, bukan kesempurnaan?”
Ucapan itu membuat Ulfita tersenyum lagi. Sejak saat itu, mereka semakin dekat.
Setiap liputan, mereka punya ritual kecil: membeli teh hangat di kantin sebelum menulis. Dari situ, tawa, cerita, dan dukungan tumbuh di antara mereka.
Sampai akhirnya semua orang di ekskul tahu — Humayra dan Ulfita adalah “dua jurnalis andalan sekolah”.
Suatu sore, setelah majalah sekolah terbit, mereka duduk di teras sambil melihat nama mereka tercetak di halaman depan.
Ulfita berkata pelan,
“Lucu ya… dulu kita cuma teman satu tim, sekarang rasanya kayak udah sahabat lama.”
Humayra tersenyum, menatap senja yang merona di langit sekolah.
“Mungkin karena dari tulisan, kita belajar memahami—nggak cuma berita, tapi juga satu sama lain.”
HUMAYRA
SMA 1 JEUNIEB

🔥 5 Artikel Terbanyak Dibaca Minggu Ini












