• Terbaru
Seni sebagai Kesadaran Kemerdekaan

Seni sebagai Kesadaran Kemerdekaan

July 17, 2025

Otsus Aceh di Persimpangan Jalan

November 16, 2025

Pendapat Prof Jimly Soal Ijazah Jokowi

November 16, 2025

Korupsi di Sektor Kesehatan: Dari Nasionalisme STOVIA hingga Penjara KPK

November 16, 2025

Malam Layar Puisi Anak Muda 2025

November 16, 2025

Prasasti Kebon Kopi

November 15, 2025

Bullying, Feodalisme, dan Ekstremisme

November 16, 2025

Dari Sumber Daya ke Sumber Daya Damai

November 15, 2025

Catatan Ringkas Sejarawan dan Fiksiwan Dari NDC Manado

November 15, 2025

Ketika Tsunami Aceh

November 14, 2025

‎Lukisan Sepasang Bangau, Cerita Pendek dan Puisi Dua Larik di Warung Kopi

November 14, 2025

Menangguh Politik Hukum Ijazah Palsu

November 14, 2025

Nyanyian Terakhir Cenderawasih

November 14, 2025
Sunday, November 16, 2025
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat
  • Login
  • Register
POTRET Online
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat
No Result
View All Result
POTRET Online
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat
No Result
View All Result
Plugin Install : Cart Icon need WooCommerce plugin to be installed.
POTRET Online
No Result
View All Result

Seni sebagai Kesadaran Kemerdekaan

RedaksiOleh Redaksi
July 17, 2025
0
Reading Time: 4 mins read
Seni sebagai Kesadaran Kemerdekaan
🔊

Dengarkan Artikel

:Refleksi Kritis atas ART TALK Verleden–Heden: Seni, Kemerdekaan, dan Jejak Sejarah

Oleh Aceng Syamsul Hadie

Seniman di Cirebon, Jawa Barat

Dalam atmosfer yang penuh semangat dan intelektualitas, rangkaian ART TALK Verleden–Heden yang digelar di Sekolah Indonesia Den Haag, Wassenaar, bukan sekadar diskusi seni—ia adalah panggung refleksi sejarah, identitas, dan kemerdekaan Indonesia melalui lensa seni rupa. 

Dari arsip hingga intermedia, dari seniman diaspora hingga akademisi lokal, acara ini menyatukan generasi dan lintas disiplin dalam satu ruang dialog yang luar biasa.

Sejak masa kolonial, seni telah menjadi medium ekspresi dan perlawanan. Pameran dan diskusi dalam Verleden–Heden menegaskan bahwa seni bukan hanya estetika, tetapi juga alat kesadaran kolektif. 

Dalam konteks Indonesia, seni rupa telah berperan dalam membentuk narasi kebangsaan, mengarsipkan trauma sejarah, dan mengartikulasikan harapan masa depan.

Seni rupa, dalam berbagai bentuknya, telah menjadi saksi bisu perjalanan bangsa. Dari lukisan-lukisan Raden Saleh yang menggambarkan perjuangan hingga karya-karya modern yang mengkritisi ketimpangan sosial, seni selalu menjadi cerminan dari dinamika masyarakat. Dalam konteks globalisasi, seni Indonesia menghadapi tantangan untuk tetap relevan tanpa kehilangan identitasnya.

Art Talk I – Re-Scale Indonesia (5 Juli 2025)

Sesi ini membuka cakrawala tentang diplomasi budaya Indonesia di Eropa Timur, melalui presentasi Teija Gumilar, dosen di Bydgoszcz University, Polandia. Ia memaparkan proyek Taman Mini Indonesia di Dolina Charlotty sebagai legacy monumental Indonesia di Eropa Tengah. 

Diskusi yang dipandu oleh Prof. I Wayan Adnyana (Rektor ISI Bali) menyoroti bagaimana arsitektur dan seni tradisional menjadi simbol keberadaan Indonesia di luar negeri.

Proyek ini tidak hanya menjadi simbol diplomasi budaya, tetapi juga mengundang pertanyaan kritis tentang bagaimana seni dan arsitektur dapat merepresentasikan identitas nasional di luar konteks geografisnya. Apakah seni tradisional cukup untuk menggambarkan kompleksitas Indonesia modern? Atau, apakah kita memerlukan pendekatan yang lebih inklusif dan kontemporer?

Art Talk II – Navigating Networks (12 Juli 2025)

Sesi ini menggali tantangan dan peluang sirkulasi seni kontemporer Indonesia di Eropa, khususnya Belanda. Tokoh-tokoh penting yang hadir:

Sander Salim (Gallery Lukisan, Belanda) – Menjelaskan strategi galeri dalam mengangkat seni Indonesia

📚 Artikel Terkait

PANGLIMA NYAK DUM

BERGABUNG DI KELAS INOVASI DAN KELAS MENULIS PGRI

SLB YBSM Banda Aceh Selenggarakan Persami di Sekolah

Senerai Puisi Delia Rawanita

Rifky Effendy (Orbital Dago, Bandung) – Menyoroti dinamika pasar seni dan kuratorial lokal

Maarten Slof (TROEF Leiden) – Menyambungkan seni Indonesia dengan audiens Eropa

Sujud Dartanto – Mengangkat isu dokumentasi dan arsip sebagai fondasi otentikasi karya

Diskusi ini memperlihatkan bahwa seni Indonesia masih menghadapi tantangan dalam hal provenance, dokumentasi, dan tekanan pasar, namun tetap menunjukkan resiliensi dan daya tarik global.

Dalam konteks ini, penting untuk merenungkan bagaimana seni Indonesia dapat menavigasi jaringan global tanpa kehilangan akar lokalnya. Apakah pasar seni global memberikan ruang yang adil bagi seni dari negara berkembang? Atau, apakah seni Indonesia hanya menjadi komoditas dalam sistem kapitalisme global?

Art Talk III – Intermedia Networkings

Sesi ini menjadi titik kulminasi eksplorasi media baru dan seni interdisipliner. Dimulai dengan video screening mengenang Krisna Murti (1957–2023), pionir seni video Indonesia yang telah mengubah cara kita memahami seni sebagai kritik sosial dan budaya.

Tokoh-tokoh yang memeriahkan sesi ini:

Agung Hujatnika – Mengulas warisan pemikiran Krisna Murti

Intan Rizky Mutiaz – Menjelaskan integrasi media baru dalam pendidikan seni

Isha Hening – Menampilkan perspektif desain gerak dan visual digital

Tromarama – Kolektif seni media yang menggabungkan teknologi dan narasi lokal

Thomas Berghuis – Menyambungkan praktik seni Indonesia dengan konteks kuratorial global

Penampilan Isa Perkasa dalam dua sesi performance art menjadi penutup yang menggugah, menghidupkan tubuh sebagai medium kritik dan kontemplasi.

Sesi ini menggarisbawahi pentingnya media baru dalam memperluas cakrawala seni Indonesia. Namun, ia juga mengundang refleksi: sejauh mana teknologi dapat menjadi alat pembebasan, dan kapan ia menjadi alat penindasan?

Kesimpulan: Seni sebagai Arsip Hidup

ART TALK Verleden–Heden bukan hanya perayaan seni, tetapi juga pengarsipan sejarah dan identitas Indonesia. Ia menunjukkan bahwa seni adalah ruang negosiasi antara masa lalu dan masa kini, antara lokal dan global, antara tradisi dan teknologi. Dalam konteks kemerdekaan, seni menyumbang kesadaran, membentuk narasi, dan membuka ruang dialog lintas generasi.

Namun, refleksi ini tidak berhenti di sini. Seni adalah proses yang terus berkembang, sebuah dialog yang tidak pernah selesai. Dalam dunia yang semakin terhubung, seni Indonesia memiliki peluang untuk menjadi suara yang kuat di panggung global, tetapi hanya jika ia tetap setia pada akar dan nilai-nilainya.

Sebagai penutup, mari kita renungkan: bagaimana seni dapat terus menjadi alat pembebasan di tengah dunia yang penuh dengan ketidakpastian? Bagaimana kita dapat memastikan bahwa seni tidak hanya menjadi cerminan, tetapi juga agen perubahan?[]

🔥 5 Artikel Terbanyak Dibaca Minggu Ini

Pria Yang Merindukan Prostatnya
Pria Yang Merindukan Prostatnya
28 Feb 2025 • 184x dibaca (7 hari)
Oposisi Itu Terhormat
Oposisi Itu Terhormat
3 Mar 2025 • 171x dibaca (7 hari)
Keriuhan Media Sosial atas Kasus Keracunan Program Makan Bergizi Gratis (MBG)
Keriuhan Media Sosial atas Kasus Keracunan Program Makan Bergizi Gratis (MBG)
2 Oct 2025 • 151x dibaca (7 hari)
Hancurnya Sebuah Kemewahan
Hancurnya Sebuah Kemewahan
28 Feb 2025 • 138x dibaca (7 hari)
Hari Ampunan
Hari Ampunan
1 Mar 2025 • 124x dibaca (7 hari)
📝
Tanggung Jawab Konten
Seluruh isi dan opini dalam artikel ini merupakan tanggung jawab penulis. Redaksi bertugas menyunting tulisan tanpa mengubah subtansi dan maksud yang ingin disampaikan.
Redaksi

Redaksi

Majalah Perempuan Aceh

Artikel

Menulis Dengan Jujur

Oleh Tabrani YunisSeptember 9, 2025
#Gerakan Menulis

Tak Sempat Menulis

Oleh Tabrani YunisJuly 12, 2025
#Sumatera Utara

Sengketa Terpelihara

Oleh Tabrani YunisJune 5, 2025
Puisi

Eleği Negeriku  Yang Gelap Gulita

Oleh Tabrani YunisJune 3, 2025
Puisi

Kegalauan Bapak

Oleh Tabrani YunisMay 29, 2025

Populer

  • Gemerlap Aceh, Menelusuri Emperom dan Menyibak Goheng

    Gemerlap Aceh, Menelusuri Emperom dan Menyibak Goheng

    162 shares
    Share 65 Tweet 41
  • Inilah Situs Menulis Artikel dibayar

    153 shares
    Share 61 Tweet 38
  • Peran Coaching Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan

    145 shares
    Share 58 Tweet 36
  • Korupsi Sebagai Jalur Karier di Konoha?

    57 shares
    Share 23 Tweet 14
  • Lomba Menulis Agustus 2025

    51 shares
    Share 20 Tweet 13

HABA MANGAT

Haba Mangat

Tema Lomba Menulis November 2025

Oleh Redaksi
November 10, 2025
Haba Mangat

Tema Lomba Menulis Bulan Oktober 2025

Oleh Redaksi
October 7, 2025
Haba Mangat

Pemenang Lomba Menulis – Edisi Agustus 2025

Oleh Redaksi
September 10, 2025
Postingan Selanjutnya
MPLS Inovatif: Gagas Deklarasi Sekolah Anti Kekerasan dan Perundungan

MPLS Inovatif: Gagas Deklarasi Sekolah Anti Kekerasan dan Perundungan

  • Kirim Tulisan
  • Program 1000 Sepeda dan Kursi roda
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Tentang Kami
  • Kirim Tulisan
  • Program 1000 Sepeda dan Kursi roda
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Tentang Kami

INFO REDAKSI

Tema Lomba Menulis November 2025

November 10, 2025

Tema Lomba Menulis Bulan Oktober 2025

October 7, 2025

Pemenang Lomba Menulis – Edisi Agustus 2025

September 10, 2025

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat

© 2025 Potret Online - Semua Hak Cipta Dilindungi

-
00:00
00:00

Queue

Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00