• Terbaru
Dokter Spesialis Selangkangan

Dokter Spesialis Selangkangan

April 15, 2025

Otsus Aceh di Persimpangan Jalan

November 16, 2025

Pendapat Prof Jimly Soal Ijazah Jokowi

November 16, 2025

Korupsi di Sektor Kesehatan: Dari Nasionalisme STOVIA hingga Penjara KPK

November 16, 2025

Malam Layar Puisi Anak Muda 2025

November 16, 2025

Prasasti Kebon Kopi

November 15, 2025

Bullying, Feodalisme, dan Ekstremisme

November 16, 2025

Dari Sumber Daya ke Sumber Daya Damai

November 15, 2025

Catatan Ringkas Sejarawan dan Fiksiwan Dari NDC Manado

November 15, 2025

Ketika Tsunami Aceh

November 14, 2025

‎Lukisan Sepasang Bangau, Cerita Pendek dan Puisi Dua Larik di Warung Kopi

November 14, 2025

Menangguh Politik Hukum Ijazah Palsu

November 14, 2025

Nyanyian Terakhir Cenderawasih

November 14, 2025
Sunday, November 16, 2025
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat
  • Login
  • Register
POTRET Online
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat
No Result
View All Result
POTRET Online
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat
No Result
View All Result
Plugin Install : Cart Icon need WooCommerce plugin to be installed.
POTRET Online
No Result
View All Result

Dokter Spesialis Selangkangan

RedaksiOleh Redaksi
April 15, 2025
0
Reading Time: 3 mins read
Dokter Spesialis Selangkangan
🔊

Dengarkan Artikel

Oleh Mila Muzakkar

(Puisi esai ini didramatisasi dari kasus pemerkosaan anak pasien oleh dokter anestesi RS. Hasan Sadikin Bandung)

Di balik jendela kaca, kupandangi tubuh Ayah yang terkulai di atas bansal ruang ICU.
Matanya terpejam, kulit keriputnya bagai daun gugur di musim kemarau, sunyi dan rapuh.
Selang-selang infus menjalar seperti ular lapar menggerogoti tubuhnya.

Sekali lagi, kulirik Ayah.
Tak ingin kutinggalkan ia, sedetik pun.
Namun inilah panggilan seorang dokter.
Titahnya bagai sabda yang harus dituruti, jika ingin sembuh.

“Ayo Mbak, kita harus segera lakukan tindakan.” Suara dokter anestesi itu menggema untuk ketiga kalinya.
Terburu-buru ia memintaku ikut, ke ruang lain demi kesembuhan Ayah, katanya.

“Tapi… bagaimana dengan Ayahku, Dok?” suaraku gemetar, nyaris lenyap dalam kekhawatiran.
Wajah Dokter Andy mengeras.
“Mbak Nita mau Ayahnya sembuh atau tidak? Kalau mau, ikut ke lantai tujuh sekarang.”

Langkahku tergesa di belakang tubuhnya yang tinggi, besar.
Ia tampak muda. Gagah.
Tapi sorot matanya mulai kurasakan asing.

Di lantai tujuh, ruangan kosong.
Sunyi memelukku erat.
Mataku menyisir ruangan.
Tak ada perawat. Tak ada siapa-siapa.
“Ii… ini… ruangan apa, Dok? Kenapa sepi? Di mana perawatnya?” suara gugupku pecah menembus tembok ruangan kosong itu.

“Pakai baju pasien ini, lalu baring di bansal. Kita harus crossmatch darah,” katanya. Tapi sorot matanya tak lagi menenangkan.
Ia bagai harimau yang siap menerkam.

Jantungku berlomba dengan waktu, nafas tak beraturan.
Di kepalaku huru-hara: kenapa ganti baju? kenapa di sini, bukan di laboratorium?

📚 Artikel Terkait

Jadilah Pemilih yang Berintegritas

EKONOMI KITA DALAM JEBAKAN SERIUS

Misteri Kerajaan Api

Pidato Kebudayaan Fadlizon: Negara Memajukan Kebudayaan Indonesia di Tengah Peradaban Dunia

Sekelebat wajah Ayah terlintas.
Sebulan sudah ia tertidur lemah.
Matanya tak pernah terbuka.
Bibirnya kelu.
Aku rindu suaranya, senyumnya.
Aku ingin ia kembali.

Aku harus percaya pada dokter.
Kata mereka, dokter tahu yang terbaik.
Maka, satu-satu keraguannku kuhempaskan, kubiarkan berhamburan di lantai.

Infus ditancapkan ke tanganku. “Darah ini akan menyelamatkan Ayahmu,” kata dokter Andy.
Lalu, segalanya gelap.
Aku tak tahu lagi apa yang terjadi.


Saat kuterbangun, ruangan redup. Langit-langit menatapku kosong. Tak ada siapa-siapa.
Tubuhku nyeri. Tapi yang paling perih, selangkanganku.

Perlahan, aku duduk di bansal.
Mataku mengawasi sekeliling.
Selangkanganku kembali nyeri.
Tapi… “Ya Tuhan, kenapa aku tak memakai celana dalam?”

Aku turun dari bangsal.
Lantai dingin dan lengket.
Cairan putih berserakan.
Kepalaku penuh tanya, penuh takut, penuh gemuruh yang tak bisa kuteriakkan.

Terseok-seok aku tinggalkan ruangan.
Di depan lift, petugas kebersihan menatapku, ia seperti malaikat yang dikirim Tuhan.
Dipapahnya aku menuju ruang perawatan.
Kali ini, ruangan terang.
Ada alat-alat medis, ada manusia, ada harapan.

Seorang dokter perempuan datang.
Lembut ia bicara: “Dari hasil visum, Mbak mengalami kekerasan di bagian vagina.”

Langit runtuh menimpa jiwaku.
Duniaku gelap seketika.
Darahku nyaris berhenti mengalir.

Dokter anestesi itu, yang kupercayai, yang kujadikan harapan untuk kesembuhan Ayah, telah memperkosaku dengan cara yang paling keji.

Kini, aku memikul dua luka: Luka Ayah yang masih terbaring di ruang ICU, dan luka tubuhku yang tak bisa kusembuhkan sendiri.

Tuhan, bagaimana caraku melanjutkan hidup?
Ayah masih membutuhkan aku, tapi aku juga butuh ruang untuk merawat hatiku yang hancur, yang tak lagi utuh.

15 April 2025

🔥 5 Artikel Terbanyak Dibaca Minggu Ini

Pria Yang Merindukan Prostatnya
Pria Yang Merindukan Prostatnya
28 Feb 2025 • 184x dibaca (7 hari)
Oposisi Itu Terhormat
Oposisi Itu Terhormat
3 Mar 2025 • 171x dibaca (7 hari)
Keriuhan Media Sosial atas Kasus Keracunan Program Makan Bergizi Gratis (MBG)
Keriuhan Media Sosial atas Kasus Keracunan Program Makan Bergizi Gratis (MBG)
2 Oct 2025 • 152x dibaca (7 hari)
Hancurnya Sebuah Kemewahan
Hancurnya Sebuah Kemewahan
28 Feb 2025 • 138x dibaca (7 hari)
Hari Ampunan
Hari Ampunan
1 Mar 2025 • 124x dibaca (7 hari)
📝
Tanggung Jawab Konten
Seluruh isi dan opini dalam artikel ini merupakan tanggung jawab penulis. Redaksi bertugas menyunting tulisan tanpa mengubah subtansi dan maksud yang ingin disampaikan.
Redaksi

Redaksi

Majalah Perempuan Aceh

Artikel

Menulis Dengan Jujur

Oleh Tabrani YunisSeptember 9, 2025
#Gerakan Menulis

Tak Sempat Menulis

Oleh Tabrani YunisJuly 12, 2025
#Sumatera Utara

Sengketa Terpelihara

Oleh Tabrani YunisJune 5, 2025
Puisi

Eleği Negeriku  Yang Gelap Gulita

Oleh Tabrani YunisJune 3, 2025
Puisi

Kegalauan Bapak

Oleh Tabrani YunisMay 29, 2025

Populer

  • Gemerlap Aceh, Menelusuri Emperom dan Menyibak Goheng

    Gemerlap Aceh, Menelusuri Emperom dan Menyibak Goheng

    162 shares
    Share 65 Tweet 41
  • Inilah Situs Menulis Artikel dibayar

    153 shares
    Share 61 Tweet 38
  • Peran Coaching Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan

    145 shares
    Share 58 Tweet 36
  • Korupsi Sebagai Jalur Karier di Konoha?

    57 shares
    Share 23 Tweet 14
  • Lomba Menulis Agustus 2025

    51 shares
    Share 20 Tweet 13

HABA MANGAT

Haba Mangat

Tema Lomba Menulis November 2025

Oleh Redaksi
November 10, 2025
Haba Mangat

Tema Lomba Menulis Bulan Oktober 2025

Oleh Redaksi
October 7, 2025
Haba Mangat

Pemenang Lomba Menulis – Edisi Agustus 2025

Oleh Redaksi
September 10, 2025
Postingan Selanjutnya

BENGKEL OPINI RAKyat

  • Kirim Tulisan
  • Program 1000 Sepeda dan Kursi roda
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Tentang Kami
  • Kirim Tulisan
  • Program 1000 Sepeda dan Kursi roda
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Tentang Kami

INFO REDAKSI

Tema Lomba Menulis November 2025

November 10, 2025

Tema Lomba Menulis Bulan Oktober 2025

October 7, 2025

Pemenang Lomba Menulis – Edisi Agustus 2025

September 10, 2025

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat

© 2025 Potret Online - Semua Hak Cipta Dilindungi

-
00:00
00:00

Queue

Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00