Oleh Tabrani Yunis
Ketika sedang asyik mengikuti zoom meeting yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Aceh, pukul 9.30 WIB, pagi Senin, 14 April 2025, aku menempati kursi depan kasir di POTRET Gallery. Tiba-tiba kedatangan seorang sahabat, Ahmad Arif yang kukenal sebagai pendiri TBM Ruman Aceh.
Sontak saja, kedatangannya membuat perhatian terhadap zoom meeting yang mengangkat topik mengenai “ Deep Learning” itu ikut beralih. Aku tak bisa mengelak, karena beliau sudah menelpon sebelumnya, maka obrolan singkat di POTRET Gallery berjalan sambil ikuti zoom.
Tidak etis pula saat ingin ngobrol, dilakukan sambil ikut zoom dan sebaliknya. Maka, sebagaimana tradisi orang Aceh “ Peumeulia jame alias memuliakan tamu. Aku mengajak bung Ahmad Arif ke warung kopi terdekat favoritku.
Kebetulan, warung kopi Gerobak Arabicca Gayo yang letaknya hanya beberapa meter dari POTRET Gallery itu, sudah buka. Ngobrol di Gerobak akan lebih hangat, karena bisa menyeruput segelas Americano, atau espresso dan juga avocado espresso.
Aku mempersilakan Ahmad Arif menempati sisi depan meja, agar aku bisa sekalian mengontrol POTRET Gallery. Menempati meja depan itu, Kami pun memesan kopi dua gelas. Bung Ahmad Arif memesan Espresso dan aku sendiri Americano tanpa gula. Tak ada penganan atau kue. Tapi sudah sangat pas, karena kopi diracik dan disajikan oleh barista yang cukup berpengalaman. Kami memanggilnya Fajar, lulusan dari FKIP Sejarah, USK.
Pikiranku masih meraba-raba apa yang akan dibicarakan oleh Pak Ahmad Arif. Namun, informasi mutakhir yang aku dapat adalah Ruman Aceh, yang selama ini dikenal sangat getol dalam kegiatan atau gerakan literasi dengan membawa dan menggelar buku-buku dan bacaan lain di Blang Padang setiap pagi Minggu, diberi apresiasi khusus oleh tim peneliti The Habibie Center.
Nah, agar pikiranku tidak meraba-raba dengan misi yang dibawa, langsung saja aku tanya tentang Ruman Aceh dan aktivitasnya kini. Bagai gayung bersambut, sontak pula Pak Ahmad Arif memulai cerita tentang kemajuan aktivitas Ruman Aceh yang tanpa henti dan ikhlas dilakukan dalam membangun literasi anak negeri itu.
Alhamdulilah ujar Pak Ahmad Arif.
Ruman Aceh saat ini masih terus beraktivitas membawa buku-buku dan bacaan lain ke arena olah raga Blang Padang setiap hari Minggu. Kita masih belum menyerah dan insya Allah selagi masih kuat, upaya itu terus dilakukan. Apalagi perkembangan Ruman Aceh terus mengalami peningkatan dalam berbagai hal, ujarnya.
Sebenarnya, selama ini Ruman Aceh yang cukup dikenal di Banda Aceh khususnya dan Aceh pada umumnya sebagai sebuah komunitas yang bergerak membangun kemampuan literasi anak negeri yang ada di kota Banda Aceh. Namun, sejak beberapa tahun lalu, 2017, Ruman Aceh sudah melakukan ekspansi kegiatan kepada bentuk pelayanan pendidikan lainnya. Ya, mengembangkan sayap pelayanan melalui PKBM. Lewat PKBM ini Ruman Aceh bisa membantu memfasilitasi anak-anak dari keluarga kurang mampu atau dhuafa yang putus sekolah untuk memperoleh ijazah.
PKBM Ruman Aceh menjembatani kebutuhan anak-anak putus sekolah, khususnya anak-anak dari keluarga miskin yang tidak melanjutkan pendidikan ke lembaga -lembaga pendidikan formal. Ruman Aceh melakukan intervensi membantu anak-anak usia sekolah dan usia produktif yang tidak punya ijazah, bisa mendapatkan ijazah dengan mengikuti pelayanan gratis yang disediakan oleh Ruman Aceh.
Kendatipun banyak orang tahu tentang aktivitas Ruman Aceh menggelar bacaan di Blang Padang, ternyata Ruman Aceh tidak lah hanya melakukan kegiatan itu, tetapi lebih dari itu juga Ruman Aceh telah melakukan kegiatan yang lebih besar, melakukan kegiatan -kegiatan PKBM. Artinya telah sejak lama juga mengadakan pelayanan kepada kaum dhuafa lewat Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat.
Ruman Aceh lebih fokus melakukan kegiatan pendidikan kesetaraan, Paket A untuk jenjang SD, Paket B buat jenjang SMP dan Paket C bagi jenjang SMA. Dalam program ini Ruman Aceh secara aktif memfasilitasi anak -anak dari keluarga miskin mendapatkan pelayanan belajar hingga mendapatkan ijazah paket. Ruman Aceh memastikan anak-anak yang sangat membutuhkan ijazah bisa ikut ujian dengan aman. Hebatnya pula, anak-anak miskin dan putus sekolah tersebut mendapatkan pelayanan itu secara gratis.
Wajarlah kalau Ruman Aceh terus mendapat kepercayaan terhadap Ruman semakin kuat, apalagi PKBM Ruman Aceh merupakan PKBM yang telah terakreditasi. Dengan status ini semakin memperlancar jalan bagi Ruman Aceh untuk menjalankan aktivitas sosial dan pendidikan seperti layanan pendidikan kesetaraan yang mencakup level Provinsi Aceh.
Artinya secara administratif, PKBM Ruman sudah mendapat pengakuan dan memiliki daya tarik dari berbagai pihak. Dengan demikian, layanan pendidikan. kesetaraan bisa semakin menjangkau anak-anak yang membutuhkan ijazah dengan peogram penyetaraan yang tersedia dengan dijembatani oleh Ruman Aceh. Apalagi tujuan yang dicapai oleh Ruman Aceh adalah membuka selebar-lebarnya pintu pelayanan ke seluruh Aceh.
Selain itu pula, Ruman Aceh telah cukup berpengalaman mengelola program ini dan ditambah lagi dengan pengalaman mengelola lembaga pendidikan formal di jenjang TK. Di jenjang ini Ruman Aceh sudah 10 tahun menjalankan pendidikan TK, yakni sejak tahun 2015 hingga kini. TK tersebut dimaksud untuk memberikan pelayanan kepada anak -anak dari keluarga miskin dan dhuafa, walau juga ada dari kalangan yang mampu. Namun, dalam hal biaya, TK Ruman Aceh memberikan pelayanan gratis kepada anak-anak miskin dan kurang mampu setelah melewati proses verifikasi. Verifikasi yang dimaksudkan apakah diterima dengan kategori gratis atau juga berbayar.
Pelayanan pendidikan gratis di TK, Ruman Aceh membuka lelang kebaikan kepada masyarakat yang mau dan berminat membantu meringankan beban masyarakat miskin dan juga pihak Ruman. Bantuan ini bisa secara mandiri dan juga berbagi. Terkait bantuan atau donasi untuk satu anak adalah sebesar Rp 4.8 juta per tahun, atau Rp 400.000 per bulan.
Sebagai bagian dari program sosial pendidikan, Ruman Aceh menyediakan semua fasilitas pembelajaran, kecuali tas dan sepatu. Sementara pakaian seragam sebanyak 4 pasang tersebut gratis. Hebat bukan?
Ya, pasti hebat dan selayaknya kita angkat topi sebagai pertanda salut dengan segala daya dan upaya yang dilakukan oleh Ruman Aceh dari dahulu, hingga kini.
Banyak best practice lain yang bisa kita ambil dari Ruman Aceh. Misalnya untuk keterlibatan aktif orangtua murid, Ruman Aceh membuat akad keterlibatan orangtua, agar proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan lancar. Selayaknya pula semua pihak yang peduli bisa ikut mendukung Ruman Aceh melakukan aktivitasnya. Anda adalah satu diantaranya yang pantas dan layak membantu. Mari bersama kita membangun dan menegakkan kebaikan untuk anak negeri.