https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1 https://www.majalahanakcerdas.com/?m=1
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
Wednesday, July 16, 2025
No Result
View All Result
POTRET Online
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
POTRET Online
No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini
Pariwara
Beranda Aceh

JALAN YANG SUNYI

Redaksi Oleh Redaksi
4 years ago
in Aceh, Literasi, pegiat literasi, Surabaya, Tulungagung
Reading Time: 6 mins read
A A
0
5
Bagikan
51
Melihat

Oleh Satria Dharma

Berdomisili di Surabaya

Bunda Cut atau Bunda Zakyzahra Tuga adalah lulusan Teknik ITB, tetapi bukannya bekerja di perusahaan besar untuk mendapatkan gaji yang besar. Ia justru mendedikasikan hidupnya untuk literasi. Ya, di kota kecil Tulungagung. Ia mendirikan Taman Bacaan Pena Ananda sejak beberapa tahun yang lalu untuk mengajak masyarakat, utamanya anak-anak sekolah, untuk membaca dan mencintai buku. Ia juga melatih anak-anak untuk menulis dan menerbitkan buku-buku mereka agar mereka terdorong untuk terus menulis. 

Ia juga menyelenggarakan Festival Bonorowo Menulis (FBM) 2017 yang digelar di Desa Bangoan, Kecamatan Kedungwaru. Kabupaten Tulungagung. Festival ini sekaligus menjadi momentum pencanangan Bangoan Kampung Literasi dengan berbagai kegiatan menarik seperti Pameran Literasi, Pustaka Bonorowo, Talkshow Literasi,  Workshop Literasi, Launching dan Bedah Buku karya penulis Tulungagung, Lomba Poster, Blog, Vlog, dan Fotografi, Hiburan dan Seni Panggung Literasi, Pesta Dolanan Anak, dan lain-lain.

Saya pernah datang ke rumah Bunda Cut dan melihat rumahnya yang jadi perpustakaan umum bagi masyarakat sekitar. Dedikasinya pada dunia literasi sungguh mengagumkan karena jelas dunia yang digelutinya ini tidak mendatangkan keuntungan finansial dan bahkan membuatnya harus jungkir balik memikirkan dana bagi berbagai kegiatan yang dilakukannya. Dunia literasi juga bukan tempat yang bisa memberi kita popularitas. “Ini dunia yang sunyi,” katanya ketika tampil di Sarasehan Literasi UNESA saat itu.

Selain Bunda Cut, saya juga mengagumi dua orang teman di Aceh. Satu yang menjadi Ketua IGI Propinsi Aceh, Pak Imran Lahore dan satunya Pak Tabrani Yunis. Dedikasi mereka pada dunia literasi dan pendidikan pada umumnya, sangat tinggi. Visi mereka untuk memajukan dunia pendidikan Aceh melalui literasi mendorong mereka untuk berkeliling dari satu kabupaten ke kabupaten mengajak semua pihak untuk mulai peduli pada pentingnya membaca buku bagi anak-anak. They knock all doors from one place to another.Dengan Pak Imran saya sudah diajak untuk bersafari dari satu kabupaten ke kabupaten lain sebanyak tiga kali. Meski ia kadang geram melihat betapa tidak pedulinya beberapa pejabat Disdik pada amanah yang diembannya, tapi ia tidak merasa lelah dan terus mengajak mereka untuk melakukan tindakan nyata pada upaya untuk menghadirkan pendidikan yang bermutu bagi anak-anak di Propinsi Aceh. 

Seringkali ia harus mengeluarkan dana pribadi untuk kegiatan safari literasi tersebut, karena tak acuhnya daerah yang ia datangi. Ia bahkan menjuluki mobil Kijang tuanya tersebut sebagai “Mobil Literasi”.

Suatu ketika ia ditanya apakah ia bersedia untuk menjadi kepala sekolah dan ia menggeleng. Baginya berkeliling dari satu kabupaten ke kabupaten lain untuk mengadakan berbagai pelatihan dan seminar literasi lebih memberikan manfaat yang lebih luas ketimbang hanya jadi kepala bagi satu sekolah saja. Saya heran karena saya tahu banyak guru yang mau membayar puluhan juta agar ia bisa diangkat menjadi kepala sekolah, tapi Pak Imran ini bahkan menolak.

Pak Tabrani sendiri sudah sejak lama saya kenal sebagai seorang pejuang pendidikan. Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, menerbitkan majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan. Sampai saat ini ia telah melatih 1000 orang untuk menulis dimana 700 orang adalah perempuan yang terdiri atas ibu rumah tangga, remaja putri, pelajar dan guru yang datang dari berbagai kabupaten di Aceh. Mereka dibiayai untuk hadir di Banda Aceh dan materi penulisan yang diberikan bermacam-macam, termasuk penulisan opini dan penulisan sastra, seperti cerpen. Selain dia sendiri, Tabrani mengundang para penulis yang sesuai dengan bidangnya untuk memberikan materi dalam pelatihan-pelatihan itu.

Tabrani adalah Alumnus Jurusan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala. Tabrani sendiri telah menulis lebih dari 400 artikel yang tersebar di berbagai media cetak daerah dan nasional.

Mengapa berfokus pada perempuan?

Ia mengamati bahwa hampir semua tulisan yang muncul di media massa ditulis laki-laki. Tulisan perempuan sangat jarang didapat. Oleh sebab itu ia mendorong agar perempuan Aceh punya keberanian, kemampuan, dan keinginan menulis. โ€œKarena dengan menulis, bisa menjadi obat bagi mereka. Sekaligus bisa memberikan keuntungan ekonomi.โ€ demikian katanya

Sebagai tempat belajar dan menampung tulisan mereka pada tahun 2003 Tabrani menerbitkan majalah “Potret”. Majalah ini khusus mengangkat isu-isu perempuan. Sekitar 60-70 persen penulis di majalah ini adalah perempuan yang pernah dilatih menulis itu. Selebihnya adalah penulis dari kalangan aktivis, pengamat, dan akademisi.

Ketiga sosok ini adalah orang-orang yang mendatangkan rasa kagum saya. Mereka adalah orang-orang yang melangkah di ‘jalan sunyi’. Sungguh tidak banyak di antara kita yang mau mengorbankan kehidupan yang nyaman untuk sebuah perjuangan yang seringkali tidak diperhatikan dan tidak dihargai oleh masyarakat sekitar.

Apa yang mendorong mereka begitu berkomitmen pada ‘jalan sunyi’ mereka masing-masing? ‘Love’, kata Bunda Cut. Ia mencintai apa yang ia lakukan sekarang. “Change”, kata Pak Imran. “Literate Community” bagi Pak Tabrani. Mereka ingin agar masyarakat di sekitar berubah menjadi jauh lebih baik daripada yang ada sekarang dan mereka bersedia untuk menjadi ‘the agent of change’ tersebut meski harus berjalan di jalan yang sunyi. 

Melalui tulisan ini saya ingin sampaikan penghargaan dan rasa hormat saya pada mereka. Kudos for you, guys.

Banda Aceh, 22 Nopember 2017

Share2SendShareScanShare
Redaksi

Redaksi

Majalah Perempuan Aceh

Postingan Selanjutnya

Asal Mula Mukim Cot Saluran

PANDEMI

APRIL DAN LIONTIN

Guru

SANG PAHLAWAN

HABA MANGAT

Haba Mangat

Tema Lomba Menulis Edisi Mei

Oleh Redaksi
May 10, 2025
0
435

27 tahun yang lalu (1998) nilai tukar rupiah terhadap dolar, dari Rp 2,575.00 berangsur turun menjadi Rp 16.000 pada Maret...

Baca SelengkapnyaDetails
Majalah POTRET pun Penting dan Perlu Untuk Melihat Wajah Batin dan Spiritualitas Diri Kita

Tema Lomba Menulis Maret 2025

March 22, 2025
383

Responden Terpilih

March 14, 2025
138
Majalah POTRET pun Penting dan Perlu Untuk Melihat Wajah Batin dan Spiritualitas Diri Kita

Pemenang Lomba Menulis Februari 2025

March 2, 2025
395

Jajak Pendapat #KaburAjaDulu

February 22, 2025
244

SELAKSA

  • All
  • Tabrani Yunis
Diamuk Rindu

Tak Sempat Menulis

Oleh Tabrani Yunis
2025/07/12
0
118

Oleh Tabrani Yunis  Tak sempat menulis, atau belum ada waktu menulis. Itulah dua ungkapan yang sangat sering kita dengar, keluar...

BENGKEL OPINI RAKyat

Sengketaย Terpelihara

Oleh Tabrani Yunis
2025/06/05
0
142

Oleh Tabrani Yunisย  Pulau Panjang, Mangkir Ketek, Mangkir Gadang dan Lipan Tidak seperti Pulau Sipadan dan Ligitan Yang durebut Malaysia  karena...

EleฤŸi Negerikuย ย Yang Gelap Gulita

EleฤŸi Negerikuย ย Yang Gelap Gulita

Oleh Tabrani Yunis
2025/06/03
0
93

Oleh Tabrani Yunis Negeri mutu manikam berkabut gelap Yang terbentang di garis Khatulistiwa  Apakah ada matahari yang disadap  Hingga seluruh...

Kegalauan Bapak

Kegalauan Bapak

Oleh Tabrani Yunis
2025/05/29
0
123

Oleh Tabrani Yunis  Nak, Kemarilah duduk sejenak Kuharap kau dapat menyimak Setiap kata dan kalimat Bapak Walau usiamu masih anak-anak...

Populer

  • Melihat Sejarah Aceh Dalam Perspektif Temuan Keramik Kuno

    Melihat Sejarah Aceh Dalam Perspektif Temuan Keramik Kuno

    8 shares
    Share 3 Tweet 2
  • Mengenal Prinsip Pareto di Tengah Ketidakseimbangan Hidup

    15 shares
    Share 6 Tweet 4
  • Kemampuan Memahami Bacaan – Ulasan

    7 shares
    Share 3 Tweet 2
  • Salemโ€™s City Seal Controversy: Between Historical Legacy and Modern Sensitivities

    7 shares
    Share 3 Tweet 2
  • Aceh dan Salem: Jejak Sejarah Dagang yang Terancam Terhapus

    7 shares
    Share 3 Tweet 2
POTRET Online

Copyright@potret2025

Media Perempuan Aceh

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Program 1000 Sepeda dan Kursi roda
  • Kirim Tulisan
  • Saat Plastik Bertemu AI

Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • POTRET Budaya
  • Haba Mangat
  • Artikel
  • Aceh
  • Kirim Tulisan
  • Literasi
  • Essay
  • Opini

Copyright@potret2025

-
00:00
00:00

Queue

Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00