Oleh:Aksa Zabarnusy Azhar
Siswa Kelas III SMP Darul Quran Aceh (DQA) Aceh Besar
Awalnya saya sangat tidak bisa untuk menghafal al quran. Mendengar kata menghafal saja saya dulu sudah merasa sakit perut, tidak tahu mengapa. Akan tetapi setelah saya masuk ke ponpes (pondok pesantren) yang berbasis al quran, pelan pelan saya sudah mulai bisa menghafal dan lama- lama menghafal itu menjadi bagian dari aktifitas saya. Setiap sore saat saya sedang tidak melakukan apa – apa alias gabut, saya langsung tergerak untuk menghafal al quran.
Mungkin itu efek dari enaknya menghafal setelah melakukannya sekali,pasti kita ingin mencoba untuk menghafal lagi dan lagi. Saat kita menghafal itu, kita seperti sedang berada dalam dunia sendiri yang di dalam dunia itu kita merasa tenang, damai, sentosa. Yang mana pada saat itu kita merasa seperti Allah sedang mengawasi kita secara langsung tanpa hijab, akan tetapi harus dalam keadaan tenang atau sedang tidak tertekan akan hal lain yang bersifat duniawi.
Seperti halnya perbuatan lain, dalam menghafal juga ada tantangannya. Mungkin yang masih menjadi catatan bagi saya sendiri adalah dalam muraja’ah. Saya masih merasa berat untuk muraja’ah.Itu mungkin disebabkan malas. Malas ini yang paling menjadi tantangan dalam menghafal dan muraja’ah. Habis malas ada satu faktor lagi yang menjadi tantangan, yaitu lupa. Kebanyakan dari kita bisa menghafal, akan tetapi beberapa saat kemudian langsung terlupa. Faktor utama dalam hal ini adalah dosa. Coba kita kembali ke diri sendiri dan renungkan apa yang kita lakukan dahulu, apa mungkin salah satu di antara perbuatan kita mungkin pernah merugikan orang lain atau bertentangan dangan perintah Allah.
Kalau mungkin tidak ada, maka faktor lain yang dapat menjadi sebab dari lupa ini adalah kita menghafal di waktu yang salah. Disarankan untuk menghafal pada pagi hari di saat otak kita masih dalam keadaan fresh. Boleh juga di waktu sore hari, akan tetapi di saat kita dalam keadaan tidak tertekan atau sedang rileks. Dan dalam menghafalnya disarankan untuk pelan-pelan, jangan terburu-buru. Itu juga dapat menjadi salah satu faktor terjadinya lupa.
Nah, menghafal Al-quran, tentu bukan sekadar kita bisa hafal, tetapi juga akan dilanjutkan dengan membangun pemahaman akan isi al quran. Ini penting agar kita tidak hanya mampu menghafal, namun tidak faham apa yang kita hafal. Jadi, tulisan ini merupakan sebuah catatan kecil tentang pengalaman saya dalam aktivitas menghafal Al quran. Semoga bisa memberikan manfaat bagi saya dan para pembaca POTRET di mana saja berada.