• Terbaru

Opu Daeng Risadju: Nyala Perlawanan di Bumi Celebes

March 5, 2025
Benang Kusut Personal Branding dan Pencitraan

Benang Kusut Personal Branding dan Pencitraan

November 12, 2025

Teladan Pahlawan Sebagai Cermin Moral Generasi Muda

November 11, 2025

🚩🚩SELAMAT PAGI MERAH PUTIH

November 11, 2025

Benarkah Matematika Mata Pelajaran Horor?

November 11, 2025

Kepemimpinan, Kecantikan, dan Penampilan Perempuan Dibentuk oleh Budaya Patriarki

November 11, 2025

Kasino Pertama di Uni Emirat Arab: Antara Diversifikasi Ekonomi dan Dilema Identitas Islam

November 11, 2025

🚩🚩SELAMAT PAGI MERAH PUTIH

November 11, 2025

Pahlawan dan Peradaban

November 11, 2025

Tema Lomba Menulis November 2025

November 10, 2025

Mengoreksi Adab Kemanusiaan Kita ( Hari Pahlawan)

November 10, 2025

Menimbang Relativisme Pahlawan

November 10, 2025

Kehebohan Miss Universe 2025: Drama, Sponsor, dan Suara Perempuan

November 10, 2025
Wednesday, November 12, 2025
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat
  • Login
  • Register
POTRET Online
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat
No Result
View All Result
POTRET Online
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat
No Result
View All Result
Plugin Install : Cart Icon need WooCommerce plugin to be installed.
POTRET Online
No Result
View All Result

Opu Daeng Risadju: Nyala Perlawanan di Bumi Celebes

Jejak Perempuan di Palagan Nusantara (12)

Gunawan TrihantoroOleh Gunawan Trihantoro
March 2, 2025
0
Reading Time: 3 mins read

Ilustrasi dari AI

🔊

Dengarkan Artikel

Oleh Gunawan Trihantoro
Sekretaris Komunitas Puisi Esai Jawa Tengah


Pada periode 1880-1962, Risadju menjadi anggota Partai Syarekat Islam Indonesia (PSII) cabang Parepare. Selama itu juga ia dengan giat menyebarkan propaganda tentang Islam. [1]


Di tanah yang dilukis oleh gelombang,
berdiri seorang perempuan dengan tekad membaja.
Bukan sekadar ibu, bukan sekadar istri,
melainkan nyala yang tak padam diterpa angin penjajahan.

Darah Bugis mengalir di nadinya,
seperti laut yang tak mengenal takut.
Dari kecil, ia diajarkan menolak tunduk,
sebab kehormatan adalah napas bagi yang merdeka.

“Jangan kau kira aku rapuh,
Jangan kau sangka aku gentar!
Aku adalah ombak yang tak pernah letih menghantam,
Aku adalah api yang membakar rantai penjajahan!”

-000-

Matahari menyapu pesisir tanah Sulawesi,
menyoroti wajah yang tak pernah gentar.
Opu Daeng Risadju, perempuan Bugis,
bukan sekadar nama, tapi keberanian yang menjelma tubuh.

Di saat lelaki ragu menantang kolonial,
Ia mengangkat suara, lantang dan tajam.
Di lorong-lorong kota hingga pelosok desa,
namanya dibisikkan, menjadi semangat yang menjalar.

“Bangkitlah, wahai anak-anak Celebes,
Laut kita luas, tanah kita subur,
Jangan biarkan mereka merampasnya!
Jangan biarkan kita menjadi budak di tanah sendiri!”

📚 Artikel Terkait

Wakili Aceh ke Nasional, Siswi SMKN 2 Meulaboh Sabet Medali Emas di FLS2N Tingkat Provinsi

Membaca untuk Menulis – Review Artikel

Kumpulan Puisi Sitti Zahara

Pembelajaran Mendalam: Idealitas Kebijakan atau Retorika Pendidikan?

-000-

Perlawanan punya harga,
dan penjajah tak suka kata merdeka.
Opu Daeng Risadju ditangkap,
karena suaranya lebih tajam dari tombak, lebih kuat dari mesiu.

Di pengadilan, ia berdiri tegak,
tangan boleh terbelenggu, tapi hati tetap bebas.
Mereka menawarkannya tunduk,
namun jawabnya adalah tawa yang mencemooh.

“Bisa kau rantai tubuhku,
Bisa kau siksa ragaku,
Tapi kau takkan membungkam jiwaku,
Sebab aku adalah perlawanan itu sendiri!”

-000-

Ia menua dalam pengasingan,
tulangnya mungkin rapuh, tapi semangatnya tetap menyala.
Ia tahu, kemenangan bukan soal esok atau lusa,
tapi soal tak pernah menyerah pada penjajah.

Saat kemerdekaan akhirnya tiba,
namanya mungkin tak sebesar para pria,
tapi tanpa nyalinya, tanpa suaranya,
sejarah takkan mencatat kisah yang sama.

Kini, di angin yang berhembus dari laut Celebes,
masih terdengar bisikan perjuangannya.
Di tiap ombak yang menghempas pantai,
masih ada nyalanya yang tak pernah padam.

“Jangan biarkan negeri ini kehilangan nyalinya,
Jangan biarkan perjuangan ini menjadi sia-sia!
Selama ada yang melawan ketidakadilan,
Aku, Opu Daeng Risadju, tetap hidup!”


Rumah Kayu Cepu, 24 Februari 2025

CATATAN:
[1] Puisi esai ini disinspirasi dari kisah Opu Daeng Risadju. Meski sudah usia nenek, Opu Daeng Risadju dari Tanah Luwu berani menanggung siksaan NICA demi mengamalkan ‘amar ma’ruf nahi munkar’. https://tirto.id/opu-daeng-risadju-menentang-kolonialisme-di-usia-senja-cH4P

🔥 5 Artikel Terbanyak Dibaca Minggu Ini

Pria Yang Merindukan Prostatnya
Pria Yang Merindukan Prostatnya
28 Feb 2025 • 210x dibaca (7 hari)
Oposisi Itu Terhormat
Oposisi Itu Terhormat
3 Mar 2025 • 193x dibaca (7 hari)
Keriuhan Media Sosial atas Kasus Keracunan Program Makan Bergizi Gratis (MBG)
Keriuhan Media Sosial atas Kasus Keracunan Program Makan Bergizi Gratis (MBG)
2 Oct 2025 • 160x dibaca (7 hari)
Hancurnya Sebuah Kemewahan
Hancurnya Sebuah Kemewahan
28 Feb 2025 • 151x dibaca (7 hari)
Ketika Kemampuan Memahami Bacaan Masih Rendah
Ketika Kemampuan Memahami Bacaan Masih Rendah
27 Feb 2025 • 151x dibaca (7 hari)
📝
Tanggung Jawab Konten
Seluruh isi dan opini dalam artikel ini merupakan tanggung jawab penulis. Redaksi bertugas menyunting tulisan tanpa mengubah subtansi dan maksud yang ingin disampaikan.
Gunawan Trihantoro

Gunawan Trihantoro

Gunawan Trihantoro adalah seorang penulis kelahiran Purwodadi tahun 1974. Ia merupakan alumni Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) yang mulai aktif menulis sejak masa kuliahnya. Karya-karyanya telah terbit di berbagai media cetak dan online. Gunawan aktif dalam berbagai komunitas kepenulisan, termasuk Satupena, Kreator Era AI, dan Komunitas Puisi Esai Jawa Tengah. Selain itu, ia juga berkontribusi sebagai penulis buku-buku naskah umum keagamaan dan moderasi beragama di Kementerian Agama RI selama periode 2022–2024. Hingga kini, Gunawan telah menghasilkan puluhan buku, baik sebagai penulis tunggal maupun penulis bersama, yang memperkuat reputasinya sebagai salah satu penulis produktif di bidangnya.

Artikel

Menulis Dengan Jujur

Oleh Tabrani YunisSeptember 9, 2025
#Gerakan Menulis

Tak Sempat Menulis

Oleh Tabrani YunisJuly 12, 2025
#Sumatera Utara

Sengketa Terpelihara

Oleh Tabrani YunisJune 5, 2025
Puisi

Eleği Negeriku  Yang Gelap Gulita

Oleh Tabrani YunisJune 3, 2025
Puisi

Kegalauan Bapak

Oleh Tabrani YunisMay 29, 2025

Populer

  • Gemerlap Aceh, Menelusuri Emperom dan Menyibak Goheng

    Gemerlap Aceh, Menelusuri Emperom dan Menyibak Goheng

    162 shares
    Share 65 Tweet 41
  • Inilah Situs Menulis Artikel dibayar

    152 shares
    Share 61 Tweet 38
  • Peran Coaching Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan

    145 shares
    Share 58 Tweet 36
  • Korupsi Sebagai Jalur Karier di Konoha?

    57 shares
    Share 23 Tweet 14
  • Lomba Menulis Agustus 2025

    51 shares
    Share 20 Tweet 13

HABA MANGAT

Haba Mangat

Tema Lomba Menulis November 2025

Oleh Redaksi
November 10, 2025
Haba Mangat

Tema Lomba Menulis Bulan Oktober 2025

Oleh Redaksi
October 7, 2025
Haba Mangat

Pemenang Lomba Menulis – Edisi Agustus 2025

Oleh Redaksi
September 10, 2025
Postingan Selanjutnya

Meraih Rahmat Allah SWT di Bulan Ramadan

  • Kirim Tulisan
  • Program 1000 Sepeda dan Kursi roda
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Tentang Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat

© 2025 Potret Online - Semua Hak Cipta Dilindungi

-
00:00
00:00

Queue

Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00