Bagian Pertama
Oleh Tabrani Yuni’s
Kemarin tanggal 11 Januari 2024, bertepatan dengan hari Kamis, majalah POTRET, dengan tagline Anaknya “ Media Perempuan Aceh” genap berusia 21 tahun. Sebab, majalah POTRET pertama sekali diluncurkan pada tanggal 11 Januari 2003, kala kantor POTRET berada di jalan Laksamana Malahayati, kilometer 8.5, desa Kajhu, Kecamatan Baitusalam, Aceh Besar. Kawasan yang dilanda dan diluluhlantakan oleh bencana gempa dan tsunami Aceh pada 26 Desember 2004 lalu. Walau sebenarnya ide menerbitkan majalah POTRET sudah ada pada tahun 1998, ketika Center for Community Development and Education (CCDE) berkantor di Jalan K.Amin 21, di lantai 2, Beurawe, Banda Aceh. Namun, karena belum menyiapkan segala kebutuhan, berupa keajegan dana, penulis dan juga yang lainnya, ide itu sempat lama terpendam dan hanya tinggal ide atau gagasan, juga impian. Ibarat impian yang lama terendam dan terpendam.
Alhamdulilah, impian itu baru menjadi kenyataan, setelah mendapat kesempatan kerjasama dengan sebuah organisasi perempuan di German. Ya, kala itu CCDE mendapat small grant untuk kegiatan Pemberdayaan dan penguatan perempuan yang menjadi concern CCDE. Dengan small grant itu, CCDE melatih 25 perempuan akar rumput (grassroots women) di 6 Kabupaten di Aceh yang menjadi wilayah dampingan CCDE.
Usai melatih sebanyak 25 perempuan akar rumput tersebut niat menerbitkan majalah POTRET terpacu. Tulisan-tulisan perempuan yang lahir dari pelatihan tiga hari itu, dijadikan sebagai bahan tulisan untuk diterbitkan. Awalnya belum berbentuk majalah, tetapi lebih tepat disebut sebagai sebuah newsletter. Sebab jumlah halamannya masih sangat terbatas, yakni 16 halaman.
Lalu, mengapa nama majalah ini diberi nama dengan POTRET? Idenya adalah ingin melakukan memotret atau capture terhadap kehidupan perempuan Aceh di semua level, namun memulainya dari perempuan akar rumput, karena cikal bakalnya adalah suara-suara perempuan akar rumput yang sangat sederhana. Namun, menjadi cikal bakal yang mengantarkan majalah POTRET eksis hingga kini, walau harus melewati jalan terjal dan berliku, bahkan melewati jembatan putus yang menghilangkan segala asa. Apa yang terjadi?
Bencana gempa dahsyat dan tsunami yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004 menyapu rata kantor CCDE dan POTRET yang berada di Kajhu itu. Tidak ada satu pun yang tersisa. Semua kegiatan CCDE dan penerbitan majalah POTRET terhenti dan bahkan hilang harapan untuk bisa terbit lagi, karena bukan hanya kehilangan kantor, Penggagas yang menjadi pemimpin redaksinya juga mengalami musibah yang kehilangan harta benda serta anak -anak dan istri ikut hilang bersama tsunami kala itu. Bukan hanya POTRET kehilangan asa bisa terbit lagi, tetapi juga CCDE. Akibatnya, POTRET tidak terbit hingga Mai 2006.
Hilangnya POTRET dari peredaran selama lebih satu tahun, bukan berarti tidak ada keinginan atau niat untuk terbit kembali, semangat itu masih tetap membara, apalagi mimpi membangun literasi dan gerakan menulis di kalangan perempuan Aceh baru dimulai dan belum usai. Namun, kondisi saat itu, kala jiwa masih dalam kondisi trauma, rencana menerbitkan kembali POTRET tetap menggelora. Hanya menunggu waktu dan kekuatan lembaga CCDE kembali pulih dengan terus berusaha bangkit dari kehancuran akibat bencana gempa dan tsunami yang begitu dahsyat dan memilukan itu.
Bersambung