• Terbaru

Yusdarita: Perempuan Garis Depan

November 14, 2016

Memaknai Hari Pahlawan: Moral dalam Kebebasan Digital yang Harus Dikawal

November 18, 2025

Kafka dan Trio RRT Di Depan Hukum

November 17, 2025

🚩🚩SELAMAT PAGI MERAH PUTIH

November 17, 2025

Penjor vs Kabel PLN

November 17, 2025

Kebugaran dan Kebersamaan di Bawah Langit Paya Kareung

November 17, 2025

Otsus Aceh di Persimpangan Jalan

November 16, 2025

Pendapat Prof Jimly Soal Ijazah Jokowi

November 16, 2025

Korupsi di Sektor Kesehatan: Dari Nasionalisme STOVIA hingga Penjara KPK

November 16, 2025

Malam Layar Puisi Anak Muda 2025

November 16, 2025

Prasasti Kebon Kopi

November 15, 2025

Bullying, Feodalisme, dan Ekstremisme

November 16, 2025

Dari Sumber Daya ke Sumber Daya Damai

November 15, 2025
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat
Tuesday, November 18, 2025
POTRET Online
  • Login
  • Register
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat
No Result
View All Result
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat
No Result
View All Result
POTRET Online
No Result
View All Result
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat

Yusdarita: Perempuan Garis Depan

RedaksiOleh Redaksi
November 14, 2016
0
Reading Time: 4 mins read
🔊

Dengarkan Artikel

ilustrasi. 
Oleh: Adi W
Tak ada yang menonjol dalam penampilannya. Perempuan dengan baju ungu, berbaur bersama rekannya mengikuti acara penganugerahan Perempuan Aceh Award (PAA) 2012, di Gedung Sultan Selim, Banda Aceh, 22 November 2012.
Yusdarita namanya, diundang panitia karena prestasinya dalam membela hak-hak kaum perempuan di daerahnya, kabupaten Bener Meriah. Dia juga salah seorang nominator PAA tahun 2010 silam.
Lahir 4 Juni 1974 silam, di Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh, Yusdarita punya pengalaman pahit masa konflik. Kerap mengalami intimidasi dan kekerasan tak langsung. Ayahnya diculik orang tak dikenal, dan sampai kini tak pernah kembali. Suami dan adiknya dianiaya, hartanya dirampok, rumahnya dirusak dan digerebek para pihak dalam konflik Aceh.
“Ayah saya diculik pada Februari 2000,” ujarnya mengenang. Ayahnya adalah kepala Desa Rembele, Kecamatan Bukit, Bener Meriah (dulu masuk dalam Kabupaten Aceh Tengah).
Saat ini konflik Aceh sedang memuncak. Suami yang dinikahinya pada 1994 pun ikut merasakan penganiayaan, juga adiknya. Beruntung mereka masih hidup hingga kini. “Kadang suami saya diambil, adik saya juga. Pulang-pulang badan mereka memar.”
Konflik Aceh yang bercampur konflik etnis di dataran tengah Aceh, memperparah trauma Yusdarita kala itu. Dia etnis Aceh campur Gayo, suaminya etnis Jawa. Saat gelombang pengungsian terjadi akibat kontak senjata dan kecurigaan antar etnis, Yus dan suaminya ikut mengungsi. Ke Bireuen, lalu Pidie dan terakhir ke Banda Aceh.
Otomatis kebunnya tak terurus. Kerjanya sebagai kader Posyandu pun tak penting lagi. Trauma membuatnya terpaksa mengungsi. Dan di pengungsianlah, Yusdarita bangkit. Konflik Aceh belum reda.
Dia kerap bolak-balik Banda Aceh- Bener Meriah yang berjarak 350 kilometer, sendiri. Suaminya belum berani. Bersama beberapa ibu di desanya, Yus menginisiasi berdirinya koperasi, membuat kue untuk menghidupi hidup para perempuan bernasib sama.
Dia kemudian diajak bergabung sebagai Relawan Perempuan untuk Kekerasan (RPuK) yang berbasis di Aceh. Tujuannya adalah memulihkan trauma para perempuan yang merasakan tindak kekerasan akibat konflik.
***
Konflik Aceh berakhir kala penandatanganan kesepakatan damai (MoU) Helsinki, 15 Agustus 2005. “Saya senang dan kembali berkumpul terus bersama keluarga di kampung, juga mengabdi bagi kaum perempuan,” ujarnya.
Semangatnya semakin membara dalam memperjuangkan kaumnya. “Saya melihat, saat konflik perempuan berada di depan, mencari nafkah, mengurus anak, kerjanya ganda. Pascadamai, sepertinya perempuan terpinggirkan.”
Kerjanya sebagai relawan perempuan tak ditinggalkan, sambil mengurus kebun kopinya kembali. Rezekinya bertambah, kebun yang dulunya hanya satu hektar bertambah menjadi dua. Suaminya dapat bekerja kembali dengan leluasa.
Rumah yang dulu dirusak, dibangun kembali menjadi lebih bagus. “Sangat layaklah untuk ditempati.”
Kesibukan sebagai pengurus koperasi juga berlanjut setelah berbadan hukum. Jadilah Yusdarita super sibuk, mengikuti berbagai pelatihan di Banda Aceh untuk pengetahuan membela kaumnya. Dukungan datang dari suaminya.
Tapi sindiran tetap ada, dari para tetangga. Kerap dia disapa ibu gender atau dibilang murtad terhadap keluarga. “Tapi itu dulu, sekarang saya sudah berhasil membuktikan mampu membela hak kaum perempuan.”
Salah satunya adalah menginisiasi terciptanya sebuah mekasnisme perlindungan perempuan dan anak berbasis komunitas di Kampung Rembele. Setelah berhasil, mekanisme itu dicoba di beberapa desa lainnya. Sistem itu, perempuan menjadi mediator dalam kasus kaumnya, yang menjadi korban kekerasan, juga pembela hak anak.
Jika ada perempuan yang berkasus dalam rumah tangga misalnya, maka harus ditangani terlebih dahulu oleh perangkat desa yang juga termasuk kelompok perempuan di dalamnya. Tak serta merta ditangani polisi. Untuk kasus anak juga. “Pokoknya berbagai kasus, kesehatan, sosial, politik dan lainnya, ada mekanisme perlindungan untuk perempuan,” terang Yus yang menjadi salah satu mediator.
Karenanya dia diangkat kemudian menjadi perwakilan perempuan di Mukim Simpang Tiga, yang mewakili 15 desa di Kecamatan Bukit. Yusdarita juga bekerja kembali sebagai kader Posyandu (2006-2007), sebagai Ketua Koperasi (2006) sebagai Fasilitator Desa PNPM (2010).
Kerjanya semakin nyata dalam membela perempuan. Selain sebagai nominator Perempuan Aceh Award 2010, Ibu tiga anak itu juga menjadi nominator Perdamaian tingkat regional untuk N-Peace Network di Thailand pada Oktober 2011.
Yusdarita kini hidup berkecukupan dan telah melupakan trauma. Dia masih sangat aktif terlibat dalam kegiatan sosial di desanya. Berkatnya, kampungnya diakui sebagai tempat percontohan dalam urusan perlindungan perempuan dan sedang ditiru oleh banyak desa di Kabupaten Bener Meriah. ***

🔥 5 Artikel Terbanyak Dibaca Minggu Ini

Pria Yang Merindukan Prostatnya
Pria Yang Merindukan Prostatnya
28 Feb 2025 • 114x dibaca (7 hari)
Oposisi Itu Terhormat
Oposisi Itu Terhormat
3 Mar 2025 • 103x dibaca (7 hari)
Keriuhan Media Sosial atas Kasus Keracunan Program Makan Bergizi Gratis (MBG)
Keriuhan Media Sosial atas Kasus Keracunan Program Makan Bergizi Gratis (MBG)
2 Oct 2025 • 87x dibaca (7 hari)
Hancurnya Sebuah Kemewahan
Hancurnya Sebuah Kemewahan
28 Feb 2025 • 86x dibaca (7 hari)
Hari Ampunan
Hari Ampunan
1 Mar 2025 • 76x dibaca (7 hari)

📚 Artikel Terkait

‎Menonton “RRI Fest 2025”,  Benteng Terakhir, Pelindung Gempuran Serangan Budaya Global 

Map Merah

Selamat Hari Ayah Nasional

Manggeng, Maafkan Hanya Sejenak

📝
Tanggung Jawab Konten
Seluruh isi dan opini dalam artikel ini merupakan tanggung jawab penulis. Redaksi bertugas menyunting tulisan tanpa mengubah subtansi dan maksud yang ingin disampaikan.
Redaksi

Redaksi

Majalah Perempuan Aceh

Artikel

Menulis Dengan Jujur

Oleh Tabrani YunisSeptember 9, 2025
#Gerakan Menulis

Tak Sempat Menulis

Oleh Tabrani YunisJuly 12, 2025
#Sumatera Utara

Sengketa Terpelihara

Oleh Tabrani YunisJune 5, 2025
Puisi

Eleği Negeriku  Yang Gelap Gulita

Oleh Tabrani YunisJune 3, 2025
Puisi

Kegalauan Bapak

Oleh Tabrani YunisMay 29, 2025

Populer

  • Gemerlap Aceh, Menelusuri Emperom dan Menyibak Goheng

    Gemerlap Aceh, Menelusuri Emperom dan Menyibak Goheng

    162 shares
    Share 65 Tweet 41
  • Inilah Situs Menulis Artikel dibayar

    153 shares
    Share 61 Tweet 38
  • Peran Coaching Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan

    145 shares
    Share 58 Tweet 36
  • Korupsi Sebagai Jalur Karier di Konoha?

    57 shares
    Share 23 Tweet 14
  • Lomba Menulis Agustus 2025

    51 shares
    Share 20 Tweet 13

HABA MANGAT

Haba Mangat

Tema Lomba Menulis November 2025

Oleh Redaksi
November 10, 2025
Haba Mangat

Tema Lomba Menulis Bulan Oktober 2025

Oleh Redaksi
October 7, 2025
Haba Mangat

Pemenang Lomba Menulis – Edisi Agustus 2025

Oleh Redaksi
September 10, 2025
Postingan Selanjutnya

Perjuangan Perempuan Melawan Ketidakadilan

  • Kirim Tulisan
  • Program 1000 Sepeda dan Kursi roda
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Tentang Kami
  • Kirim Tulisan
  • Program 1000 Sepeda dan Kursi roda
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Tentang Kami

INFO REDAKSI

Tema Lomba Menulis November 2025

November 10, 2025

Tema Lomba Menulis Bulan Oktober 2025

October 7, 2025

Pemenang Lomba Menulis – Edisi Agustus 2025

September 10, 2025

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Artikel
  • Puisi
  • Sastra
  • Aceh
  • Literasi
  • Esai
  • Perempuan
  • Menulis
  • POTRET
  • Haba Mangat

© 2025 Potret Online - Semua Hak Cipta Dilindungi

-
00:00
00:00

Queue

Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00
Go to mobile version